My Lovely Girl

84.4K 696 1
                                    

Aku meraih kondom dari laci nakas dan memasangnya sebelum merebahkan tubuhku di samping Nisha. Aku meraih bibirnya dan melumatnya. Sementara jari-jariku menggerayangi kewanitaannya.

"Perawan," bisikku.

Nisha mengerang saat aku menekan klitorisnya.

"Papa akan perawanin kamu," bisikku di telinganya, lalu menjilati telinganya.

"Yes, please, Pa," rintihnya.

Aku bersitatap dengan Nisha. Wajahnya diselimuti nafsu, membuatku semakin menggila.

"Kamu sengaja menyimpan keperawananmu buat Papa?" Tanyaku. Sekali lagi, aku mengusap klitorisnya.

Nisha mengerang sambil menganguk.

Aku menyibak liang senggamanya. "Kontol Papa bakal merobekmu."

Nisha menggigit bibirnya dan kembali mengangguk.

Aku meraih tangannya dan membawanya untuk menyentuh kejantananku.

"Papa janji kamu bakal ketagihan kontol Papa. Kamu bakal merengek minta Papa puasin. Cuma kontol Papa yang bisa bikin kamu puas," geramku.

Nafsu di wajahnya semakin pekat saat dia menatap penisku. "Aku cuma mau kontol Papa."

"Bagus, karena Papa enggak mau berbagi. Cuma kontol Papa yang boleh masuk ke tubuhmu. Paham?"

Nisha mengangguk.

"Jawab, Sayang."

"Paham, Pa," jawabnya pelan.

Aku membalik tubuhnya dengan tiba-tiba, membuat Nisha terpekik dan pegangannya di penisku terlepas. Aku menindihnya dan menciumi setiap jengkal kulitnya. Tanganku meraba dan mengusapnya. Kulitnya terasa hangat saat bersentuhan denganku.

Nisha merintih saat aku meremas bokongnya. Dia terpekik saat remasanku kian keras dan diakhiri dengan pukulan ringan. Lalu, aku menciumi bokongnya di tempat bekas tamparanku.

Aku kembali membalik tubuh Nisha dan menciumnya. Ciumanku turun ke leher lalu ke pundak dan berakhir di payudaranya. Aku menenggelamkan wajah di sana. Meraupnya ke dalam cumbuanku. Aku menggauli putingnya yang keras dan sensitif, membuat tubuh Nisha menggelinjang. Sementara jari-jariku menyibak kewanitaannya yang sudah sangat basah.

Aku masih menyusu sambil mempermainkan vaginanya ketika merasakan tubuhnya mulai bergerak liar. Orgasme akan menyapanya. Sehingga aku menyelesaikan seranganku.

"Papa, jangan berhenti," rengeknya.

"Orgasme pertamamu karena kontol Papa, jadi tahan dulu," ujarku.

Aku mengangkat tubuh, lalu merenggangkan kaki Nisha lebar-lebar. Vaginanya terpampang di hadapanku. Basah dan merekah. Sangat indah.

Perlahan aku mengarahkan penisku ke bibir vaginanya. Aku tidak langsung memasukinya. Ini pengalaman pertama Nisha. Aku ingin dia menikmatinya meski awalnya harus kesakitan.

Aku mengusapkan penis di bibir vaginanya, menyentuh klitorisnya, perlahan-lahan mulai merengsek masuk.

Nisha merengek memintaku segera memasukinya. "Pa, aku udah enggak kuat. Aku mau kontol Papa."

"Sabar, Sayang. Kontol Papa cuma buat kamu."

Nisha terus merengek, diselingi rintihan saat doronganku mulai dalam. Aku sengaja berlama-lama, membiarkan Nisha terbiasa dengan penisku. Aku mendorongnya perlahan hingga setengah penisku tenggelam di dalam kehangatan vaginanya. Dengan satu dorongan terakhir, aku sepenuhnya berada di dalam tubuhnya.

Penisku merobek keperawanan Nisha.

Nisha terpekik. Air mata bercucuran di pipinya. Aku membungkuk dan mencium air matanya sampai kering.

Woman's NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang