Selamat menikmati ceritanya-!
Izora sudah mencari Ace ke berbagai tempat hingga parkiran motor sekolah. Ternyata laki-laki itu telah pulang lebih dulu, terlihat dari motor kebanggaan Ace yang sudah tidak ada diparkiran. Padahal Izora mau nebeng pulang pada laki-laki itu.
Izora menghentakkan kakinya kesal. Tidak berselang lama alisnya mengernyit melihat Lily diujung sana sedang menaiki sepeda, sepertinya gadis itu memang menggunakan sepeda sebagai transportasinya.
"Apa aku numpang sama Lily aja? Main rumah Lily kayaknya nggak ada salahnya, lagian di rumah aku juga nggak ada kerjaan." monolog Izora mempertimbangkan keputusannya.
"Dari pada pulang mending main dulu, udah lama aku nggak keluyuran," ujar Izora tersenyum penuh semangat.
Izora menghadang Lily yang ingin pergi dengan sepedanya. Senyuman manis Izora layangkan, kali ini ada tujuan lain dari senyumnya.
Lily terpaksa menghentikan sepedanya. Melihat Izora heran. "Ada apa, Izora?" tanyanya.
Izora mendekatkan diri pada Lily. "Aku boleh main rumah kamu, Lily."
Lily semakin heran. Apa yang dipikirkan Izora ini. Mereka baru saja berinteraksi beberapa jam lalu, bahkan berteman pun rasanya aneh. Tidak mungkin Izora mau bersamanya yang hanya seorang murid biasa saja tanpa kepintaran ataupun kecantikan.
"Main, rumah aku? A-aku bukan m-maksud nolak tapi rumah aku berantakan." tolak Lily halus.
Izora mengerti akan penolakan Lily. Namun dirinya juga tidak ada tujuan sekarang. Ingin pulang namun rumahnya jauh, mana uangnya lagi habis hari ini. Izora tidak mau jadi gelandang yang berjalan-jalan tidak jelas.
"Rumah kamu dekat mana Lily?" tanya Izora. Siapa tahu ada kenalannya di jalan itu.
"Jalan anggrek nomor 21."
Izora sejenak menggali informasi dalam kepalanya. Berharap ada kenalannya yang tinggal di sana. Tidak butuh waktu lama untuk otak Izora bekerja.
Izora tersenyum senang mengingat dirinya punya kenalan yang searah dengan Jalan rumah Lily.
"Lily bisa tolong antar aku ke cafe tongkrongan anak muda." pinta Izora dengan mata penuh harapan.
Cafe tongkrongan anak muda adalah sarangnya geng motor dari berbagai kalangan yang terkadang menyempatkan diri untuk duduk bersama para anggotanya sembari mengobrol ringan. Tidak jarang juga tempat itu menjadi ajang perkelahian.
"Yakin kesana? Itu tempat anak-anak nakal, Izora." ujar Lily sedikit khawatir mengantar Izora ke tempat itu.
Izora mengangguk cepat. "Tenang, ada beberapa teman aku di sana kok."
Lily hanya bisa pasrah dengan keputusan bulat Izora. Hitung-hitungan ini sebagai balas budinya karena Izora telah menyelamatkannya.
"Biar aku yang bawa sepedanya, Lily."
.....
Izora mengayunkan sepeda Lily dengan kecepatan penuh. Berkali-kali ia terkekeh pelan mendengar Lily memintanya agar memelankan laju sepeda sembari memeluk perutnya ketakutan.
Bagaimana bisa Lily tenang disaat Izora ugal-ugalan begini. Menyalip beberapa kendaraan bermotor, yah walaupun pengendaranya tidak memekik kesal pada mereka. Namun tetap saja Lily merasa tidak enak jadinya.
"Izora, pelan-pelan bawanya!" ujar Lily mengulangi perkataannya.
"Udah pelan ini, bentar lagi juga sampai, Ly," balas Izora tersenyum kala melihat jarak ke tempat cafe tongkrongan anak muda sudah tidak terlalu jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izorace:Sea Secret
Teen FictionAce M.Ravenska, sosok laki-laki pemegang julukan si gila dalam dunia pergenk-an anak motor bernama Generation Crew. Bahkan Ace salah satu komandan divisi dua yang cukup aktif mengikuti segala macam kekacauan. Namun siapa sangka dibalik kegilaannya i...