Karena harus sekolah, Papa berangkat lebih dulu ke perkebunan di Sukabumi. Lagipula, ada meeting yang enggak bisa ditinggalkan.
Sepulang sekolah, aku memanjakan diri di salon. Aku juga membeli lingerie yang aku yakin akan membuat Papa bernafsu.
Malam ini, aku akan bercinta dengan Papa.
Sepanjang perjalanan, aku bergerak enggak sabar. Aku menunggu-nunggu momen ini. Katanya keperawanan adalah hal yang sakral. Aku juga meyakininya. Namun, aku rela melepasnya untuk Papa.
Rasa sayangku pada Papa lebih dari sayang seorang anak. Aku mencintainya seperti perempuan mencintai laki-laki.
Mobil memasuki area perkebunan. Di kiri kanan, sepanjang mata memandang, hanya ada kebun teh. Papa memiliki resort dan salah satu hiburan saat liburan di sini adalah jalan-jalan di kebun teh.
Papa mengirim pesan. Dia masih ada meeting dan memintaku menunggunya. Bosan cuma diam di kamar, aku putuskan untuk jalan-jalan.
Berada di kebun teh selalu membuatku tenang. Hal inilah yang membuatku semakin yakin ingin kuliah di bidang pertanian dan bisnis. Sewaktu keinginan itu muncul, Papa senang banget. Dia sudah lama bercerai dari Mama, tapi Papa senang karena ada yang bisa dipercaya untuk meneruskan usaha ini.
Nanti, kalau aku sudah kuliah, aku bisa mengembangkan perkebunan ini bareng Papa.
Aku terpekik saat ada yang memelukku dari belakang. Aroma parfum Papa memenuhi penciumanku.
"Sorry ya, Papa baru kelar meeting."
Sambil merebahkan kepala di dada bidang Papa, aku menggeleng. "No probs. Aku senang jalan-jalan di sini."
Papa memutar tubuhku. Bibirnya membungkamku. Aku merangkul leher Papa saat membalas ciumannya. Dengan satu gigitan pelan, Papa melepas ciumannya.
"Aku ngabisin duit Papa di salon. Full body treatment," ujarku. Aku berjinjit untuk berbisik. "Biar Papa puas."
Papa tertawa pelan. "Papa sudah enggak sabar. Sebelumnya, kita makan malam dulu. Papa sudah siapin dinner di taman."
Sepanjang sisa sore, aku dan Papa bersantai di gazebo. Papa memelukku, dan aku merebahkan tubuhku di dadanya. Ada gejolak dari dalam tubuhku yang ingin meminta agar Papa memuaskanku. Namun aku menahan diri. Aku akan menyimpannya untuk malam nanti.
Makan malam ini romantis. Papa mengajakku dinner di taman, dengan udara malam yang sejuk.
Papa terlihat begitu menginginkanku, terpancar dari matanya yang berkilat menatapku penuh nafsu.
Aku menghabiskan dessert sambil mendengarkan cerita Papa tentang perkebunan. Konsentrasiku terpecah karena Papa mulai menyentuhku. Papa berusaha terlihat cuek, tapi aku yakin sentuhan itu disengaja.
Jarum jam menunjukkan pukul sembilan ketika Papa membawaku ke kamar.
Akhirnya, saat ini datang juga.
Papa memelukku, bibirnya mencumbuku. Tubuhku menempel erat di tubuhnya. Aku yakin Papa bisa merasakan nafsuku yang menggebu-gebu.
Ciuman Papa beralih ke leher. Aku meningkahi dengan erangan penuh nafsu. Aku mengangkat tangan saat Papa membuka sweter yang kupakai.
Mata Papa membola saat melihat dadaku terbungkus bra hitam dengan aksen renda dari Victoria Secret. Bra mahal memang enggak bohong. Buktinya payudaraku ditopang sempurna sehingga tampak penuh.
Papa menangkupnya. Matanya berkilat nakal ke arahku.
"Susu kesayangan Papa," bisiknya. Papa membuka kaitan bra dan melepasnya. Membuat payudaraku terbebas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Need
RomanceKumpulan cerita pendek Only for 21+++ Disclaimer: adult romance, mature, sex scene