4. Berteman

11 3 0
                                    

Happy reading

Sesampainya di kantin dia melihat Matahari sedang makan sendirian di mejanya. Bumi pun berfikir untuk mengajak Matahari untuk berbaikan untuk melancarkan aksinya. Bumi pun memutuskan untuk duduk dengan Matahari.

"Hai, gue boleh duduk di samping lo nggak." Tanya Bumi.

"Nggak boleh. Lagian ngapain si lo sok akrab sama gue, biasanya juga cuek." Jawab Matahari tanpa melihat lawan bicaranya, karena dia sudah mengetahui siapa orang di sebelahnya.

Bumi yang jengkel pun menarik tangan Matahari aga menatapnya. Matahari yang diperlakukan seperti itu hanya menatap malas Bumi.

"Ya nggak papa. Apa salahnya cobak gue belajar buat bertemen sama lo. Kan mulai hari ini kita bakal berangkat sama pulang bareng. Jadi kalok kita nggak akrab kan kayak gimana gitu, berasa aneh sepi banget. Mobil gue udah kayak kuburn cuman bedanya ada suara musik aja. Boleh kan gue baik ke lo biar kita nggak canggung aja kalok lagi barengan." Bumi meyakinkan Matahari dengan tangan nya menggenggam tangan Matahari dan mengusapnya lembut. Dia masih belum duduk dia berjongkok di depan Matahari karena belum mendapatkan izin.

Matahari mulai mencerna kata-kata Bumi. Dia tidak bisa mempercayainya begitu saja, dia tidak lupa sedang berhadapan dengan seorang Bumi yang licik. Matahari baru sadar jika tangannya di genggam Bumi, dia pun menarik tangannya dari genggaman Bumi.

"Beneran lo ngomong kayak gitu, lo nggak lagi saikit kan apa jangan-jangan habis kepentok ya lo." Matahari menyipitkan matanya berusaha mencari kebohongan tapi nihil.

"Nggak kok gue nggak sakit dan gue nggak habis kepentok. Lagian lo nggak percaya banget si sama gue."

"Ya gimana gue bisa percaya sama lo,buktinya aja selama ini sikap lo sama gue aja kayak gitu. Jadi yah aneh aja gitu seorang Bumi yang biasanya nyebelin, suka bikin onar, biki orang emosi tiba-tiba aja berubah. Kayak nggak mungkin aja gitu sampek gu mau ngomong apa-apa saking nggak percayanya." Cerocos Matahari.

"Nggak bisa ngong gimana dari tadi aja lo udah nyerocos. Gimana nih gue boleh duduk apa ngga." Tanya Bumi.

"Ok boleh tapi, jangan deket-deket jauhan dikit. Biar orang lain nggak mikir yang aneh-aneh tenyang kita." Bumi mndengar itu lansung duduk di sebelah Matahari dan tidak doi sangaka dia langsung memeluk Matahari erat bahkan sangat erat. Matahari terkejut otaknya masih loading di mencoba mencerna keaadan yang ia hadapi. Entah dorongan dari mana Matahari membalas pelukan Bumi.

Banyak yang terkejut melihat kejadian itu beda lagi dengan sahabat-sahabat Bumi, mereka tidak menyangka Bumi akan memulai secepat ini.

'Kayaknya ada yang janggal.' Batin seseorang.

"Gilak gercep banget tu Bumi." Celetuk Kevin.

"Iya anjir, tapi semoga Bumi nggak berkhianat ya." Ucap Erza,

"Ken juga mau kayak gitu." Mendengar itu sahabatnya pun terperanjat kaget.

"Astaga bocil, emanganya benran lo mau. Kalok beneran mau gue ajarin." El mendengar itu pun langsung menjitak kepala Erza.

"Nggak usah didengerin Ken." Mana bisa dia membiarkan pikiran Ken yang polos dirusak oleh dua sahabatnya yang sudah tidak waras itu.

"Issh, gilak kalok otak gue geser gimana." Kepala erza rasanya sakit setelah terkena jitakan dari El.
Kembali ke Bumi dan Matahari, mereka masih dalam posisi yang sama Matahari masih belum sadar dia nyaman berada dii pelukan Bumi. Bumi mendapatkan balasan dari Matahari pun merasa senang.

'Sorry gue karena gue udah bawa masukin lo ke perangkap gue. Gue nggak tau harus gimana, gue nggak mau nyakitin lo tapi gue juga nggak mau sahabat gue kecewa.' Batin Bumi.

"Nyaman banget lo di pelukan gue." Matahari yang baru sadar pun langsung mendorong tubuh Bumi untuk menjauh. Tapi yang terjadi malah sebalik nya.

"Jangan di lepas dulu." Bumi malah menarik Matahari kembali agar tetap berpelukan.

"Gue kan tadi bilang jangan terlalu deket kok malah di peluk."

"Tapi lo nyaman kan?"Bumi menggoda Matahari, membuat pipi gadis itu memerah dia malu. Tapi malunya menjadi dua kali lipat karena menjadi pusat perhatian. Rasanya ia ingin merutuki dirinya sendiri.

'Bodoh banget si lo Matahari kenapa lo malah bales pas dia peluk lo.' Batin Matahari merutuki perbuatannya sendiri.

"Sumpah lo aneh banget." Matahari jengkel karena dia masih ada di pelukan Bumi.

"Lagian biasanya juga udah sering gue pelukan."

"Ini didepan umum lo nggak malu apa?" matahari tidak mengerti jalan pikiran orang di depannya.

"Oh, jadi lo maunya cuma berdua."

"Nggak gitu konsepnya Bumi Gerard Dixon."

"Tapi itu konsep gue Matahari Abhita Merius. Iya nih gue lepas." Akhirnya Matahari lega karena sudah terlepas dari buaya di hadapannya.

"Gitu kek dari tadi." Lalu Matahari melanjutkan makannya yang sempat tertunda.

Matahari masih bingung dengan perubahan sikap Bumi. Walaupun masih tengil tapi di cukup berubah. Berbeda lagi dengan Bumi dia sudah kegirangan dari tadi dia hanya tersenyum melihat Matahari yang sedang makan. Setelah bel berbunyi Bumi dan Matahari pergi ke kelas masing-masing.

See next chapter

Sejauh Bumi dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang