Dengan riang Nala melangkahkan kaki kecilnya, mulutnya bersenandung kecil, walaupun tidak jelas apa yang di senandungkannya. Suasana hati Nala sedang baik hari ini, karena dagangannya habis tidak bersisa dan juga Nala dapat uang banyak, ini semua berkat kakek baik hati, Nala berjanji dalam hati, jika dirinya akan selalu berdoa untuk kakek baik hati juga paman supir.
Tepat di pertengahan jalan, Nala berpapasan dengan bundanya, sang bunda terlihat sangat panik dan tergesa gesa terbukti dengan keringat sebiji jagung di wajahnya, dengan gerakan tiba tiba dan kasar Mala menarik tangan Nala, menyeretnya menuju kerumah mereka.
Sesampainya dirumah, Mala dengan cepat membongkar isi lemari, mencari cari sesuatu, dalam lemari yang tadinya rapih segera menjadi berantakan karena gerakan bar bar Mala.
"Bunda, bunda sedang apa?" Nala bertanya bingung.
"Tutup pintu dan semua jendela Nala, cepaat!" Mala berkata kasar.
"Tapi buat apa bunda, inikan masih siang"
Mala berbalik menghadap Nala, lalu mencengkram dagu kecil Nala, "gak usah banyak tanya, sekarang lakuin apa yang gue perintahin," dengan serius Mala berkata.
Tanpa banyak tanya lagi, Nala langsung berlari menuruti perintah bundanya.
Sedangkan Mala masih saja sibuk mencari cari benda yang di inginkannya.Bunyi suara pintu di ketuk kencang begitu mengagetkan Mala, untungnya benda yang di cari nya segera ketemu, Mala langsung mengahampiri putranya, jangan sampai sang putra membuka kan pintu untuk tamu tak di undang itu.
"Nala, jangan di buka pintunya," hampir saja Nala membuka pintu, jika saja Mala tidak lekas memegang tangan Nala. Lalu setelahnya Mala menarik Nala ke dapur, tepat di depan ember besar yang biasa di isi air.
"Nala, dengarkan bunda, Nala harus tau satu hal, selama ini bunda itu sayaaang banget sama Nala, tapi bunda gak pernah nunjukin ke Nala rasa sayang bunda ke Nala, karena bunda gak mau, Nala akan jadi anak manja," setitik airmata jatuh dari mata kucing Mala, "Nak, dunia ini terlalu keras untuk anak yang manja, dunia ini terlalu kejam untuk anak yang lemah, mangkanya bunda mau, Nala jadi anak yang kuat dan gak manja, supaya Nala bisa menghadapi dunia beserta orang orang di dalamnya, ada atau tanpa bunda."
Tangan mungil Nala telulur mengusap pipi sang bunda, "bunda gak boleh nangis, tanpa bunda kasih penjelasan pun, Nala selalu tau, kalo bunda sayang Nala" Mala tersenyum haru di tempatnya. Putranya ini, anak yang sama sekali tak pernah di harapkan kehadirannya dulu, justru sekarang menjadi alasan untuk dirinya bertahan hingga sejauh ini.
"Nala, apapun yang terjadi nanti, Nala harus berjanji, Nala harus berjanji untuk bunda" Mala menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking kecil Nala, "Nala tidak boleh mengatakan kepada siapapun jika Nala anak bunda, jangan pernah katakan kepada siapapun nama panjang kamu nak, mulai sekarang nama kamu hanya Nala, ingat nak hanya Nala, bukan Ragnala Gadangga lagi"
Mala mengangkup wajah mungil Nala, "dan jangan pernah mengatakan jika kamu adalah anak bunda, katakan pada mereka kalo kamu hanyalah anak angkat bunda, mengerti Nala,"
"Tapi kenapa bunda, Nala kan anak bunda, kenapa bunda bilang seperti itu," Nala bertanya bingung, wajah merahnya jelas menunjukan raut tidak terima, apakah bundanya ini tidak mau mengakui dirinya sebagai anak, tapi kenapa, Nala kan sudah menjadi anak baik selama ini.
"Kamu akan tau nanti nak, sekarang situasinya sedang buruk, akan terlalu lama jika bunda menjelaskannya sekarang, pakai ini Nala, jangan pernah melepaskan kalung ini apapun yang terjadi, sembunyikan kalung ini di balik bajumu, jangan biarkan orang melihatnya," Mala memakaikan sebuah kalung berbandul persegi panjang yang bisa di buka kepada Nala, tatapan mata Mala menunjukan perintah mutlak, agar Nala tidak banyak tanya dan mau menuruti semua ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
FanfictionDia hanya ingin bahagia Hanya sesederhana itu Tapi dia lupa bahwa bahagia itu tergantung alasan Sedangkan alasannya tidak pernah menginginkannya bahagia °•°