07|Foto Berharga Untuk Izora

25 19 8
                                    

Selamat menikmati ceritanya-!

Izora mengucek matanya menyadari mentari telah menyapanya. Perlahan ia turun dari ranjang lalu membuka tirai agar kamarnya lebih cerah.

Ngomong-ngomong Izora tidak ingat bila telah sampai di rumah. Apa Ace menggendongnya sampai kamar, sepertinya begitu. Baiklah, Izora akan berterima kasih pada laki-laki itu nanti.

Izora membersihkan diri terlebih dahulu sebelum akhirnya turun untuk menyapa Ibunda Sora.

Leon menyeka peluh ditubuhnya dengan handuk kecil seraya memakan kacang di ruangan tengah. Dilihat saja sudah tahu pria tua baya ini baru selesai melakukan apa.

"Izora sini, ada yang mau papa bicarakan." panggil Leon melihat sekilas kedatangan Izora.

Ini adalah keluarga kedua Izora. Sejak berpisah dengan sang Ibu dan kepergian Ayah, Izora di titipkan pada keluarga Ravenska. Jadi dirinya sudah akrab dan terkadang berbicara santai pada keluarga ini.

"Papa mandilah lebih dulu, Bunda akan marah kalau lihat papa mengotori sopa dengan keringat bau Papa." sahut Izora berani seraya mendekat.

Leon terkekeh pelan lalu mengacak-acak rambut Izora. "Lupakan itu, ada sesuatu yang penting."

Izora hanya menoleh dengan alis terangkat. Sepenting apa itu hingga berani melanggar perintah nyonya besar di rumah ini.

"Leonard! Pergi mandi atau aku akan membunuhmu, itu sopa baru jika kau lupa!" titah Sora tegas membuat tubuh Leon menegang.

Leon menghela napas, memilih untuk bangkit dan melaksanakan perintah istri tercintanya. "Tunggu ya, bocah kelinciku," ujar Leon sebelum akhirnya berjalan pergi.

Izora mengangguk patuh sembari memasukkan coklat ke dalam mulutnya. Mengemil sebelum jam sarapan sepertinya tidak masalah.

Selepas sarapan Izora menghapus sisa makanan di mulutnya dengan tisu. Lalu kembali meneguk air untuk menghilangkan sisa makanan yang masih terasa di tenggorokannya.

Izora menunda untuk undur diri dari meja makan mengingat Papa Ace ingin membicarakan hal penting.

"Papa mau bicara hal penting apa?" tanya Izora kembali seraya menatap Leon penasaran.

Leon meletakkan gelasnya kembali seusai meneguk air. Dirinya hampir melupakan hal ini. "Kau yakin tahan melihatnya?"

Izora terdiam sejenak. Sedikit merasa janggal, tidak biasanya Papa Leon akan menanyakan hal seperti itu. "Iya, aku ingin melihatnya."

"Memang apa yang akan Papa tunjukan?" tanya Ace melihat sang papa mencari sesuatu di tas kerjanya.

Leon mengabaikan pertanyaan anak sulungnya dan memilih menggeser sebuah foto kearah Izora di sisi kirinya. "Ambillah, kau berhak tahu kondisi ibumu."

Sora tersenyum lembut kala Izora menatapnya. "Kondisinya sekarang lebih baik dari yang dulu, Bunda yakin dalam waktu dekat Ibumu akan segera membuka matanya." ujar Sora menenangkan.

Ayumi tidak paham memiringkan kepalanya heran. Keluarga Izora sangat jarang di bahas sebab memang Sora dan Leon tidak ingin membuat Izora sedih. Jadi wajar jika Ayumi tidak begitu tahu akan latar belakang keluarga Izora.

Ace terperanjat kaget melihat Izora mulai meneteskan air matanya dengan tersenyum memandang foto pemberian sang Papa. Hal itu membuat Ace disampingnya penasaran. Ia mendekatkan dirinya untuk ikut melihat isi foto tersebut.

Foto berisi wanita dengan berbagai selang di tubuhnya. Wajah pucat menghiasi wajah cantik wanita itu, ditambah tubuhnya terlihat habis akibat terlalu lama menderita.

Ternyata ini wajah cantik seorang wanita yang telah mengandung dan melahirkan Izora ke dunia. Kini Ace tahu gen siapa yang lebih dominan pada Izora, ya itu Ibu gadis itu.

"Ibu, ternyata Ibu..." Izora mengigit bibirnya keras menahan isak tangis yang meronta ingin keluar.

Ibunya sudah sangat menderita dengan bertahan hidup demi dirinya. Terakhir kali dirinya melihat wajah malaikat pelindungnya ini ketika umur delapan tahun. Sudah sangat lama sekali.

Leon tersenyum seraya bangkit dari kursinya, mendekati Izora dan menariknya kedalam dekapannya. Anak malang yang selalu dijauhi Marco sahabatnya, hanya karena tidak ingin putrinya terluka.

Rasanya kejam bila Marco menyembunyikan seluruh foto dirinya bersama sang istri dari sang anak. Namun Leon tidak bisa menyalahkan Marco sepenuhnya, sebab ia tahu pekerjaan Marco bukanlah pekerjaan biasa. Pekerjaan yang selalu tersembunyi rapi dan mengancam orang-orang tersayangnya.

Baiklah, biarkan itu menjadi rahasia saat ini. Daripada Leon, Marco lah yang lebih pantas memberitahukan itu semua pada anak malang ini.

"Ibumu akan terus berjuang demi kamu, Izora. Alice tidak akan meninggalkan kamu karena...dia sangat mencintaimu lebih dari apapun." ujar Leon penuh kasih sayang seraya mengelus pucuk kepala Izora. Membiarkan gadis itu menumpahkan tangisannya saat ini.

Sora sedikit prihatin dengan nasib Izora yang jauh dari kata beruntung ketika masih anak kecil. Namun disisi lain Sora bersyukur saat itu ia merawat Izora. Mungkin bisa dibilang karena Izora lah dirinya bisa mendapatkan Ayumi seperti sekarang.

Izora mulai tenang walaupun masih sesenggukan kecil. Meminum segelas air putih pemberian Ace hingga tandas. Ia terharu bisa kembali melihat foto sang Ibu yang selalu dirinya rindukan.

"Terima kasih banyak, Papa!" ujar Izora sedikit membungkuk lalu menampilkan senyumnya.

"Mau bagaimana lagi, putri kedua ku ini sangat berharga," ujar Leon merapikan setelan jasnya.

"Bagaimana dengan aku?" tanya Ayumi menunjukkan dirinya dengan perasaan cemburu.

Leon terkekeh pelan lalu menangkup wajah putri kesayangannya. Mencium kedua pipi Ayumi gemes. "Putriku yang satu ini cemburu, kau kan anak Papa yang paling tersayang!"

Ace mendengar ungkapan itu rasanya ingin menendang sang Papa, sangat menggelikan. "Berhentilah bersikap menjijikkan, pak tua!" maki Ace melirik tajam.

Leon ikut melirik tajam pada sang anak. Dirinya tidak bisa akrab dengan makhluk rumah yang satu ini. Bahkan ketika bayi Ace selalu merengek dan menangis di pelukannya membuatnya sedikit cemburu pada sang istri.

"Kau tidak di ajak anak nakal!" sahut Leon memalingkan wajahnya.

"Tch! Siapa juga yang mau diperlakukan seperti seorang bayi!" balas Ace tegas.

Sora dan Izora yang menonton perkelahian kecil itu hanya bisa mengembuskan napas. Bisa dibilang Ace lebih dekat dengan sang Ibunda, sedangkan Ayumi berpihak pada sang Papa.

"Sudah cukup, pergilah bekerja, kau sudah telat sayang." ujar Sora menengahi perkelahian itu dengan mengusir kepala keluarga untuk cepat pergi.

Leon menarik kepala Sora mendekat lalu melayangkan ciuman di dahi istrinya cukup lama. Mengelus sejenak pipi tirus sang istri dengan senyuman manisnya.

"Aku pergi, istriku." pamitnya melangkah keluar rumah.

Sora mematung menerima perlakuan khusus yang dilakukan suaminya setiap hari. Namun tetap saja rasanya akan memalukan bila itu dilakukan didepan anak-anak.

"B-bunda mau ke kamar!" ujar Sora cepat, melarikan diri.

Tanpa Sora sadari, mereka semua mengetahuinya. Melarikan diri dengan pipi merona seakan seperti pasutri yang baru menikah.

"Aku ingin mencari suami seperti Papa!" sahut Ayumi penuh semangat. Rasanya diperlakukan seperti itu akan sangat menyenangkan.

"Mereka tidak pernah mengurangi tingkah romantis di rumah ini, aku jadi malu melihatnya," ujar Izora menutup wajahnya. Bagaimana bisa mereka mempertunjukkan rasa cinta terang terangan di hadapan anak penyuka anime seperti Izora.

Ace memijit pangkal hidungnya. Tidak habis pikir dengan pernyataan kedua gadis ini. "Susah kalau nyari suami seperti Papa, carilah yang lebih baik dari Papa, Ayumi. Dan berhenti bersikap berlebihan Izora."

Bersambung-!

Izorace:Sea SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang