Alunan melodi yang dihasilkan tuts tuts hitam putih begitu merdu terdengar, mendayu dayu menyebar keseluruh ruangan lebar yang terkesan mahal, bahkan menembus dinding dinding bercat putih gading, melewati setiap ruangan, hingga semua orang dimansion luas itu dapat merasakan melodi indah sekaligus pilu yang dimainkan.
Nala yang tertidur pulas berkat efek obat terbangun, merasa sedikit terganggu dengan suara piano, tapi tak ayal, Nala pun ikut memejamkan mata, menikmati setiap melodi yang terdengar.
"Wuah, meldunya, suala apa ya ini," Nala bergumam kecil, wajahnya yang imut kentara sekali jika sedang terpesona, hingga tanpa sadar kaki mungil tanpa alas kaki itu melangkah, berusaha mencari asal suara bermodalkan telinga yang mendengar.
Berkat telinga yang masih bagus pendengarannya, Nala dengan cepat dapat menemukan asal suara, ternyata itu papa angkatnya, Jotham, yang sedang dengan khusyu memainkan alat musik yang Nala tidak tau apa namanya.
Papanya duduk disana, jari jari besar itu dengan lihai memencet benda berwarna hitam putih, menghasilkan sebuah harmoni indah, Nala sampai dibuat ternganga, terlalu takjub dengan mengapa benda yang dimainkan sang papa bisa menghasilkan suara seindah ini.
"Papa," tangan kecil Nala dengan ragu mencengkram ujung baju papanya, tatapan polos itu sedikit takut takut.
Jotham menoleh, menunduk dan melihat seorang bocah yang sedang takut takut menatap dirinya, mengeryitkan dahi heran, mengapa bocah ini tiba tiba ada disini, setau Jotham Nala sedang sakit. Tapi setelahnya Jotham mengangkat bahu cuek, tidak peduli dengan apapun yang bocah itu lakukan.
Melihat respon Jotham, Nala menundukkan kepala, sedih karena ternyata sang papa angkat belum bisa menganggap dirinya ada.
Nala berjalan menjauh dari Jotham, berniat duduk disofa yang berada di dalam ruangan, Nala hanya ingin tetap mendengarkan melodi yang dibuat papanya, walaupun Nala tidak tau alat musik apa yang sedang dimainkan.
Hingga tatapan mata kucing itu tidak sengaja melihat sebuah alat musik kesukaan sang bunda, sebuah alat musik berwarna coklat yang bernama biola, alat musik yang selalu terlihat indah dimata kucing Nala.
Dengan perasaan senang Nala mengambil alat musik itu, memainkannya hingga menciptakan sebuah harmoni yang selalu didengarnya dulu, sebuah harmoni yang selalu dibuat sang bunda ketika sedang sedih.
Gesekan antara bow dan biola ikut serta mengiringi sentuhan tuts piano yang dimainkan Jotham, hingga menciptakan musik yang begitu indah dan enak didengar.
Jotham menengok kearah suara gesekan biola yang begitu familiar ditelinga, hingga tangannya secara tak sengaja menghentikan permainan piano. Tatapan mata itu menatap Nala tanpa berkedip.
Nala ada disana, tepat didepan jendela besar yang menampakan pemandangan hutan yang asri, dengan tembusan cahaya matahari pagi yang sedikit menyilaukan, bocah itu dengan santai memainkan biola, tangan tangan mungilnya terlihat begitu lihai, mata kucingnya memejam, terkesan begitu menikmati permainan sendiri.
Nala menikmati suara biola ini, sangat malah, melodi yang ia ciptakan membuatnya merasa selalu dekat dengan sang bunda, dulu ketika suasana hatinya baik, bundanya selalu mengajari Nala biola, membuat Nala pandai dalam bermain alat musik gesek itu, dulu di dalam rumah kecil reot yang jelek, sang bunda dengan anggun dan terlihat cantik memainkan biola usang kesayangannya, membuat rumah kecil itu menjadi lebih tentram kelihatannya.
Sedangkan Jotham terdiam dibuatnya, segala sesuatu yang ada didiri Nala mengingatkan pada masa lalu. Suara gesekan biola yang terdengar, tidak ada bedanya sama sekali, seperti permainan biola seseorang dimasa lampau, seseorang yang dengan mudah dapat membuatnya jatuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
FanfictionDia hanya ingin bahagia Hanya sesederhana itu Tapi dia lupa bahwa bahagia itu tergantung alasan Sedangkan alasannya tidak pernah menginginkannya bahagia °•°