Nala Bersama Ka Ace

998 94 1
                                    

Bagi Acheran, sesuatu hal yang paling menyebalkan dalam hidup yang selama ini ia jalani adalah menjadi kembaran dari Achirah, jika boleh meminta, Acheran ingin tukar tambahkan kembaran saja.

Achirah itu terlalu bar bar untuk dirinya yang sangat kalem dan cool, sangat tidak cocok, Achirah juga berisik, tidak bisa diam, galak, dan kalo bicara tidak di filter sama sekali. Terkadang Acheran bingung, Achirah dapat gen bar bar darimana, karena hampir semua keturunan Whitney memiliki sikap yang kalem.

Ditambah sekarang Achirah memiliki patner dalam hal membuat gaduh, siapa lagi jika bukan Nala si kucing pungut. Bocah itu tidak ada bedanya dengan Achirah, sama sama berisik dan tentunya tidak bisa diam, setiap hari ada saja tingkahnya.

Saat ini Acheran sedang membaca ensiklopedia, duduk tenang dikursi taman mansion, Acheran begitu menikmati suasana yang damai ini, rasanya begitu menenangkan, tidak ada suara bising dan tidak ada yang menganggu.

Tapi suasana yang tenang itu tidak bertahan lama, karena tiba tiba Nala dengan pedenya datang, sembari menenteng kembarannya, iya kembaran Nala, seekor kucing persia berwarna putih.
Bersama dengan Achirah juga.

"Hallo kaka Ace," senyumnya manis sekali, tapi sayang Acheran tidak menggubrisnya sama sekali, Nala mencebik, merasa terabaikan, tapi itu tidak lama karena setelahnya Nala kembali berjalan ke tengah taman. Sedangkan Achirah duduk disamping Acheran.

"Hai broh," Achirah menyapa, Acheran hanya melihat sekilas lalu kembali fokus ke bukunya.

"Cimeng ayo belmain, Nala lempal bola ini, nanti Cimeng ambil ya," Nala dengan semangat mengajak kucing gendut itu untuk bermain, tangan mungil Nala melempar bola yang dipegang sekuat tenaga, agar terlempar jauh, tapi seperti biasa kucing gendut itu hanya diam melihat, terlalu malas untuk bergerak.

Nala cemberut, "Cimeng kenapa diam saja, ayo ambil bolanya, tidak boleh malas, nanti tambah gendut, Cimeng halus olahlaga," jari mungil itu menunjuk nunjuk muka kucing, merasa kesal karena tidak bisa diajak kerja sama, lalu Nala mendorong dorong kucing gendut, memaksa agar sang kucing mau bergerak, dan berjalan mengambil bola.

"Ayo Cimeng, ambil bolanya, nanti kasih ke Nala, telus kalo udah nanti Nala lempal lagi, sepelti itu telus, supaya kita bisa menilu yang di hp kaka Achi," Nala masih mendorong kucing itu dari belakang.

Karena terlampau kesal, Nala meyeret kucing gendut itu, menarik bagian kaki, sedangkan sang kucing hanya diam dan sesekali berbunyi meow. Nala berjalan menuju bola yang di lemparnya tadi, setelah sampai Nala memasukkan bola itu kedalam mulut Cimeng, dan kembali menarik Cimeng ketempat semula, begitu terus menerus, hingga Nala berkeringat banyak. Susah sekali jika memiliki kucing malas.

Achirah yang melihat tingkah Nala dibuat tertawa gemas, adiknya itu kenapa lucu sekali sih, apalagi pipi gembil yang memerah itu, rasanya Achirah ingin memakannya bulat bulat.

Hingga dering telpon berbunyi, mengalihkan perhatian Achirah dari Nala, ternyata itu telpon dari Niken, teman sebangku dari Achirah, kata Niken, Achirah harus segera ke rumahnya untuk mengerjakan tugas yang diberi guru, karena harus di kumpulkan besok.

"Broh," Achirah mencolek bahu Acheran, "gue mau minta tolong elah, jangan diem diem aja," Achirah kesal karena kembarannya hanya diam, tidak menoleh sama sekali.

"Hmm," hanya deheman yang Acheran beri.

"Tolong jagain adek imut gue yaaa, gue ada urusan nih, lo tau sendirikan Nala itu gak bisa diam," Acheran yang mendengar itu hanya mengernyitkan dahi.

"Gak, bawa aja sana, gue bukan babysister," dengan tegas Acheran menolak, enak saja, dirinya yang stay cool dan kalem ini harus menjaga bocah yang kepalang Aktif itu.

Dengan kejam Achiran menjitak kepala Acheran, "udah bagus gue pake kata tolong ya, jadi gue gak menerima kata penolakan, lo tuh manusia, udah seharusnya bermanfaat bagi sesama apalagi buat gue kembaran lo ini, jagain Nala awas aja sampe lecet bocahnya," nah kan, sudah di bilang Achirah itu wajahnya saja yang seperti putri kerajaan yang anggun, tapi sebenarnya tingkahnya gak jauh beda dari preman pasar. Galak dan pemaksa.

Acheran hanya bisa meringis, "iya gue jagain," Achirah tersenyum lebar, mencium sekilas pipi Acheran, "gue pergi dulu ya, awas aja Nala lecet, koleksi action figur lo bakal gue bakar," mendengar itu Acheran memasanga wajah panik, hendak protes sebenarnya tapi Achirah keburu pergi, hingga Acheran hanya bisa mengelus dada sabar.

Pandangan Acheran ia alihkan ketempat Nala tadi berada, jika di ibaratkan sesuatu yang ada di bumi, Nala itu seperti jaelangkung, datang tak diundang pulang pun tak diantar, kenapa seperti itu, karena sekarang Nala sudah hilang, tidak ada di tempat, padahal baru tadi dia masih menyeret kucing gendutnya untuk main, tapi dalam sekejap mata sudah tidak ada batang hidungnya.

"Dasar siluman kucing, ngerepotin aja bisanya," Acheran mendumel, karena kalo Nala hilang yang akan repot kan dirinya, bisa bisa action figur yang sudah dikoleksi sedari kecil beneran di bakar oleh kembaran laknatnya.

Sedangkan bocah yang di cari cari sedang asik sendiri, Nala saat ini sedang berada didepan kolam ikan, bermain main dengan ikan, jari telunjuk mungil itu menunjuk satu persatu ikan disana.

"Kamu yang paling kecil namanya Nala, kamu yang colaknya banyak namanya kaka Achi, kamu yang diam saja namanya ka Tanlel, kalian yang jelek jelek namanya ka Jinan ama Ka ace," Nala terkikik, merasa lucu telah menamai ikan dengan nama kaka kakanya.

Tadi Nala bosan bermain dengan kucing gendut, kucing itu malas sekali, tidak mau  bergerak, karena kesal Nala tinggal pergi saja kucing malas itu, sampai akhirnya Nala ketemu kolam ikan ini. Nala merasa kagum, ikan ikan disini bagus warnanya, tidak seperti ikan Zinan yang hanya warna coklat, tidak bagus sama sekali.

"Ikan sini, Nala mau main, mau pegang pegang juga," karena ikannya yang tidak mau mendekat, tangan milik Nala memukul mukul air dengan tujuan ikannya mau mendekat, tapi bukannya mendekat ikan ikan itu malah semakin menjauh.

"Ihhh ikan kok gak mau dekat dekat Nala sih, Nala wangi loh," sekarang ikan ikan itu malah tidak menunjukan badannya, karena merasa terabaikan Nala masuk kekolam itu, kolamnya tidak dalam hanya sebatas perut Nala.

Nala yang sudah di dalam kolam bergerak aktif mengejar ikan ikan itu, walaupun agak kesusahan berjalan di air, tapi Nala senang sekali bisa bermain dengan para ikan. Hingga tangan mungil itu mendapatkan ikan yang tadi di beri nama Tanler.

"Muach," Nala gemas sekali, hingga menciumnya, sedangkan sang ikan hanya bisa pasrah, lemas karena tidak bisa bernafas, "Nala sayang ikan banyak banyak pokoknya mah," tangan mungil itu menepuk nepuk kepala ikan dan memeluknya sanyang.

"Nalaaaa," dengan frustasi Acheran memanggil Nala, sedari tadi Acheran mencari Nala hingga keliling mansion tapi ternyata bocah itu ada disini, mencebur ke kolam dan dengan gemas mencium ikan, sudah bisa di tebak Nala pasti kan berbau amis.

"Hallo ka Ace, mau ikut belmain dengan Nala tidak," anak itu tersenyum lebar sekali, dan dengan bangga menunjukan ikan yang sedang di pegangnya.

Tapi alih alih ikut bermain bersama Nala, Acheran malah menarik kerah belakang baju Nala, membuatnya keluar dari kolam ikan.
"Eh?, kenapa talik talik Nala ka Ace," Nala bertanya bingung, dirinya kan masih ingin bermain.

"Masuk dan mandi, bau mu udah kayak ikan, amis," Acheran menjawab datar.

Acheran berjalan dengan Nala di kedua tangannya, tangan Acheran ia jauhkan dari  wajah enggan dekat dekat dengan Nala, karena bocah itu berbau amis. Sedangkan Nala hanya diam menatap sedih ikan ikan yang ditinggalkan, tangan mungilnya ia gerakan kekanan dan kiri, berniat dadah dadah kepada para ikan.



























                       [>>>>>>>>>>>>>>>>]


























TBC;○○○○○○○○○○










TERIMA KASIH YANG UDAH BACA, VOTE DAN KOMEN °•°













RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang