Bugh! Bugh! Bugh!
Pukulan demi pukulan menghantam tubuh pria yang tergeletak di depan Yeonjun. Darah menyembur dari bibirnya, mengotori lantai dan dinding. Pria itu terengah-engah, berusaha memohon, namun hanya bisa melontarkan kata-kata yang semakin melemah.
"To-tolong... ampuni saya... saya berjanji... tidak akan mengatakan rahasia ini—"
Bugh!
Pukulan lagi, kali ini lebih keras, membuat tubuh pria itu terlempar sedikit ke belakang, terkapar dalam genangan darahnya sendiri."Yeonjun, cukup!" suara Soobin terdengar tegas, mencoba meraih tangan kekar Yeonjun yang masih terangkat untuk memberi pukulan lanjutan. Soobin memegangi pergelangan tangan Yeonjun dengan erat, berusaha menghentikannya.
Yeonjun berhenti sejenak, menarik napas berat, wajahnya dipenuhi amarah yang membara. Tangannya yang penuh darah ia lap dengan kasar di lengan baju, seolah ingin membersihkan amarahnya yang tak kunjung reda.
"Ini belum cukup," desis Yeonjun, suaranya rendah namun menggetarkan. Matanya yang tajam menatap tubuh tak bernyawa di depan mereka. Keringat menetes di wajahnya. Sebenarnya, ada satu hal lagi yang membuatnya marah—Soobin, yang dengan kejam mencoba membunuh Nara. Tetapi, itu sudah berlalu, dan bagaimanapun, Soobin tetaplah kakak tiri Nara.
Soobin tampak menghela napas berat, wajahnya serius namun penuh kekhawatiran. "Gua tahu emosi lo belum sepenuhnya keluar, Yeonjun. Tapi kita nggak punya banyak waktu. Tolong, jangan kasih gua masalah."
Yeonjun mengalihkan pandangannya, matanya menerawang, kosong. Kehidupan ini terasa hampa tanpa Nara. Baru dua hari mereka berpisah, tapi Yeonjun merasa seperti separuh jiwanya hilang.
Dia merindukan tawa gadis itu, merindukan keributan kecil yang selalu terjadi setiap kali mereka bertemu.
"Pindahin dia," kata Yeonjun dengan suara serak, seolah berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Gua mau lanjut menemui klien." Ia melepaskan sarung tangan hitamnya dengan gerakan dingin, lalu menatap tubuh tak bernyawa itu sekali lagi, seolah ingin memastikan bahwa semuanya sudah selesai.
Mereka berada di markas yang tersembunyi jauh di luar kota, jauh dari pengawasan siapa pun. Tempat yang sunyi dan gelap, tempat dimana semua perhitungan harus diselesaikan dengan darah dan kekuatan.
Soobin mendekat, melirik ke arah Yeonjun yang sudah siap melangkah pergi. "Lokasinya dimana?" tanyanya, sambil mengenakan hoodie hitam dan topi untuk menutupi identitas mereka.
"Di Club XXX," jawab Yeonjun dengan nada datar, suaranya seolah tidak lagi mempedulikan dunia di sekitarnya.
Malam itu terasa semakin gelap, seakan menyelimuti mereka dengan bayang-bayang yang semakin dalam. Yeonjun tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun yang jelas, hidupnya telah berjalan jauh ke dalam kegelapan yang tak terhindarkan.
᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘
Setelah pertemuan dengan kliennya, Yeonjun bergegas keluar dari ruang VIP. Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok yang dikenalnya tengah duduk di sudut club yang ramai."Chaewon?" Yeonjun mendekat dengan wajah terkejut.
Chaewon menoleh, senyum lebar muncul di wajahnya. "Yeonjun! Pas banget lo ada di sini!" ujarnya sambil menunjuk ke arah seseorang yang sedang mabuk dan menari di kerumunan.
"Ngapain lo ajak dia kesini?" seru Yeonjun dengan nada tinggi, sedikit marah.
Chaewon menggaruk tengkuknya, tampak gugup. "Y-ya... Sebagai balasan dia ngerawat gua. Tapi gua nggak tahu dia lemah alkohol. Maaf Jun!" ucapnya canggung.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐎𝐧𝐥𝐲 𝐘𝐨𝐮 | Choi Yeonjun ② ✔️
RomanceIni prequel dari cerita sebelumnya (suddenly) yang berfokus dengan kehidupan percintaan Yeonjun dan masa lalunya. Enjoy with the story!🫶🏻