14. Stop

27 1 0
                                    

Pagi itu, pukul 04.50, udara terasa menusuk tulang. Termometer di ponsel Nara menunjukkan suhu 19°C—lebih dingin dari kemarin.

Matanya menyapu isi lemari, mencari cardigan favoritnya. Tapi di antara tumpukan pakaian, sesuatu menarik perhatiannya.

Sebuah kotak kayu kecil, berdebu, dengan tulisan tangan yang familiar di atasnya.

Ayahnya.

Jantungnya berdegup lebih cepat. Sudah lama dia tidak membuka kotak itu. Waktu itu, dia belum sempat membaca semua isinya karena harus pergi bekerja.

Tangannya perlahan membuka kotak tersebut. Sehelai kertas tua menyambutnya.

Tertulis di sana—
"Jika suatu saat kau membaca ini, berarti aku mungkin sudah tidak ada lagi.

Anakku, Choi’s Company bukan hanya sekadar perusahaan. Itu sarang kegelapan yang menyimpan lebih banyak rahasia dari yang bisa kau bayangkan.

Aku telah mengumpulkan bukti. Mereka tidak akan membiarkanku pergi begitu saja.

Pergilah ke meja belajarku. Laci sebelah kanan. Kuncinya… ada padamu.

Dan yang terpenting—jangan percaya siapa pun, bahkan mereka yang terlihat peduli.

Selalu ingat, Nara… aku menyayangimu."

Tangan Nara gemetar. Napasnya tercekat di tenggorokan.

Kunci.

Kunci yang pernah diberikan ayahnya bertahun lalu… Jangan-jangan itu kunci laci yang disebut dalam surat ini?

Air matanya menggenang tanpa sadar. "Papa…" bisiknya lirih, tangannya menggenggam erat kertas itu.

Tok tok tok!

Nara tersentak.

Ketukan pintu membuatnya buru-buru menyeka air matanya. Dia hampir saja mengambil kunci yang tersimpan di antara tumpukan baju, tapi akhirnya dia mengurungkan niatnya.

"Iya, bentar!" serunya, lalu berjalan menuju pintu apartemen.

Begitu pintu terbuka, Yeonjun sudah berdiri di sana, memandangnya dengan tatapan tajam.

"Kok kamu belum siap? Terus…" matanya menyipit. "Mata kamu merah. Kamu abis nangis?"

Nara menelan ludah. "Cuma kelilipan kok," jawabnya cepat. "Masuk dulu, aku udah siapin tamago omurice."

Yeonjun masih menatapnya curiga, tapi akhirnya mengangguk dan masuk ke dalam.

Di meja makan, Yeonjun menikmati sarapannya, sementara Nara berada di kamar, memasukkan buku-bukunya ke dalam tas.

Pikirannya masih tertuju pada surat itu.

Ayahnya tahu sesuatu tentang Choi’s Company.

Dan sekarang, setelah bertahun-tahun, dia baru menyadarinya.

Tangannya berhenti bergerak. Sebuah pertanyaan muncul di benaknya.

Yeonjun…

Ayah Yeonjun juga memiliki perusahaan besar.

Perlahan, dia berjalan keluar kamar.

"Jun."

Yeonjun menoleh sambil mengunyah. "Hm?"

Nara ragu sejenak, lalu akhirnya bertanya, "Papamu… perusahaan dia bukan Choi’s Company, kan?"

Sendok di tangan Yeonjun berhenti di udara. Mata mereka bertemu.

Hening.

Sejenak, udara di dalam apartemen terasa lebih dingin daripada di luar.

᠃ ⚘᠂ ⚘ ˚ ⚘ ᠂ ⚘

𝐎𝐧𝐥𝐲 𝐘𝐨𝐮  | Choi Yeonjun ② ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang