Berjuang

4.6K 177 4
                                    

Berjuang itu memiliki banyak sekali makna, definisinya terkadang berbeda beda bagi setiap manusia.

Bagi seorang atliet lari, berjuang adalah berlari sekencang mungkin agar bisa mendapat juara, sedangkan bagi seorang yang cacat kakinya akan berjuang sebisa mungkin agar bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.

Lain lagi bagi seorang relawan, bagi mereka berjuang adalah bagaimana caranya agar semua orang yang terkena musibah bisa mendapat tempat tinggal, makan dan minum yang sama rata, tidak berebut dan selalu mendapat bagian.

Ada juga yang berjuang kerja banting tulang setiap hari untuk dapat menyucukupi kebutuhan anak dan istrinya, seorang ayah contohnya

Begitu pula bagi seorang bocah bernama Regnala, di umurnya yang baru memasuki angka 8, Nala harus berjuang untuk bertahan hidup, dengan bekerja apapun yang mampu di lakukan anak seusianya.
Dari mulai ojek payung di kala hujan, berjualan gorengan jika cuaca mendukung, dan berjualan bunga di hari hari tertentu.

Sejak kecil Nala hanya tinggal dengan ibunya, Nala tidak pernah tau siapa dan dimana ayahnya berada, lagi pula Nala juga tidak peduli dengan itu, Nala hanyalah seorang bocah yang hanya tau bagaimana caranya mendapat uang untuk di berikan kepada sang ibu.

Sedari umur 3 tahun, Nala sudah dipaksa mengemis, meminta belas kasihan dari orang orang yang memiliki hati baik, dengan memanfaatkan wajah polos lugu yang terlihat menyedihkan. Hingga pada akhirnya Nala memilih untuk berjualan ketimbang mengemis.

Seperti pada siang hari yang terik ini, Nala dengan semangat menawarkan gorengan bagi setiap kendaraan yang berhenti di kala lampu merah, meski cuaca panas dengan polusi udara yang kian mencemari lingkungan Nala tetap tersenyum, tidak berhenti bicara menawari dagangannya.

"Gorengannya pak, gorengannya bu, masih hangat, enak sekali jika di makan di saat lapar" Suara cempreng lucunya terus menerus terdengar, akan berhenti jika ada yang membeli dagangannya.

Tiit

Tiit

Lampu merah telah berubah warna, Nala dan pedagang lainnya segera menyingkir ke tepi jalan, menghindar agar tidak tertabrak. Setelahnya mereka duduk di trotoar menunggu lampu kembali bewarna merah. Mereka akan berjualan jika lampu merah dan akan istirahat jika lampu hijau, terus menerus seperti itu hingga menjelang sore.

Tak terasa matahari sudah mulai turun dari singgasananya, di gantikan bulan yang kini memimpin langit, Nala merenggangkan otot otot di tangan mungilnya, lalu menghitung jumlah uang yang di dapat hari ini tidak lupa pula menghitung sisa gorengan yang tidak habis terjual.

Nala bergegas pergi dari perempatan lampu merah tersebut, melangkahkan kaki mungil beralaskan sendal dekil yang di pakainya menuju tempat dimana ia mengambil dagangannya.


》》》》

"Nih, pendapatan lo hari ini, dagangan lo masih banyak jadi jangan ngarep dapat uang banyak apalagi dapat bonus" Lelaki dengan tubuh jangkung itu memberikan uang kepada Nala dengan wajah ketus tidak bersahabat, terlihat sekali jika dia menahan kesal kepada sosok mungil di depannya

Nala tersenyum, terlalu biasa dengan sikap lelaki di depannya yang selalu sinis dan penuh ketidaksukaan, "Terimakasih paman Hadi, besok Nala akan lebih semangat lagi, supaya dagangannya habis"

"Hmm, pergi sana males gue liat muka lo lama lama, nanti ketularan sialnya lagi gue" lelaki jangkung yang bernama Hadi itu berujar ketus, mengusir Nala agar cepat enyah dari pandangannya

Setelah tersenyum tulus Nala bergegas pergi, Nala sudah tidak sabar untuk pulang dan tidur, sudah terlalu lelah bekerja seharian.

Tapi harapan hanyalah tinggal harapan, sesampainya di rumah Nala melihat sang ibu yang sedang tidak dalam kondisi mood yang baik, dan tentunya ini akan berdampak besar terhadap dirinya

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang