Nala meringkuk ketakutan di pojok ruangan yang terlihat mengerikan, bau amis yang menyengat serta penerangan lampu yang redup membuat udara begitu pengap. Nala takut sekaligus trauma teringat bayangan tubuh sang ibu tanpa kepala, dan wajah yang penuh luka serta darah, Nala rasanya ingin muntah ketika mengingatnya, tapi rasa sedih dan kehilangan yang mendalam membuat Nala lupa akan rasa mualnya.
Nala hanyalah seorang bocah yang masih polos dan lugu, sama seperti bocah lain di luaran sana, tapi kenapa jalan hidup Nala harus begitu mengerikan, menyaksikan sendiri bagaimana tubuh dan kepala ibunya terpisah membuatnya merasakan kehilangan serta trauma yang begitu menyakitkan.
Dengan tangan bergetar Nala memegang satu satunya pemberian sang ibu, sebuah kalung berwarna silver dengan bandul persegi panjang yang bisa di buka, Nala membaca tulisan di dalamnya, tapi dirinya sama sekali tidak mengerti arti tulisan yabg ada di dalamnya.
Nala memang tidak sekolah tapi dirinya masih bisa berhitung dan membaca, itu semua berkat didikan keras ibunya, huruf yang tertulis di bandul kalung itu sama sekali tidak pernah Nala lihat, huruf hurufnya begitu asing dan aneh.
Braakk!!
Suara dobrakan pintu membuat Nala terkejut, segera saja dirinya kembali menyembunyikan kalung yang ada di lehernya.
"Makan ini, seenggaknya lo harus tetap hidup sampai besok," pelaku pendobrakan pintu berujar kasar, ia melemparkan piring berisi makanan yang tidak layak untuk di konsumsi.
Nala hanya menunduk dan tidak bergerak sama sekali, "lo denger gue ngomong gak hah!" Pria itu mencengkram dagu Nala, memaksa Nala untuk melihat ke arahnya.
"Tidak mau, Nala tidak mau makan, Nala mau menyusul bunda saja," Nala terisak sedih, "jangan paksa paksa Nala."
"Jangan bikin kesabaran gue abis bocah, makan sekarang, gue bisa ngelakuin apa aja kalo gue udah marah," pria itu menekan setiap perkataannya.
Nala hanya diam di tempatnya, mata abu abu itu berkaca kaca, Nala lapar tapi hanya dengan melihat makanan di depannya membuat nafsu makan Nala hilang seketika. Hei, siapapun juga tidak akan ada yang bernafsu makan dengan nasi putih yang sudah keras dan kuah yang terlihat seperti muntahan manusia, baunya bahkan sudah tidak menggugah selera.
Karena geram dengan Nala yang hanya menangis, pria itu secara kasar menyuapi Nala, memaksa Nala menelan makanan, sedangkan Nala berusaha memberontak, makanan itu rasanya tidak enak sekali, Nala mual di buatnya, hingga tanpa sengaja Nala memuntahkan semua makanan yang ada di dalam perutnya.
Muntahan itu mengenai baju pria di depan Nala, hingga pria itu berteriak marah, "bocah sialan, lo gak bakal gue kasih ampun!,"
Tanpa perasaan pria itu menjedotkan kepala Nala ke dinding, suara benturan antara kepala dan tembok terdengar keras. Nala terisak diam, kepalanya sakit sekali.
"Ini akibatnya lo bikin gue marah, gak bakal gue lepasin lo brengsek," dengan kasar pria itu menghempaskan tubuh Nala, hingga anak mungil itu harus merasakan sakit yang teramat karena tubuhnya langsung membentur kerasnya lantai.
Dengan tega kaki beralaskan sepatu berwarna hitam itu menginjak tangan dan kaki Nala, berkali kali hingga membiru, suara Nala serak sangking kencangnya ia berteriak melampiaskan rasa sakit yang di terima.
Setelahnya pria itu mengambil garpu yang berada di piring, tangan besar dengan tatto bergambar ular itu menarik lidah Nala dengan Paksa, lalu tanpa aba aba menancampkan garpu ke lidah Nala.
Seketika darah segar dengan warna pekat mengucur deras melewati dagu Nala, lalu terjatuh menetes di lantai, lidah Nala kebas, setelahnya menjadi sangat perih.
Nala terisak semakin keras, tangisannya terdengar begitu pilu dan menyedihkan, mata kucing yang berwarna abu abu itu tak henti hentinya mengeluarkan liquid bening.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
FanfictionDia hanya ingin bahagia Hanya sesederhana itu Tapi dia lupa bahwa bahagia itu tergantung alasan Sedangkan alasannya tidak pernah menginginkannya bahagia °•°