16. Pulang

5 1 0
                                    

Happy reading

Pagi-pagi buta semua penghuni villa pergi untuk joging bersama-sama.

"Lo pada duluan aja nanti gue nyusul."

"Ok kita duluan jangan lupa nyusul." Ucap Erza

"Ok."

Setelah mengatakan itu Bumi menuju ke dalam villa lagi, lebih tepatnya Bumi pergi ke kamar Matahari.

"Tar." Panggil Bumi sambil mengetok pintu.

"Apa?" Tanya Matahari dia hanya membuka sedikit pintunya.

"Joging yuk yang lain udah pada berangkat duluan." Ajak Bumi

"Lo pergi aja gue nggak ikut." Saat Matahari hendak menutup pintu Tapi Bumi menahan agar tidak tertutup.

"Kalo lo nggak ikut gue juga nggak ikut."

"Terserah. Lepas nggak tangan lo, gue mau nutup pintunya.

"Kalo gue gak mau gimana? Kemarin gue udah diem tapi nggak buat sekarang." Setelah mengatakan itu Bumi dengan seenak jidat nya menerobos masuk ke kamar Matahari.

"Keluar!" Usir Matahari

Bukannya keluar Bumi malah merebahkan tubuhnya di ranjang Matahari.

"Ok kalo lo nggak mau keluar. Gue yang keluar." Mendengar itu Bumi langsung berdiri.

"Bisa nggak kita damai aja. Nggak enak tau kayak gini."

"Nggak akan pernah bisa. Dan yah gue mau bilang setelah dari sini jangan pernah lo temuin gue di rumah,sekolah, atau dimanapun itu.

"Maksud nya?" Bumi bingung kenapa Matahari berkata seperti itu.

"Gue tau lo nggak bodoh. Lo tau setiap apa yang gue ucapin."

"Kenapa jadi gini. Lo egois."

"Gue egois apa perlu gue beliin kaca biar lo bisa ngaca hah?"

"Apapun yang lo mau gue bakal turutin tapi jangan kayak gini."

"Lo tau apa yang gue mau. Gue mau kita putus." Bumi sudah muak dengan permintaan konyol Matahari.

"Gue udah bilang jangan pernah ucapan kata-kata itu dari mulut lo lagi. Kenapa masih di ulangin." Bumi menghampiri Matahari dan mencengkeram lengan gadis itu.

"Lo tau kan gue siapa Bumi Gerard Dixon. Semua apa yang gue mau akan jadi milik gue selamanya. Jadi jangan coba-coba nantangin gue Tari." Matahari memandang remeh Bumi.

"Sayangnya gue nggak takut." Matahari mencoba melepaskan cengkraman Bumi di lengannya.

"LEPAS." Bentak Matahari. Tapi hanya menatapnya tajam tanpa melepaskan cengkeramannya.

"Berani lo bentak gue!"

"Buat apa gue harus takut sama manusia brengsek kayak lo."

"Kita pulang sekarang lo beresin barang lo." Matahari semakin bingung apa lagi rencana Bumi. Kenapa tiba-tiba dia ngajak pulang.

"Lo nggak budeg kan beresin sekarang gue tunggu di sini."

Matahari sudah malas untuk ribut jadi dia menurut saja. Lagi pula dia juga ingin segera pulang agar tidak bertemu dengan Bumi.

Bumi membawakan koper Matahari ke mobil.

"Kenapa malah ngelamun masuk!"

Matahari tersadar dari lamunannya kemudian di masuk ke mobil.

Matahari memalingkan wajahnya ke kaca mobil malas bertatapan dengan Bumi.

Bumi mencoba menggenggam tangan Matahari dan langsung di tepis oleh sang empu.

Sejauh Bumi dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang