Bali selalu punya cara untuk mengobati patah hati. Dengan sugesti itu, aku memesan tiket ke Bali, sehari setelah memutuskan pacarku yang ketahuan selingkuh.
Apa enggak ada cowok baik-baik di dunia ini? Di usia 20 tahun, ini ketiga kalinya aku harus patah hati karena cowok yang enggak bisa menjaga kesetiaannya.
Aku beranjak ke teras kecil di luar club untuk meredakan denyut di kepala. Alkohol dan musik menghentak membuat kepalaku sakit. Tapi, aku butuh rasa sakit itu untuk melupakan sakit hati akibat patah hati.
Itulah yang kulakukan selama dua hari di Bali. Berpesta semalaman di club yang ada di hotel ini, lalu menghabiskan sepanjang siang dengan tidur dan mempersiapkan diri untuk berpesta malamnya. Meski pesta itu menyenangkan, nyatanya belum bisa membuatku sepenuhnya lupa pada sakit hati.
"Fuck you, Robi. Gue doain kontol lo enggak bisa ngaceng, dasar cowok sialan."
Suara tawa menyambut umpatanku barusan. Aku menoleh ke balik punggung dan menyadari aku enggak sendirian di teras ini.
Tidak jauh di belakangku, tersembunyi di sudut gelap, aku melihat siluet seorang laki-laki. Dia beranjak dari sudut gelap, melangkah ke bagian teras yang terang sehingga aku bisa melihatnya dengan jelas.
"Sorry. Kirain enggak ada orang," seruku.
Dia mengangkat tangan dengan santai. "At least, saya enggak perlu mengasihani diri sendiri lagi."
Sebelah alisku terangkat. "Maksudnya?"
Dia bergerak mendekatiku, lalu ikut bersandar ke pagar pembatas teras ini. Dari jarak dekat, aku bisa mengamatinya.
Walau penerangan di teras ini lumayan remang-remang, enggak bisa menutup mata kalau ... he's drop dead gorgeous. Dia punya wajah ganteng yang membuatku berpikir jangan-jangan dia bintang film? Wajahnya terlihat tegas, tapi ada binar nakal di matanya. Rambutnya hitam lebat dan dipangkas rapi, tapi beberapa helai anak rambut mencuri keluar dari tatanannya.
Tatapanku beralih ke tubuhnya. Dia tinggi banget. Bahkan dengan high heels yang kupakai, aku cuma menyentuh pundaknya. Dia punya bahu lebar dan bidang, juga tubuh liat dan berotot. Dia memakai kemeja slim fit yang memperlihatkan tubuh kokohnya. Mataku sudah tak sabar ingin meneliti lebih ke bawah, tapi aku menahan diri demi kesopanan.
"Saya sengaja sembunyi di sini karena saya pikir, semua yang ada di club sedang bersenang-senang. Lalu kamu datang dan mengumpat," jawabnya.
Aku mendengkus. "Karena satu cowok sialan, aku enggak bisa total berpesta."
Dia tersenyum, menampakkan lesung di pipi kirinya.
"Let me guess. Baru putus?"
Aku mengembuskan napas kesal. "Dia selingkuh."
Laki-laki itu cuma mengangguk kecil.
"Dan itu bukan yang pertama. Cuma itu aja yang ketahuan." Aku melanjutkan. Kenapa aku malah curhat sama orang asing ini? "Teman-temanku sudah sering ngingetin, tapi aku enggak percaya. Sampai aku lihat sendiri."
Aku enggak bisa lupa akan kejadian dua hari lalu, saat aku berencana membuat surprise di ulang tahun Robi dan datang ke rumahnya. Malah aku yang mendapat kejutan ketika melihat Robi dalam keadaan telanjang, dan cewek yang enggak kukenal berlutut di depannya, mengulum penis Robi.
"Terus, yang bikin aku makin kesal, dia enggak minta maaf. Bahkan dia enggak menghubungiku sampai sekarang," lanjutku.
Bukannya aku mau balikan sama Robi. Paling tidak, aku mau dia minta maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Need
RomanceKumpulan cerita pendek Only for 21+++ Disclaimer: adult romance, mature, sex scene