NateSelamat sedetik, aku yakin kiamat sudah tiba.
Di deret kedua, di antara 36 mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Digital Marketing, aku menemukan sosok yang selama tiga bulan terakhir memenuhi benakku.
Aku tidak bisa melupakannya.
Karina.
Salah satu penyesalanku adalah membiarkannya pergi siang itu. Saat itu, aku yakin inilah yang terbaik. Dia hanya orang asing yang kebetulan bertemu denganku. Kami sama-sama berada di titik terendah. Dia yang baru saja putus, dan aku yang menghabiskan honeymoon sendiri setelah pernikahanku batal.
Seks dengan Karina adalah distraksi yang kubutuhkan.
Namun, setelah Karina menghilang dari pandanganku, aku tersadar sudah melakukan kesalahan besar. Karina bilang, dia tidak akan bisa lagi menikmati seks setelah berhubungan denganku.
I feel the same.
Bagiku, seks adalah Karina.
Selama tiga bulan aku mengutuk kebodohanku siang itu. Selama tiga bulan ini pula aku berharap bisa bertemu lagi dengannya.
Doaku terkabul. Namun, aku tidak suka situasi ini.
Karina mahasiswaku.
Fuck.
Aku berpura-pura mengecek laptop dan mengabaikan celanaku yang terasa sempit. Penisku menegang hanya karena melihat Karina.
Aku ingat setiap inci tubuhnya. Juga suaranya yang melenguhkan namaku saat aku menuntaskan hasratku di dalam tubuhnya. Aku tidak akan pernah lupa kehangatan yang diberikannya, juga nikmatnya bercinta dengannya.
Aku mengangkat mata dan menyisir seisi kelas hingga berhenti di wajah Karina. Dia tampak panik. Jelas dia mengenaliku. Wajahnya memerah, dan Karina membuang muka.
Hanya dengan melihatnya saja, penisku langsung berulah. Sudah tiga bulan ini dia tidak merasakan cengkeraman vagina. Dia juga merindukan Karina. Mulutnya. Lidahnya. Payudaranya.
And ... her pussy.
I miss all of her.
Aku berdeham, berusaha menekan keinginan tersebut jauh-jauh.
"Good morning..." Aku memulai kelas pagi itu.
Selama enam bulan ke depan, aku membenci Senin.
***
Selama tiga bulan terakhir, aku tak ubahnya seperti seorang pecundang. Semuanya karena Karina.
Dia mengacaukan hidupku.
Sudah tidak terhitung berapa kali aku membayangkan tubuh telanjangnya sementara aku mengocok penisku sendiri.
Aku melakukannya lagi.
Hal pertama yang kulakukan saat sampai di apartemen adalah menelanjangi diriku sendiri dan berdiri di bawah kucuran air dingin, berharap penisku bisa melupakan keinginan untuk merasakan kenikmatan yang ditawarkan Karina.
Lima menit berlalu dan tidak terjadi apa-apa.
Aku mengerang putus asa. Malam ini, aku kembali masturbasi sambil membayangkan Karina.
Dengan satu tangan bertumpu di dinding, aku mematikan shower lalu tanganku yang bebas menyentuh penisku yang tegang dengan sempurna. Aku ingat betapa nikmatnya saat Karina mengocok penisku dengan kedua tangannya. Juga ketika dia mengulumku, memuaskanku di dalam mulutnya. Aku bahkan masih ingat matanya yang menatapku sayu karena dipenuhi nafsu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Woman's Need
RomanceKumpulan cerita pendek Only for 21+++ Disclaimer: adult romance, mature, sex scene