Laki Laki Juga Boleh Menangiskan?

1K 93 1
                                    

Jika ada yang bertanya kepada Nala apa itu definisi cantik, maka Nala dengan suara cadel imutnya akan menjawab, cantik itu seperti kaka Achi, selain enak di pandang wajahnya, suara kaka Achi juga enak sekali, apalagi jika sedang membacakan dongeng untuk Nala, lembut dan nyaman di dengar di telinga.

Ketika kaka Achi tertawa maka gigi gingsulnya akan menyembul, jadi tambah manis dan cantik kalo kata Nala. Pokoknya bagi Nala kaka Achinya adalah wanita tercantik di dunia, setelah bunda tentunya.

Saat ini tepat satu minggu Nala tinggal di mansion Whitney, tepat satu minggu pula hari hari Nala di penuhi dengan di temani kaka Achi, iya hanya dengan kaka achi, karena kaka yang lainnya belum bisa menerima Nala.

Achirah sedang dalam mood yang buruk sekarang, saat di sekolah tadi ada satu guru yang begitu menyebalkan, Achirah di haruskan keliling lapangan sepuluh kali karena tidak mengerjakan PR, dirinya di hukum dan di tertawakan oleh anak anak yang lain, Achirah jadi malu sekaligus sebal, awas saja, Achirah akan membuat perhitungan kepada guru magang itu, tinggal tunggu tanggal mainnya saja.

Tapi semua kekesalan itu langsung hilang setelah melihat Nala yang berlari lari ingin segera memeluk dirinya, tubuh kurus tapi  berpipi gembil itu dengan tidak sabaran mengangkat tangannya, ingin segera di gendong.

"Kaka Achi lama sekali pulangnya, Nala lindu," kepala Nala ia senderkan pada bahu Achirah, sedang dalam mood manja rupanya.

"Adik kaka ini rindu ya, rindunya seberapa banyak, coba tunjukan," Achirah dengan jahil mencolek hidung Nala.

"Banyaaak sekaliii, sepelti bintang di langit yang Nala lihat di buku," tangan kecil Nala terentang lebar lebar, seakan akan menunjukan jika rindunya itu banyak sekali.

Karena gemas Achirah mencium brutal pipi Nala, "kenapa adik kaka ini gemas sekali sih, jadi pengen cium cium terus,"

"Ihhh, tidak boleh ya, tidak boleh cium cium," jari telunjuk Nala bergerak kanan dan kiri, "kalo mau cium halus ada salatnya,"

"Eh?, anak kecil tidak boleh perhitungan tau, belajar dari siapa persyaratan kek gitu?," Achirah mengernyit bingung

"Tidak belajal dali siapa siapa tuh," suara itu terdengar menyebalkan, "tapi tapi kemalin waktu Nala minta tolong ka jinan buat ambil mainan Nala yang di atas lemali, ka jinan minta salat, kalo mau di ambilkan mainannya, Nala halus nemenin pleto semalaman, kalena kata na ka jinan kita halus penuh pelhitungan jadi olang, bial tidak di manpaatkan olang tidak beltanggung jawab," Nala dengan entengnya mengucapkan itu.

"Terus, Nala mau nemenin pleto?, Nala jadi begadang semalaman gitu?," melihat Nala mengangguk wajah Achirah berubah julid, bisa bisanya jinan menyuruh adik kecilnya yang manis ini begadang semalaman hanya untuk menemani ikan jelek yang kesepian itu. Achirah akan membuat perhitungan untuk adik tengilnya itu.

"Besok besok kalo minta tolong jangan sama ka Zinan ya, minta yang lain saja, jangan mau juga kalo harus menemani pleto, biarkan saja dia kesepian di aquarium sendirian," Nala hanya mengangguk mendengar ucapan Achirah. Setelahnya wajah Nala berubah menjadi penuh misteri.

"Kaka Achi hali ini cantiiiik sekaliii," suara Nala di buat seimut mungkin, sedangkan Achirah hanya memasang wajah santai, seminggu kenal dengan Nala membuat Achirah paham sekali dengan sifat anak itu .

"Pasti ada maunya," Achirah tau sekali, Nala akan memuji jika menginginkan sesuatu dari Achirah.

"Iya, Nala ada mau, kalena Nala sudah kasih kasih pujian kaka achi, jadi sekalang kaka achi halus kasih hadiah," tangan Nala menengadah, sedangkan Achirah tidak tau untuk keberapa kali dirinya merasa terhipnotis oleh tatapan dengan manik mata abu abu Nala.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang