Nala Si Kucing Pungut

1.2K 98 4
                                    

Anak kecil adalah makhluk paling polos dan lugu yang pernah ada, mereka cenderung akan mengungkapkan apa pun yang ada di dalam pikiran, atau segala sesuatu yang mereka lihat.

Mereka itu murni, juga lucu, apalagi biasanya, ketika mereka menatap maka mereka akan menunjukan tatapan yang di penuhi keinginan tau yang besar, manik mata yang masih bulat besar benar benar suatu pemandangan yang sayang sekali untuk di lewatkan.

Tapi Zinan akan menolak semua definisi yang baik baik dari anak kecil, menurut Zinan anak kecil itu merepotkan dan menyebalkan, bukan karena apa apa, hanya saja mereka terlalu jujur, tidak bisa diam, dan yang paling membuat Zinan pusing adalah anak kecil terlalu banyak ngomong, selalu bertanya ini itu, mereka tuh tau tidak sih, Zinan kan bukan guru besar yang tau segalanya.

Seperti sekarang ini, bocah kecil yang selama seminggu ini berada di rumah benar benar membuat Zinan jengah, jika saja Nala itu boneka maka dengan kejam Zinan akan mencekik dan membuatnya jadi sepuluh bagian, tapi sayangnya bocah itu bukan boneka tapi manusia, dan Achirah sangat membela bocah pungut itu.

"Ka Jinan ka Jinan, Nala punya baju balu loh, coba cium cium wanginya, haluuum sekaliii, kaka pasti ndak punya kan," nah kan, bocah itu berulah lagi, dengan wajah tengilnya ia menunjukan baju atasan berwarna kuning.

"Emang gue gak punya, lagian siapa juga yang mau baju warna kuning kek gitu, kayak tai," wajah Zinan menunjukan raut kesal.

"Enggak tuh, baju Nala wanginya enak, tidak sepelti eek," tidak kalah kesal Nala menjawab, bibir kecilnya mencebik, kesal Nala tuh, bajunya yang lucu dan cerah ini di bilang mirip tai, mirip dari mananya coba.

Tapi ekspresi kesal itu seketika berubah, teringat akan kata yang ingin Nala tanyakan, "ka Jinan, Nala mau tanya tanya boleh?," oi, lihatlah mata itu, berkedip kedip genit.

"Gak," sangat singkat padat dan jelas Zinan menjawab.

"Tidak apa apa, Nala akan tetap tanya tanya kok hehe," sudah Zinan bilang kan anak kecil itu menyebalkan.

Zinan memutar bola matanya malas, "kemalin Nala lihat bintang di langit belsama kaka Achi, banyak sekali tau ka Jinan bintangnya, jadi bagus sekali, Nala jadi ingin jadi bintang, supaya jadi indah juga, calanya gimana ya ka Jinan, kasih kasih tip untuk Nala dong," Zinan mengeryitkan dahi heran, bocah ini kenapa random sekali, apa katanya tadi?, mau jadi bintang?, yang benar saja.

Zinan tersenyum jahil, "Hmmmm," Zinan memegang dagu, pura pura berpikir, "setau gue sih, katanya kalo mau jadi bintang harus mati dulu."

"Halus mati dulu?," Nala memiringkan kepala bingung, "mati itu sepelti mainan Nala yang tidak di kasih batelai ya ka Jinan?, tidak belgelak sama sekali, oke oke kalo begitu, Nala akan plaktekkan" Nala segera merebahkan tubuhnya di lantai ruang keluarga, tidak bergerak.

Sedangkan Zinan di buat bengong dengan tingkah Nala, kenapa harus ada bocah sepolos ini sih?, tapi tak ayal, Zinan pun di buat tersenyum, lihatlah bocah itu, dirinya telentang tiduran di lantai, dengan kaki dan tangan yang terentang sudah seperti bintang laut, dan yang membuatnya semakin lucu adalah ekspresi Nala, mulutnya sedikit terbuka lalu mata kucing dengan manik abu abu itu berkedip kedip imut.

"Gak gitu konsepnya bocah," mendengar ucapan Zinan, Nala lekas berdiri, mendongak melihat Zinan.

"Konsep, apa itu konsep," mata Nala berbinar, senang mendengar kosa kata baru.

"Kucing pungut kayak lo gak perlu tau, konsep itu bahasanya orang dewasa," bukan tanpa alasan Zinan memanggil Nala kucing pungut, mata Nala itu mirip sekali mata kucing, jangankan mata, tingkahnya pun seperti kucing, tidak bisa diam, bergerak kesana kemari, di tambah kalo malam Nala suka menyelinap, diam diam mengambil makanan di kulkas.

"Nala juga sudah dewasa tuh, sudah bisa menggambal dan membaca,"

"Dih, dewasa kata lo?, ngomong Rrr aja belum bener," Zinan menjawab julid.

"Nala sudah bisa ngomong Lll ya, tapi kalena paman jahat tusuk tusuk lidah Nala,  jadinya Nala tidak bisa lagi," dengan sewot Nala menjawab, ada sedikit kesedihan juga di dalam nada bicaranya.

Zinan terdiam di buatnya, kasihan sekali kucing pungut satu ini, Zinan memang tidak pernah tau kisah hidup Nala karena Zinan tidak pernah di ceritakan. Hari itu opanya hanya mengatakan Nala yatim piatu, tidak ada penjelasan setelahnya.
Tapi jika yang di katakan Nala benar, maka Zinan jadi tau, bahwa hidup Nala tidak baik baik saja sejak dulu, di lain sisi Zinan juga salut, Nala hebat sekali, bisa bertahan sejauh ini dengan kondisi mental yang masih baik baik saja.

"Sini gue bisikin," mendengar itu Nala segera mendekat ke arah Zinan, "lain kali kalo ada yang jahat, jahatin balik, jangan mau diam aja, laki laki tuh harus jantan," Zinan memberikan sebuah tips untuk Nala.

"Tapi tapi badan meleka kan besal ka Jinan, gimana Nala mau lawan," Nala menjawab lesu.

"Mau gak gue kasih rahasia, buat lawan mereka," Zinan bisik bisik, sedangkan Nala begitu penasaran, hingga semakin mendekati Zinan.

"Laki laki itu punya satu kelemahan, mau dia sebesar apapun badannya pasti bakal kesakitan kalo salah satu tubuhnya di tendang, mau tau gak apa?,"

"Mau mau, Nala mau tau ka Zinan, ayo cepat kasih tau," dengan tidak sabaran Nala bertanya.

"Tendang aja selangkangannya, haha," setelahnya Zinan tertawa terbahak bahak, merasa lucu telah membuat Nala penasaran setengah mati, sedangkan Nala memasang wajah bingung yang begitu kentara. Dirinya tidak paham.

Tanpa mereka berdua sadari, Achirah dari tadi ada di belakang, mendengar semua percakapan mereka, lalu setelah mendengar Zinan mengajari yang tidak tidak kepada Nala, dengan kejam Achirah menarik daun telinga Zinan.

"Lo ajarin adek gue apa barusan hah!," tarikan itu kencang sekali, sampai sampai Zinan merasa daun telinganya akan copot.

"Aduh duh, sakit kak, gue gak ngajari apa apa sumpah," Zinan meringis kesakitan.

"Abis bikin adek gue begadang semaleman cuman buat nungguin tuh ikan jomblo, sekarang lo juga mau ngerusak otak polosnya Nala?!, iya?!," Achirah berteriak kencang.

"Gak gitu kak, maksud gue tuh baik tau, gue tuh kasih tau satu rahasia biar tuh anak bisa bela diri," akhirnya tarikan pada daun telinga Zinan terlepas.

"Gak dengan kasih tau yang itu Zinan, bahasa lo terlalu kasar buat anak kecil, kalo sampe gue denger lo ngotorin otak adek gue lagi, jangan heran kalo ikan jomblo lo bakal pindah alam," setelah mengatakan itu Achirah segera menggedong Nala yang masih terdiam, Nala sedang berpikir, maksud dari ucapan Ka Zinan itu apa ya?, Nala kan ingin
menerapkan tips nya, supaya bisa melawan paman paman jahat.

Zinan hanya mampu mengelus elus daun telinganya, sebenarnya dirinya tuh salah apa sih?, ia kan hanya memberi satu pengetahuan khusus untuk kucing pungut itu, tapi kenapa malah dapat tindak kekerasan begitu. Zinan kan jadi merasa teraniaya, lihat saja nanti, jika ada kesempatan Zinan akan melaporkan ke polisi atas apa yang telah dilakukan kakaknya itu, masa Achirah dengan tega melakukan ini pada dirinya hanya demi kucing pungut, Zinan gak like pokoknya.























                        

                       [>>>>>>>>>>>>>>>>>]

























TBC;○○○○○○○○○○





Terima kasih yang sudah baca, vote dan komen °•°

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang