You Belong in My Bed 1

141K 986 4
                                    

The thing is, I know what I want.

Aku tahu apa yang tubuhku butuhkan. Aku tahu seperti apa aku ingin disentuh, bagian mana yang aku ingin mendapatkan perhatian lebih, juga tekanan seperti apa yang membuatku bisa orgasme.

Sayangnya, aku belum menemukan pasangan yang tepat.

Aku pertama berhubungan seks di usia 20 tahun, tapi itu bukan pengalaman seksual pertamaku. Kali pertama, aku merasakan puas melalui sentuhan tanganku sendiri di usia 18 tahun.

Practice makes perfect. Aku berlatih dengan tanganku sendiri.

Aku pernah baca kalau masturbasi memberikan efek negatif. Salah satunya, tidak lagi bisa menikmati seks dengan pasangan.

Mari lihat dari sudut pandang lain. Dengan cara itu, aku tahu seperti apa aku ingin diperlakukan.

I set the bar high.

Dan belum ada laki-laki yang bisa mencapai standar tersebut. Nasibku aja yang sial, selalu pacaran dengan cowok egois yang tahunya cuma kepuasan sendiri.

Belum ada cowok yang bisa membuatku orgasme. Setiap kali selesai berhubungan seks, aku selalu menuntaskan hasratku dengan tangan sendiri.

Aku ragu, apakah ada laki-laki yang bisa memenuhi standar tersebut?

***

Lantunan ambience music memenuhi kamar. Aku membutuhkannya, selain untuk set the mood, juga untuk meredam teriakanku ketika mencapai titik kepuasan.

Aku menanggalkan lingerie yang membalut tubuhku, lalu merebahkan tubuh telanjangku di atas kasur. Angin malam yang segar berembus masuk dari jendela yang kubiarkan terbuka.

Jariku menyentuh putingku yang mengeras. Aku suka berlama-lama di sana, merasakan teksturnya hingga menegang. Putingku yang sensitif, memberikan rangsangan ke seluruh tubuh saat disentuh ujung jari.

Payudaraku tidak terlalu besar, berbentuk bulat dengan puting kecokelatan.

Aku menumpuk bantal hingga kepalaku berada lebih tinggi. Sehingga aku bisa melihat tubuh telanjangku.

Seks harus melibatkan semua panca indra. Termasuk mata. Aku suka memandangi diriku saat sedang masturbasi. Itu juga alasanku memasang cermin besar di dinding kamar yang memperlihatkan tubuhku.

Jariku memilin kedua puting dengan gerakan konstan yang kian lama kian cepat seiring dorongan hasrat dari dalam tubuhku. Putingku semakin menegang. Rasanya perih, ketika bagian sensitif itu semakin mengeras. Rasa perih yang nikmat.

Aku menunduk dan menjulurkan lidah untuk menyentuhnya. Air liur membuat putingku makin sensitif. Aku lalu mengulum putingku, memainkan ujung lidah di sana, sementara sisi lainnya dimanjakan lewat pilinan dan jepitan dua jari.

Aku melepaskan payudaraku dengan desah nikmat.

Mantan pertamaku tidak pernah memanjakan payudaraku. Dia cuma bertahan lima menit sampai dia mencapai klimaks dan aku enggak merasakan apa-apa.

Aku merenggangkan kaki, cermin menampakkan vaginaku yang basah. Juga klitorisku yang bengkak.

Satu tanganku masih memainkan payudara sementara tangan yang bebas menyusuri perut hingga berada di kewanitaanku. Rasa basah yang lengket menandakan bahwa aku sangat terangsang.

Aku menekan klitoris, mengusapnya dengan lembut sementara jariku yang lain menyentuh setiap permukaan vaginaku.

Akan menyenangkan jika ada yang menciumku di sana.

Aku belum pernah merasakan oral dan sangat memikirkannya. Mantan-mantanku tidak ada yang menyukai oral.

Dorongan nafsu semakin menguasai.

Woman's NeedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang