Kakek Baik Hati

1.6K 101 4
                                    

Dulu sekali ketika Mala masih kecil dan belum sekolah kakak laki lakinya selalu berkata, katanya tidak apa apa menangis, tidak apa apa merasa sedih, karena itu artinya kita masih memiliki perasaan, menangis adalah hal yang wajar bagi setiap manusia ketika merasa sedih. Menangis bukan berarti kita cengeng.

Tapi seiring berjalannya waktu, Mala sudah jarang sekali menangis, ketika Mala sedang sedih Mala hanya diam, tidak menangis tidak pula marah marah, karena sering kali memendam perasaan, itu semua berdampak pada mentalnya, ibarat katanya seperti air yang di masukan ke dalam balon, jika kebanyakan air maka balon itu pasti akan pecah, sama halnya seperti Mala.

Sadar atau tidak sadar, semua masalah yang Mala pendam, yang tidak pernah ia tunjukan kepada orang lain, itu semua merusak secara perlahan mental Mala, pergerakannya lambat tapi mematikan. Mala tidak tau pasti dirinya mengidap kelainan mental jenis apa, tapi yang pasti dirinya gila, karena perubahan suasana hati yang buruk.

Ketika suasana hatinya memburuk, maka Mala akan melakukan apa saja, bahkan dengan menyakiti dirinya sendiri, terbukti dengan luka di tangannya dan tubuh putranya yang menjadi pelampiasan ketika sedang emosi, di tambah suara suara sialan yang entah dari mana asalnya, masuk kedalam pikirannya dan seoalah olah mengendalikan tubuh serta pikiran Mala.

Seperti contohnya sekarang, karena Nala tidak mau makan, Mala menjadi emosi, dengan tega Mala mencengkram dagu kecil Nala keras, lalu dengan kasar Mala memasukan sendok berisi bubuk ke dalam mulut kecil Nala. Bubur itu panas, membuat Nala menahan sakit di dagu dan menahan panas bubur yang di jejali ke mulutnya.

"Makan bodoh, gue paling gak suka anak manja, gue gak mau lo tambah sakit karena gak makan!" Mala terus saja menyuapi Nala dengan kasar. Sedangkan Nala hanya pasrah menerima perlakuan bundanya, Nala sudah terbiasa.

"Jangan terlalu kasar dengan anak kecil," suara itu mengagetkan Mala, hingga tanpa sengaja Mala menjatuhkan sendok yang di pegangnya, menimbulkan suara yang cukup nyaring.

"Harus berapa kali gue bilang, gak usah ikut campur urusan gue" Mala menjawab setelah sadar dari keterkejutannya.

"Jelas saya harus ikut campur, Nala adalah pasien saya, dan tindakanmu terlalu kasar untuk seorang pasien yang belum sembuh" orang yang baru masuk itu Sakino, dirinya menjawab dengan santai

"Terserah gue mau ngapain juga lah, Nala itu anak gue, jadi gue berhak melakukan apa pun ke dia"

"Oke, terserah kamu mau melakukan apapun, tapi setidaknya tunggu anakmu sembuh dulu, dan kamu juga harus ingat bahwa anakmu juga manusia" Sakino berujar ketus, lalu kembali tersenyum ketika melihat Nala

Sakino menghampiri Nala, tangan besar beruratnya mengelus sayang puncak kepala Nala, "selamat pagi anak baik, bagaimana keadaan anak baik ini, apa masih ada yang sakit?"

"Nala sudah baik baik saja paman dokter, cuman sedikit pusing" Nala tersenyum manis sekali.

"Hebat sekali, Nala memang jagoan, tapi jangan lupa makan yang banyak dan minum obatnya, supaya jadi semakin baik kondisi Nala" Sakino mengatakannya dengan suara yang lembut, sedangkan Mala hanya melihat interaksi dokter dan pasien tersebut

Mala sejujurnya sangat berterimakasih sekali dengan dokter di depannya, Sakino sudah mau merawat putranya dengan baik tanpa imbalan apapun, bahkan semua biaya rumah sakitpun Sakino yang membayar. Di dalam hati Mala mengucapkan syukur, ternyata di dunia yang fana ini, masih ada orang baik yang mau menolong sesama.

"Mala, sore ini putramu sudah di perbolehkan pulang, luka di kepalanya tidak terlalu parah, tapi kalo bisa kendalikan emosimu, jika terus menerus kepala terkena benturan itu bisa berakibat fatal" Sakino mencoba menjelaskan perihal kondisi Nala

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang