Happy reading
Sesampainya di mansion Matahari ternyata perempuan sudah di depan pagar sedang menunggunya.
"Eh lo kok nunggu di depan?" Tanya Bumi saat Matahari sudah masuk ke mobilnya.
"Tadi gue udah selesai sarapan jadi dari pada ribet lo masuk garasi dulu mending gue nunggu di depan?" Jelas Matahari.
"Oh gitu."
Setelah mendengar penjelasan Matahari, Bumi menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah beberapa menit berjalan tiba-tiba jalannya macet.
"Kenapa pake macet segala sih." Keluh Bumi.
"Sabar habis ini juga nggak macet lagi kok. Gue liat di maps cuman beberapa meter aja."
"Oh iya gue kemarin gue udah ngobrol sama ayah tentang pertukaran pelajaran itu dan ayah setuju buat bantuin kita."
"Alhamdulillah berarti tinggal nunggu persetujuan dari pihak sekolah aja." Matahari bernafas lega karena satu tahap sudah mereka selesaikan.
"Dan lo tau bokap gue ngomong apa lagi. Dia ngomong kalo kita butuh bantuan dia akan dengan senang hati bakal ngebantu kita." Matahari cukup terkejut mendengar perkataan Bumi.
"Serius lo, kalo gini caranya kemungkinan besar rencana kita bakal berhasil." Ucap Matahari dengan raut wajah yang sangat amat gembira. Bumi ikut bahagia melihat reaksi Matahari.
"Dan satu lagi nanti pulang sekolah kita ke mansion gue buat bahas kegiatan amal yang kita bahas kemarin. Bunda juga mau ajak lo buat kue bareng."
"Wah seru banget tu pasti gue jarang banget bikin kue apa lagi ke dapur."
"Nah nanti lo sekalian belajar jadi calon menantu bunda." Canda Bumi.
"Masih lama kali SMA aja belum lulus." Kesal Matahari.
"Ya kan nyicil juga nggak ada salahnya."
Setelah beberapa menit mereka berbincang keadaan jalanan sudah mulai renggang.
"Dari pada lo banyak menghayal mending jalan cepetan itu udah mulai nggak macet." Kesal Matahari.
Bumi menjalankan mobilnya lebih cepat karena jika tidak mereka akan telat. Tapi sebenarnya kalau mereka telat pun tidak masalah, karena sedang bersama Matahari dia harus menaati peraturan.
***
Setelah lima belas menit perjalanan akhirnya mereka sampai di sekolah lima menit sebelum bel masuk."Akhirnya nyampe juga untung macetnya nggak terlalu lama." Lega Bumi.
"Ini tanda nya kita harus berangkat lebih pagi lagi."
"Nggak sekalian aja lo pindah rumah ke sekolah biar nggak telat lagi." Kesal Bumi.
"Nggak gitu juga kali." Matahari menatap Bumi datar.
Tiba-tiba bel berbunyi membuat perdebatan mereka berhenti dan segera menuju kelas sebelum ada guru yang datang.
"Gue ke kelas dulu nanti pas istirahat gue jemput." Pamit Bumi.
"Ok semangat belajarnya mas pacar."
Karena salting buru-buru Bumi pergi sebelum Matahari menyadari kalau mukanya memerah. Sedangkan Matahari hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Bumi.
"HUA GUE SALTING." Teriak Bumi saat sudah sampai di kelasnya.
"Gila kali ya tu anak dateng tiba-tiba teriak habis itu senyum-senyum sendiri." Ucap Kevin terheran-heran.
"Biasa virus bucin jadi gila dia sekarang." Ucap Erza.
"Iya Bumi kayak orang gila. Jangan-jangan dia kerasukan. Ayo kita bawa ke pak ustad." Panik Ken. Saat Ken ingin menghampiri Bumi untuk di ajak ke ak ustad Kevin sudah terlebih dahulu menahannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/288591710-288-k562409.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejauh Bumi dan Matahari
Novela JuvenilTentang dua orang yang memiliki kepribadian yang sangat jauh berbeda Matahari Abhitha Merius dan Bumi Gerard Dixon. *** "Pukul aja nggak papa kok, biar lo lega." "Sebenernya mau lo itu apasih setiap lo bikin gue marah dan setela lo liat gue nangis l...