Mata Yeonjun merah karena mengantuk, tetapi dia tetap duduk di sofa, menemani Nara menonton film komedi romantis.
Padahal, sejujurnya dia tidak suka film seperti ini. Baginya, cerita-cerita cinta yang terlalu manis dan klise hanya membuang-buang waktu.
"Aneh banget lo," keluh Yeonjun sambil menguap. "Tadi nangis-nangis nggak jelas, sekarang malah maksa gue nonton film."
Nara, yang sibuk mengunyah popcorn, hanya melirik sekilas. "Ini cara biar gue tenang," jawabnya serius.
Yeonjun hampir tertidur di tengah-tengah film, tetapi tiba-tiba Nara mencubit lengannya.
"Apaan sih, Ra?" gerutunya sambil mengusap lengannya yang sakit.
Nara menoleh padanya. "Lo ngapain sih ke sini?"
Yeonjun baru sadar kalau dia sendiri hampir lupa alasannya datang ke rumah Nara. "Oh iya. Gue ke sini buat ambil blazer gue."
Nara menunjuk ke arah blazer yang tergantung di dinding. "Itu tuh."
Yeonjun segera berdiri, mengambil blazernya, dan mengenakannya kembali. "Oke, yang penting lo udah tenang. Sekarang gue pulang."
Namun, sebelum dia sempat melangkah pergi, Nara tiba-tiba memegang tangannya.
"Jangan pergi dulu, Jun."
Yeonjun menatap gadis itu. Matanya berkaca-kaca, ketakutannya masih jelas terlihat.
Dengan helaan napas panjang, Yeonjun melepas lagi blazernya dan duduk kembali.
"Oke, sekarang jujur sama gue." Dia menatap Nara dalam-dalam. "Kenapa lo setakut ini? Lo abis lihat hantu?"
Nara menggigit bibirnya ragu. "Gimana kalau gue nggak bisa percaya sama lo? Gimana kalau lo juga bagian dari mereka?"
Tanpa banyak pikir, Yeonjun mengeluarkan ponselnya dan menyerahkannya pada Nara.
"Tuh, password HP gue, alamat rumah gue, password Wi-Fi, ATM, bahkan black card gue." Yeonjun menatapnya serius. "Kalau lo masih nggak percaya, lo bisa pake semua ini buat ngancurin hidup gue."
Nara terdiam. Yeonjun ini benar-benar orang yang nggak bisa ditebak.
"G-Gue..."
Namun, sebelum sempat melanjutkan, tiba-tiba perutnya terasa mual. Dengan cepat, dia berlari ke kamar mandi.
Yeonjun buru-buru menyusulnya dan berdiri di depan pintu.
"Hah?! Lo hamil?!" tanyanya kaget.
Nara, yang baru saja selesai membilas mulutnya, menatap Yeonjun dengan tatapan tajam.
"Hamil jidat lo!" dengusnya.
Yeonjun hanya mengangkat bahu. "Terus kenapa lo tiba-tiba mual?"
Nara menarik napas dalam. Matanya kembali dipenuhi ketakutan.
"Tadi... gue nggak sengaja lihat sesuatu."
Nara mulai menceritakan semuanya—tentang bagaimana dia melihat Beomgyu dan Soobin menyeret gadis yang penuh luka, bagaimana mereka memasukkannya ke dalam mobil box, dan bagaimana dia hampir ketahuan.
Begitu ceritanya selesai, Yeonjun terdiam. Rahangnya mengatup rapat, matanya sedikit melebar.
"Nara," katanya pelan. "Lo harus pura-pura biasa aja kalau ketemu mereka. Jangan tunjukkin kalau lo tahu sesuatu. Dan, yang paling penting, lo nggak boleh cerita ini ke siapa pun. Ini bukan cuma soal lo, ini soal keselamatan lo juga."
Nara menatapnya curiga.
"Jun..." suaranya bergetar. "Kenapa lo nggak kaget dengar ini? Kenapa lo kayaknya nggak terkejut sama sekali soal Beomgyu dan Soobin?"

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐧𝐥𝐲 𝐘𝐨𝐮 | Choi Yeonjun ② ✔️
RomanceIni prequel dari cerita sebelumnya (suddenly) yang berfokus dengan kehidupan percintaan Yeonjun dan masa lalunya. Enjoy with the story!🫶🏻