Uang

2.6K 150 4
                                    

Uang itu bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang. Di dunia yang kita pijaki ini sama sekali tidak ada yang gratis, bahkan terkadang, kita pun harus bayar ketika buang air di toilet umum.

Uang sudah menjadi tolak ukur dalam segala hal, uang bisa membeli apapun yang ada di dunia ini, bahkan kebanyakan orang sudah menjadi gila hanya di karenakan tidak memiliki uang, segala cara akan dilakukan tidak peduli haram ataupun halal yang terpenting bisa mendapat uang, kebanyakan orang akan menganggap semua perbuatan boleh dilakukan asalkan ada uang.

Di dunia ini sering kali terjadi dimana orang hanya akan mementingkan uang dari pada nyawa seseorang, mereka menganggap bahwa uang jauh lebih berharga ketimbang nyawa orang miskin yang tidak berguna, nyawa orang orang yang menurut mereka tidak penting, mereka tidak sadar atau mungkin memang sengaja tidak peduli bahwa orang yang mereka anggap tidak penting itu kemungkinan besar adalah seorang anak, seorang ayah, seorang ibu ataupun seorang saudara yang begitu di sayangi oleh keluarga, yang hadirnya lebih berharga lebih dari apapun, termasuk uang itu sendiri.

"Maaf mba, ini sudah menjadi ketentuan rumah sakit, jika belum membayar administrasi maka pasien belum bisa di tangani" pegawai dengan baju putih berkata sesopan mungkin

"Suster brengs*k, lo gak liat kondisi anak gue, anak gue sekarat, hampir mati, gue yakin, ini rumah sakit gak bakal bangkrut kalo cuman nanganin satu bocah ini doang" Mala menggebrak meja reseptionis di depannya, merasa teramat kesal dengan peraturan yang ada.

Apakah manusia manusia yang menjabat sebagai suster ini tidak merasa kasihan dengan anaknya yang sudah berdarah darah, bukankah sebagai manusia kita di haruskan saling tolong menolong, bukannya hanya karena uang mereka semua tidak mau menolong orang yang membutuhkan.

“Maaf mba, semua sudah ada prosedurnya” Suster tersebut berkata santai, sudah teramat biasa menggahadapi perangai manusia manusia yang tidak memiliki uang tapi memaksa untuk mendapatkan apa yang dia mau

Mala mengusap kasar wajahnya, merasa marah akan dunia yang hanya berpusat pada uang dan juga merasa menyesal tidak bisa mengontrol mentalnya yang sering kambuh, sehingga membuat anak yang tidak bersalah harus menanggung semuanya.

Koridor rumah sakit itu sepi, sama sekali tidak ada orang kecuali dirinya, Nala yang ia dudukkan di kursi tunggu rumah sakit, dan juga para suster administrasi yang bahkan tidak patut disebut sebagai manusia, sudah larut malam wajar jika rumah sakit sudah sepi.

Dengan gerakan yang tidak terduga, Mala menjambak suster di depannya, setidaknya jika suster ini tidak bisa membantu maka dia juga harus merasakan apa yang anaknya rasakan, itu yang ada di pikiran Mala saat ini.

Suster itu berteriak, antara sakit dan juga merasa kaget dengan gerakan tiba tiba dari perempuan di depannya.

“Bajingan sialan!, dasar manusia mata duitan, lo harus rasain apa yang anak gue rasain!, gue jambak lo sampe botak, bahkan sampe kulit kepala lo lepas!!!” Mala berteriak marah, tangannya menarik kuat kuat rambut suster tersebut

Sedangkan suster disampingnya berlari keluar, memanggil security.

“Kalian tidak punya adab atau memang sudah gila hah!, ini rumah sakit dan juga sudah malam, apa berantemnya gak bisa di pending dulu sampai besok??” laki laki dengan seragam dokter itu berkata ketus.

Mala segera melepaskan jambakannya terhadap suster tersebut, lalu menghadapkan wajahnya ke arah lelaki di depannya,"Gak usah ikut campur lo dokter, mending lo urusin tuh pasien pasien lo yang berduit supaya mereka gak mati!"

Mala terlalu marah sehingga memaki siapun yang ada di depannya, kondisi mental Mala memang sudah tidak baik baik saja sedari dulu, suasana hatinya mudah sekali tersulut dengan hal sekecil apapun

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang