25. Ibu Negara

9 0 0
                                    

Happy reading

Secepat mungkin Bumi menuju mansion Matahari. Sekarang sudah pukul 02.00 dini hari pasti Matahari sudah tertidur.

Sesampainya Bumi di mansion ia melihat lampu kamar Matahari sudah gelap.

"Syukur deh kalo dia udah tidur." Lega Bumi

Bumi memasuki mansion Matahari.
Di malam hari mansion sepi karena hanya ada beberapa penjaga saja.

"Semangat jaga mansion nya pak." Ucap Bumi menyemangati para penjaga.

"Siap den." Jawab mereka kompak.

"Kalo gitu saya masuk dulu." Pamit Bumi.

Bumi langsung menuju kamar Matahari untuk memastikan bahwa kekasihnya sudah tertidur.

"Alhamdulillah aman kalo sampe dia masih bangun kena semprot pasti gue." Kekeh Bumi

"Kata siapa aman?" Tiba-tiba lampu kamar menyala menampakkan Matahari yang bangkit dari ranjangnya.

"Lo belum tidur?" Tanya Bumi

"Dari mana?" Bukanya menjawab Matahari malah memberi pertanyaan balik.

"Dari markas."

"Bohong."

"Beneran gue dari markas Tar. Tadi ada urusan mendadak jadi nggak sempet pamit ke lo." Bohong Bumi

"Sekali lo bohong kita putus." Ancam Matahari

"Lo mah gitu mainnya putas putus mulu." Rengek Bumi

"Mankannya lo jujur apa susahnya sih." Kesal Matahari

"Gue nggak bohong tadi habis dari markas." Sebenarnya dia tidak 100% berbohong karena dia memang baru saja dari markas.

"Selain markas pasti ada lagi?"

"Gue ke arena." Jujur Bumi dari pada bohong kan gawat kalo harus putus.

"Lo balapan lagi!" Tebakab Matahari tepat sesaran membuat Bumi mati kutu.

"Iya sorry tapi janji kok ini yang terakhir nggak akan lagi. Ada sesuatu yang harus gue beresin."

"Emang apa yang harus di beresin?" Tanya Matahari

"Gue nggak bisa kasih tau tapi intinya urusan itu udah selesai sekarang kita bisa hidup tenang." Jelas Bumi

"Apa harus setiap ada masalah di selesain dengan balapan atau kekerasan."

"Itu juga buat kebaikan lo juga Tari."

"Balapan sama siapa?" Tanya Matahari kembali karena ia rasa masih ada hal yang di sembunyikan darinya.

"Sama orang." Jawab Bumi

"Ya gue tau sama orang ya kali lo balapan sama setan." Matahari semakin kesal.

"Ya pasti orang itu punya nama kan?"

"Ya emang punya lah."

"Ya terus namanya siapa Bumi?"

"Sama Satria." Jawab Bumi santai.

"Gila lo ya ngapain lo balapan sama dia." Galak Matahari

"Gabut."

"Nggak mungkin gabut aja."

"Nanti kalo kondisi nya sudah baik gue bakal cerita ke lo kok." Yakin Bumi

"Ya tapi kapan gue tuh bukan orang yang sabar." Kenal Matahari

"Tunggu aja pasti gue cerita kok."

"Ya udah deh tapi lo janji nggak gitu lagi. Awas aja lo ulangin lagi gue gebrek lo hidup-hidup." Ancam Matahari

"Janji gue ini yang terakhir. Makasih ya udah maafin gue. Sekarang lo lanjut gih tidurnya besok kan sekolah."

"Ya kan semua juga gara-gara lo tiba-tiba ngilang. Di hubungin nggak bisa, bikin orang khawatir aja. Eh ternyata lagi balapan." Matahari masuk kembali kamarnya menggebrak pintunya membuat Bumi terperanjat.

"Untung pacar." Ucap Bumi. Dia pun kembali ke kamarnya untuk beristirahat.

***

Saat Bumi terbangun dari tidurnya dia mencari keberadaan Matahari.

"Bi tau Matahari kemana nggak soalnya saya cari di kamarnya nggak ada?" Tanya Bumi pada salah satu maid.

"Nona Matahari nya sudah berangkat dari tadi den katanya ada rapat dadakan." Jawab maid itu.

"Oh kalo gitu makasih bi."

"Kalo aden mau sarapan udah bibi siapin di meja."

"Iya bi makasih."

Saat maid itu pergi Bumi langsung menuju ruang makan sambil mendumel karena di tinggalkan oleh sang kekasih.

"Ini kertas apa?" Tanya Bumi pada dirinya sendiri saat melihat selembar kertas kecil di meja makan.

'Salah siapa kemarin ngilang tiba-tiba sekarang gantian gue tinggal lo.'

Begitulah isi secarik kertas tersebut. Bumi terkekeh melihat kelakuan pacarnya.

"Oh ceritanya balas dendam lucu banget sih pacar gue."

Setelah menyimpan kertas itu di tas nya. Bumi memakan sarapannya agar dia bisa secepat mungkin berangkat ke sekolah.

***

Saat Bumi sampai di parkiran dia melihat mobil Matahari terparkir di sebelah mobilnya.

"Di kerjain enak nih. Macem-macem kok sama Bumi." Bumi mengepesi mobil Matahari.

"Kalo gini kan mau nggak mau pulang nanti dia sama gue." Memang dasarnya jail ya mau gimana lagi.

"Sekarang waktunya kita cari keberadaan ayang." Matahari mengelilingi sekolah untuk mencari keberadaan Matahari.

"Lo liat Matahari nggak?" Tanya Bumi pada salah satu siswa yang lewat.

"Tadi sih gue liatnya dia lagi jalan arahnya ke ruang OSIS mungkin ada rapat, kan bentar lagi ada pemilihan ketua OSIS." Jawab siswa tersebut.

"Ok thanks."

"Gini nih susahnya punya pacar ketua OSIS dikit-dikit rapat." Dumel Bumi

"Gue samperin aja ah. Kali aja bisa ngintip dikit-dikit lewat jendela."

Bumi menuju ruang OSIS untuk memastikan bahwa kekasihnya ada di sana.

***

"Eh itu ngapain si Gavin mepet-mepet ke pacar gue." Kesal Bumi saat melihat di dalam ruangan Gavin dan Matahari duduk bersebelahan. Gavin adalah Wakil Ketua OSIS jadi wajar jika mereka duduk bersebelahan.

"Mau gue samperin tapi nanti Tari marah kan masih backstreet." Bumi membatalkan niatnya.

"Awas aja kalo gue udah gopub gue tebas cowok-cowok yang mau ngedeketin Tari." Kesal Bumi

"Kapan selesai nya sih. Milih tinggal milih aja pakek rapat segala alay banget."

Saat Bumi sedang fokus mendumel tiba-tiba pintu ruang OSIS terbuka menandakan bahwa rapat hari ini sudah selesai.

"Kenapa deket banget sih duduknya sama si Gavin." Semprot Bumi saat Matahari keluar dari ruangannya.

"Apaan sih dateng-dateng udah nyebelin aja lo." Kesal Matahari

"Ya lagian kenapa harus di sebelah lo sih tu orang."

"Ya kan kuta itu Ketua sama Wakil jadi harus duduk biar gampang diskusinya."

"Itu alasan doang apalagi dia lebih baik dari aku yang berandalan ini." Ucap Bumi lesu

"Astagaa nggak gitu Bumi ganteng kita cuman partner organisasi aja nggak lebih jangan mikir aneh-aneh yah." Nasehat Matahari. Bumi mendengar itu hanya mengangguk lucu.

See you next chapter

Sejauh Bumi dan MatahariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang