#16

318 19 7
                                    

Seminggu setelah kejadian di markas Abang Bear, Rahman akhirnya sadar dan lekas keluar mencari Yusuf dan juga Zahra.

"Eh, Rahman. Jangan gerak dulu. Kamu belum sembuh lagi." tegur ejen Geetha.

"Saya nak cari Zahra dan Yusuf," ucap Rahman sedikit meninggikan suaranya karena dia sudah berlari keluar dari ruang rawatan.

Dia memasuki semua ruangan hingga di ruangan ke delapan Rahman melihat Yusuf yang bersandar pada ranjangnya di samping berdiri ejen Leon, perasaan Rahman seketika menjadi tidak enak, dia segera berjalan mendekat.

"Yusuf, lega aku tengok kau." ucap Rahman.

"Rahman, kau dah sadar rupanya." ucap Yusuf senang tapi sedetik kemudian raut wajahnya menjadi sedih.

"Ada apa ni?" tanya Rahman yang mulai gelisah.

"Saya ingin kamu duduk terlebih dahulu," ucap ejen Leon.

Rahman menurut dan segera duduk di bangku yang ada di sebelah ranjang Yusuf.

"Saya merasa bersyukur, saat melihat kalian sadar dan baik-baik saja, awalnya kami ingin memberitahukan perihal ini kepada kalian di saat keadaan kalian bener-benar sudah pulih sepenuhnya." jelas ejen Leon.

"Tapi saat Yusuf terbangun dia justru menceritakan semua yang dilihatnya kepada kami, kami jadi tidak bisa merahasiakannya lagi." lanjut ejen Leon sambil menatap Yusuf yang tertunduk sambil meremas selimut.

"Apa ni sebenarnya, ejen Leon?" bingung Rahman.

"Zahra. Orang-orang itu menangkap dia dan menahannya." jawab ejen Leon.

Rahman terkejut mendengarnya dia menatap Yusuf meminta penjelasan.

"Maaf, Rahman. Saat aku tersadar, Zahra sudah berada digendong mereka, aku dah coba tuk bangun, tapi badan aku tak sanggup." jelas Yusuf dengan airmata yang berjatuhan tapi ia tidak bersuara.

"Jadi, Zahra..." gumam Rahman.

"Maaf Rahman, sepatutnya aku paksakan diri tuk lawan budak-budak tu, sebelum mereka membawa Zahra, tapi aku justru kalah dengan rasa sakit di tubuh ku ini, aku benar-benar lemah." sesal yusuf sambil menggosok matanya agar tidak terus-terusan menangis.

"Ini bukan salah kau je, Yusuf. Aku pun salah juga sebab tak dapat jaga dia, kita dah gagal." ucap Rahman.

"Untuk sekarang korang harus banyak berehat, pasal Zahra korang tak payah risau, jendral sudah kirimkan ejen senior untuk selamatkan dia." ucap ejen Leon.

Menuruti perkataan ejen Leon, Rahman segera kembali ke ruangannya untuk mendapatkan perawatan dari dokter, jika dia ingin menyelamatkan Zahra, pertama-tama dia harus keluar dari ruang kesehatan terlebih dahulu.

Rizka duduk sambil memegangi tangan Aleks, sebenarnya ejen mentor tidak mengizinkan ejen lain menjenguk Aleks karena keadaan dia belum stabil, tapi karena Rizka terus memohon akhirnya ejen Geetha memberinya izin.

"Aleks, maaf karna gw udah ngebuat lo cedera, gw gak tau kenapa belakangan ini gw jadi lemah, mungkin semenjak kejadian awal penyerangan Black Code." Rizka menghela napas sejenak.

"Gw kayaknya gak bisa lanjut lagi deh, jadi ejen." lanjut Rizka.

Dia memandang sendu wajah Aleks yang masih terlelap, pengobatan Aleks memang berjalan lancar, tapi dokter tidak tahu kapan dia akan siuman, setelah meluapkan semua unek-uneknya Rizka beranjak bangun berniat pergi ke kamar Sam.

"Jangan... berhenti..." suara lemah Aleks menghentikan langkah Rizka.

Rizka berbalik, air matanya seketika mengalir deras saat melihat Aleks yang sedang menatapnya.

Misi Pelengkap (Tiga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang