00|Prolog

73 32 15
                                    

Halo semua!
Selamat datang pada kapal Izorace!

Aku harap kalian menikmati karya manisku berbumbu red flag ini!

Aturan disini cerita ini mohon di hargai anak anak wattpad!

Pertama, follow akun author sebelum membaca @Chyxbby_
Panggil author dengan sebutan Chiya istrinya Portgas D.Ace, ehe.

Kedua, budidayakan vote dan komen disetiap chapter sebagai penyemangat, lelah aku setidaknya terbayar dengan ini.

Ketiga, jangan jadi silent reader, ya. Mohon hargai dengan sangat aku pemilik cerita ini.

Selamat menikmati-!

.....


Anak perempuan itu terus menangis tanpa henti melihat kondisi sang ibu yang tampak terluka parah. Perasaan takut akan ditinggalkan melingkupinya.

"Leon, kumohon jaga Izora." ujar Alice memeluk anak tunggal kesayangannya.

Leonardo Ravenska. Pria itu sejenak melihat Izora yang meraung dalam pelukan Alice. Raut wajahnya tertunduk dengan perasaan bimbang.

"Aku tidak bisa membawa Izora, Leon. Kumohon padamu, jaga putriku!" Pinta Marco Gracia penuh kepercayaan pada sahabatnya.

"Tidak, tidak mau! Zora mau sama ibu." teriak Izora mengeratkan pelukannya pada sang Ibunda.

"Kau yakin akan menjemputnya, Marco. Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaannya nanti!" balas Leon melirik Izora sendu.

Leon tidak yakin sahabatnya ini akan kembali dalam waktu dekat. Sedangkan anak kecil itu pasti ingin mengetahui dalang dari genangan darah dilantai ini. Dan Leon, tidak memiliki kuasa untuk membuka mulutnya.

Marco tersenyum kecil lalu beralih pada sang putri kecilnya. "Izora, lihat ayah sebentar, Nak," ujarnya lembut.

Izora dengan mata berlinang air mata melihat sang ayah. Wajah sangar milik ayahnya sedikit melembut kini. Tidak, Izora yakin ini firasat buruk.

"Izora Gracias, tumbuhlah menjadi anak baik! Jaga dirimu sampai ayah dan ibu kembali, jangan menyusahkan bibi Sora dan paman Leon. Ayah berjanji akan menjemputmu bersama ibumu yang telah sembuh." Nasehat Marco seraya mencium pucuk kepala Izora.

Air mata Marco menerobos jatuh dari pelupuk matanya. Rasanya tidak sanggup memilih keputusan ini, namun hanya ini satu-satunya cara agar anaknya tidak di incar.

"Izora, maafkan ibu, maafkan ibu." ujar Alice keras. Ia ibu pecundang yang rela meninggalkan anaknya sendri di negara ini. Alice telah gagal menjadi ibu bagi Izora.

Hati nurani Alice memberontak. Bahkan untuk melepaskan pelukan ini sangatlah berat untuknya. Keinginannya untuk tidak berpisah begitu besar, rasanya Alice tidak sanggup untuk melanjutkan hidupnya.

"Leon, bawa Izora sekarang!" pekik tegas Marco dengan air mata yang menjadi saksi perpisahan panjang kedua hubungan darah itu.

"Ibu, Ayah!" teriak Izora memberontak dalam gendongan Leon. Tidak, ia tidak mau meninggalkan orang tuanya.

Marco mengeratkan dekapannya pada sang istri. Menguatkan diri mereka untuk melepas anak itu agar aman.

"Apa ini sudah benar, Alice?" tanya Marco pelan dengan suara seraknya.

Alice menyembunyikan wajahnya pada dada bidang sang suami. Tangisannya semakin kuat mendengar teriakan Izora yang semakin tidak terdengar.

"Ini yang terbaik untuk putri kita, Marco."

.....

3 tahun berlalu

Anak laki-laki dengan tubuh lebih tinggi dari Izora mengendus kesal. Perlahan ia mendekati Izora yang terduduk dibawah pohon rindang.

"Kalau dibully lagi lawan saja! Begini saja cengeng." Ledek anak laki-laki itu seraya memasangkan plester berbentuk kucing pda luka dilutut Izora.

Izora meringis pelan akibat perih. Tangannya menghapus jejak air mata dipipinya sendiri menggunakan punggung tangan. Namun bibirnya masih melengkung kebawah dengan perasaan sedih.

"Ace jahat." gumam Izora pelan.

Ace M.Ravenska. Sosok anak laki-laki yang kini mendapatkan luka gores di lengannya. Anak yang selalu siap sedia menjadi tameng untuk Izora kala gadis kecil itu dibully anak nakal lainnya.

Ace menjentikkan jarinya ke dahi Izora membuat pemiliknya mengadu kesakitan. "Kalau aku jahat sudah pasti ku biarkan mereka memukulmu."

"Ace jahat!" pekik Izora memajukan bibirnya.

"Aku ini tidak jahat!" Bantah Ace tegas.

"Jahat!"

"Terserah!"

Ace bangkit dan mengambil kembali tasnya yang berada didekat Izora. Menepuk sebentar agar debu yang menempel ditasnya terjatuh.

"Ace gendong, kaki Zora sakit." Pinta Izora merentangkan tangannya. Berharap anak jahat itu memberikan sedikit perhatiannya pada Izora.

Ace melirik sejenak lalu menghela napas. Menggendong tasnya didepan dan berjalan mendekati Izora. Menurutnya, Izora benar-benar menyusahkannya setiap hari.

Izora perlahan naik ke punggung Ace. Meletakkan kedua tangannya untuk memeluk leher Ace.

"Ace!"

"Hm?"

"Lindungi Izora!" Pintanya tegas seakan tidak mau dibantah. Izora yakin, Ace orang yang tepat untuk melindunginya dari segerombolan anak-anak nakal itu.

"Tidak mau." Tolak Ace santai.

Izora mencekik Ace kuat. "Harus pokoknya!"

Ace terkejut melihat perilaku tidak manusiawi Izora, anak kecil mana yang belajar cara membunuh orang. "Bodoh, lepaskan atau ku jatuhkan kau sekarang!"

"Tidak mau! Bilang mau dulu!"

"Aku bukan budakmu!"

"Ace harus lindungi Izora, titik."

Bersambung-!

Izorace:Sea SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang