Detik jam dinding menghiasi kesunyian malam, lampu lampu yang biasa bersinar terang kini telah redup, membuat setiap tempat di mansion menjadi remang remang. Bahkan di sebagian area gelap gulita.
Agak terkesan horor sebenarnya, tapi itu tidak berlaku pada Nala, bocah itu berjalan mengendap ngendap, bukan, Nala bukan takut hantu, tapi Nala takut ketahuan oleh Achirah karena terbangun tengah malam, kakanya yang satu itu jika marah seram sekali, jauh lebih seram daripada hantu.
Dulu sebelum tinggal ditengah tengah keluarga Whitney, Nala selalu bisa menahan lapar, bahkan terkadang sehari Nala hanya makan sekali, tapi semenjak Nala meminum pil setiap pagi entah kenapa perut kecilnya itu selalu berbunyi, meronta ronta ingin selalu diisi.
Maka pada tengah malam sekarang ini, Nala diam diam pergi ke dapur, ingin mencari makan atau bisa dibilang mencuri makanan, tangan tangan kecil itu dengan pelan membuka kulkas, lalu desahan kecil terdengar setelahnya.
"Kenapa tinggi sekali sih, Nala kan tidak sampai," Nala melompat lompat, berusaha melihat isi kulkas bagian atas. Dibagian bawah hanya terdapat sayur sayuran, Nala kan tidak suka sayur.
"Dasal kulkas jahat, lihat saja nanti kalo Nala sudah besal, pasti akan Nala habiskan semua makananan yang ada dipelut kamu," frustrasi Nala tuh, dirinya lelah harus lompat lompat tapi tak kunjung keliatan juga isi kulkasnya. Kalo pun pakai kursi, Nala tidak kuat jika harus membawanya ke depan kulkas, jika ditarik pasti berisik, nanti kaka Achinya bangun.
"Cali makanan yang lain saja deh," Nala kembali mengendap ngendap, membawa langkahnya menyusuri dapur, tapi malang sekali nasib Nala, karena dirinya yang terlalu pendek untuk ukuran anak delapan tahun jadi tetap saja meja yang ada di dapur tidak keliatan.
Nala kembali melompat lompat, karena meja dapur tidak terlalu tinggi Nala masih bisa melihat apa saja yang ada diatasnya, setelah sekian lama melompat lompat, akhirnya Nala menemukan sesuatu yang menarik perhatian, sebuah toples berisi serbuk putih.
Itu pasti susu Nala, batin Nala berbisik.Dengan sekuat tenaga Nala naik kemeja dapur dibantu dengan panci besar yang ada di rak paling bawah, perjuangan yang melelahkan itu terbayar sudah, Nala yang berada di atas meja segera mengambil toples berisi serbuk putih, lalu dengan tidak sabaran menyendok dan memakannya.
"Eh?, kok ndak ada lasanya?," Nala memiringkan kepala bingung, pasalnya susu yang biasanya ia minum tidak hambar tapi manis.
"Ouh, Nala tau Nala tau, pasti sapinya tidak makan gula gula, jadi susu yang kelual tidak manis, besok besok Nala halus celita ke kaka Achi kalo sapinya halus dibeli gula gula, supaya susunya enak," dengan sok tau Nala mengatakan itu, padahal jelas jelas yang dimakannya itu bukanlah susu sapi tapi tepung, memang dasarnya Nala itu masih polos dan tidak tau apa apa.
Karena lapar, Nala masih saja menyendokkan tepung itu kemulutnya, padahal jika bocah lainnya pasti tidak akan mau makan, karena rasa tepung kan hambar, tidak enak. Beda sekali dengan siluman kucing satu ini. Nala tidak peduli dengan rasa yang penting kenyang.
Hatchiii!!!
Serbuk serbuk tepung itu masuk ke dalam hidung hingga membuatnya gatal, dan berakhir dengan Nala yang bersin.
Akibatnya muka Nala yang tadinya bersih menjadi berbalut tepung, sudah seperti ondel ondel, putih semua."Aduh, tepung tidak boleh nakal, jangan masuk masuk kehidung Nala dong, Nala kan jadi hachi hachi, tidak enak tau," bukannya sadar diri karena makan tidak hati hati, bocah itu malah menyalahkan tepung, memang agak tidak tau diri Nala tuh.
Dan sekarang dibawah lampu dapur yang remang remang, Nala duduk diatas meja, dengan muka yang hampir semuanya memutih dan hanya memakai kaos dalam serta celana dalam. Sudah seperti tuyul versi ganteng, tidak seram tapi tetap saja akan membuat kaget yang melihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
FanfictionDia hanya ingin bahagia Hanya sesederhana itu Tapi dia lupa bahwa bahagia itu tergantung alasan Sedangkan alasannya tidak pernah menginginkannya bahagia °•°