Sakit

1.3K 99 1
                                    

Matahari sudah muncul dari peristirahatannya, menyembul sedikit dari ufuk timur, membuat cahaya orange dipagi hari, sinarnya menembus kaca pembatas kamar bertema galaxy, membuat sang pemilik kamar mengernyitkan dahi tanda silau.

Achirah menggelengkan kepala heran, cahaya menyilaukan dari matahari hanya mengganggu sedikit tidur adiknya, setelah mengeliat Nala lalu menutupi diri dengan selimut, dan berbalik badan, kembali memecamkan mata.

Jika saja Nala itu Zinan, maka Achirah akan dengan tega menyiramnya dengan air seember, tapi yang tertidur itu Nala, adik lucu kesayangannnya, lagipula siapa sih yang akan tega menyiramkan air kewajah menggemaskan yang sedang memejam lucu itu, bahkan posisi tidurnya pun tak luput dari kata menggemaskan.

Maka alih alih menyiramkan air, Achirah dengan brutal mencium gemas pipi gembil Nala sehingga meninggalkan bekas kemerahan. Achirah tidak akan berhenti mencium, sebelum bocah mirip kucing itu terbangun.

Nala mengeliatkan tubuhnya, merasa terganggu dengan ciuman yang diberikan Achirah, tangan kurusnya berusaha menjauhkan wajah sang kaka dari pipi, "Nala masih ngantuk kaka Achi, jangan cium cium,"

Achirah mendengus, lalu menyingkirkan selimut yang membalut tubuh Nala, "tidak boleh tidur lagi, sekarang bangun, mandi dan makan,"

Karena Nala tak kunjung membuka mata, dengan terpaksa Achirah menggendong Nala, membawanya ke kamar mandi, bahkan sampai selesai mandi pun Nala masih memejamkan mata, rupanya Nala masih mengantuk berat karena mencuri makan malam tadi.

"Nah, adik kaka sudah tampan, sekarang ayo kita turun untuk makan, ada ayam kecap kesukaan Nala loh" mata kucing Nala yang sebelumnya tertutup sekarang sudah terbuka lebar mendengar ayam dan kecap. Dua jenis makanan itu adalah kesukaan Nala.

"Kaka Achi tidak tipu tipu kan?," binar polos itu menatap Achirah penasaran.

"Kaka kan anak baik, mana mungkin berbohong," Achirah mencolek hidung mungil Nala.

"Kalo begitu kita halus cepat cepat kaka Achi, nanti kebulu habis sama ka Jinan," Nala menarik jari telunjuk milik Achirah.
Setelahnya mereka berjalan menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, semua anggota keluarga Whitney sudah duduk anggun di kursi masing masing, Achirah dan Nala bergegas bergabung dengan mereka semua.

"Jangan dibiasakan bangun siang, itu akan membuatmu jadi pemalas," nada suara Heston terdengar dingin, dirinya memang paling tidak suka dengan orang tidak disiplin.

"Maaf papi," Achirah dan Nala dengan serentak mengucap maaf, merasa bersalah karena membuat keluarganya menunggu.

"Papi tidak butuh maaf, tapi yang papi butuhkan adalah pembuktian" wajah itu masih datar, membuat Achirah dan Nala semakin menundukan pandangan.
Heston memulai memakan makanannya diikuti oleh anggota keluarga yang lainnya.

Salah satu peraturan tidak tertulis keluarga Whitney adalah mereka dilarang memulai makan terlebih dahulu sebelum anggota tertua yang memulai, itu merupakan salah satu tatakrama yang paling dasar yang diajarkan.

Melihat makanan di depannya membuat Nala berbinar binar, lalu dengan semangat Nala memakan makanannya, walaupun tadi malam Nala sudah makan tetap saja dipagi hari Nala lapar lagi, Nala itu meski perutnya kecil dan datar tapi makannya banyak.

Ruang makan dengan desain arsitektur eropa itu hanya diisi denting suara sendok dan suara jam dinding mewah yang menempel disudut ruangan, tidak ada obrolan didalamnya, karena makan sambil berbicara itu terkesan tidak sopan, dan tidak beradab.

Huekk!

Suara itu segera mengalihkan perhatian semua anggota keluarga Whitney, Nala sang pelaku meremas kencang perutnya, sembari terus memuntahkan isi perut yang baru dimasuki makanan.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang