Happy reading
Setelah bertemu dengan anaknya Suara menjadi merasa bersalah kepada Bumi. Seharusnya dia tidak egois selama ini. Suara yakin bahwa ini sudah terlambat tapi dari pada nggak sama sekali lebih baik terlambat.
"Yah." Panggil Suara
"Iya bun kenapa?" Tanya Leo ketika melihat raut muka istrinya seperti ingin memberi tahu hal yang besar.
"Kayaknya bunda mau berhenti kerja." Ucapan Suara membuat Leo terkejut.
"Kenapa tiba-tiba mah berhenti bun?"
"Aku nggak tega sama Bumi yah. Tadi dia ngadu ke aku kalau dia iri sama keluarga Matahari, dia pengen punya ibu yang selalu ada di rumah nyambut dia pulang sekolah. Boleh kan kalo aku nggak ikut kamu kerja lagi?" Dhara menatap Leo penuh harap.
"Jelas nggak papa dong bun, ayah malah seneng kalo bunda berhenti kerja. Kan dari dulu ayah udah bilang ke Bunda buat di rumah aja ngurusin Bumi." Mendengar jawaban Leo membuat Suara langsung tersenyum lebar.
"Makasih yah dan maaf kalo bnda selama ini egois."
"Nggak papa bun yang penting kamu sekarang diem di rumah aja urus Bumi."
"Yaudah kalo gitu sekarang kita tidur. Bunda nggak sabar buat ngasih kabar ini ke Bumi." Setelah itu mereka langsung mengistirahatkan tubuhnya, karena hari ini sangat banyak kegiatan yang cukup menguras tenaga.
***
"Bumi sayang ayo bangun." Suara mengetok pintu Bumi.
"Iya bun ini Bumi udah bangun kok mau mandi." Bumi langsung menuju kamar mandi.
"Yaudah bunda tunggu di bahwa yah."
Setelah beberapa saat Bumi mandi dan bersiap untuk sekolah dia langsung menuju meja makan. Hari ini mood Bumi sangat bagus jarang-jarang dia bisa makan bersama keluarga lengkap lagi.
"Tumben bunda sama ayah masih di rumah?" Tanya Bumi
"Bunda sama ayah ada kabar baik buat kamu." Ucap Dhara
"Kabar baik apa?"
"Mulai hari ini bunda udah nggak kerja lagi di kantor papa. Bumi seneng kan?" Ucapan dari cukup membuat Bumi terkejut.
"Beneran bun? Bumi nggak mimpi kan bun?"
"Bumi nggak mimpi sayang." Dhara bahagia ketika melihat anak nya tersenyum lebar.
"Makasih bun udah nurutin Bumi." Bumi langsung menuju di tengah-tengah bunda dan ayahnya. Bumi memeluk kedua orang tuanya. Jujur kalo memang ini yang Bumi inginkan sejak kecil.
"Nggak masalah sayang apa sih yang nggak bisa buat putra semata wayang buda. Sekarang makan nanti telat kamu jemput Matahari."
"Eh iya bun hampir aja Bumi lupa." Bumi menepuk jidat nya.
Bumi segera menghabiskan makanannya. Dia ingin cepat-cepat bertemu dengan Matahari. Bumi ingin Matahari tahu bahwa hari ini dia sangat bahagia.
"Bumi udah selesai. Bun yah Bumi pamit ke sekolah dulu ya." Pamit Bumi.
"Iya hati-hati bawa anak orang. Sampe Matahari lecet kamu yang habis di tangan papa."
"Tenang aja yah kalo Matahari sama Bumi itu akan selalu aman. Bumi berangkat Assalamualaikum." Salam Bumi.
"Waalaikum salam."
"Dia keliatan seneng banget yah."
"Iya rasanya hampir nggak pernah aku liat Bumi sebagia itu."
"Oh iya aku juga mau langsung pamit juga. Nanti kalo ada apa-apa di rumah langsung telepon ayah."
"Iya yah hati-hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi dan Matahari
Fiksi RemajaTentang dua orang yang memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda Matahari Abhitha Merius dan Bumi Gerard Dixon. *** "Pukul aja nggak papa kok, biar lo lega." "Sebenernya mau lo itu apasih setiap lo bikin gue marah dan setela lo liat gue nangis l...