00

5.3K 244 3
                                    

"Janji gue udah lunas ya jay, jadi lo ngga boleh nagih gue lagi!"  seru gadis di depan pria berkumis tipis dengan style rambut dibelah dua serta, memiliki kulit yang putih sehalus pantat bayi, mewanti-wanti pria itu.

Zianacita Leonard, orang-orang kerap memanggil gadis itu dengan nama depannya 'Zia'. Zia memiliki kulit sawo matang dengan style rambut curtain bangs yang menambah poin cantik Zia adalah, terdapat lesung pipi yang tercetak jelas kala ia tersenyum pada bagian, pipi kirinya. 

Zia termasuk typical gadis yang mudah bergaul, tak heran jika dirinya memiliki banyak teman dari berbagai kalangan. Zia memiliki tiga teman karib pria, saat dirinya berada di kantor. Namun sehari-hari, ia lebih dominan bersama satu dari tiga orang tersebut. Dia adalah Jaya Davidson. Pria itu memiliki panggilan yang berbeda dari orang awam yang mengenal Zia. 'Iyan.'  

Bagi sebagian orang yang tak mengenal siapa itu Iyan, mereka berpikir yang dimaksud oleh Jaya adalah seorang pria. Namun fakta di lapangan, panggilan itu adalah panggilan spesial yang di berikan Jaya untuk Zia.

Sejauh ini tak ada sangkalan  yang keluar dari mulut Zia perihal panggilan Jaya. Bukan karna Zia tak ingin mengomentari Jaya soal panggilan pria itu terhadapnya. Hanya saja, Zia tak ingin berdebat dengan Jaya perihal sepele tersebut. Sebab menurut Zia, hal itu hanya akan membuang waktu berharganya saja.

"Habis ini kita kemana Iyan?" tanya Jaya, meletakkan kembali cangkir  berisikan latte di atas piring penadah yang berada di atas meja, setelah meminumnya seteguk .

"Pulang," jawab Zia dengan fokus tertuju pada ponsel ditangannya .

Jaya mencebikkan bibir seolah meledek gadis di hadapannya, setelah melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.  "baru juga jam 20.00 p.m udah mau pulang aja, dasar anak mami." Jaya menyandarkan diri pada sandaran kursi di belakangnya dengan retina terkunci ke arah Zia yang duduk di seberangnya. Selang beberapa detik, Jaya menjentikkan jarinya kala sebuah ide melintas di pikirannya. "nonton yuk, udah lama kayaknya kita ngga nobar. Seinget gue terakhir kita ngelakuinnya, saat satu tahun yang lalu." 


"Males ah, gue mau nikmatin sisa weekend dirumah. Kebetulan tadi gue lihat ada nyokap di rumah, kapan lagi kan gue bisa me time bareng nyokap," dalih Zia menolak halus ajakan Jaya.

"Tadi pas gue jemput lo, gue ngga lihat  tanda-tanda ada nyokap dirumah," bantah Jaya, "udahlah Yan, ngga usah sok ngibulin gue deh. Lo ngga ahli soalnya." 

"Bodo amat yang penting gue ngga mau titik, ngga pake tanda seru."

Jaya memutar otak keras agar bisa menahan gadis itu untuk tidak pulang, sebab dirinya merasa boring berada di apartemen miliknya sendirian.  Bukan Jaya tak memiliki teman selain Zia akan tetapi, dirinya lebih nyaman bersama gadis itu, ketimbang nongkrong bersama temannya yang lain.

"Gimana kalau kita main suit jepang. Siapa yang kalah, dia harus nurutin permintaan orang yang menang, " usul Jaya menatap Zia antusias.

Sontak atensi Zia teralihkan dari ponsel-nya mendengar usulan Jaya barusan.  "ngga, ntar lo minta yang aneh-aneh lagi sama gue."

Jaya berdiri dari kursi yang ia tempati lalu berdiri di sebelah Zia. Sontak pupil Zia melebar, saat tangannya di tarik paksa oleh Jaya. "gue janji, ngga bakal lakuin hal itu," ucap Jaya menautkan jari kelingking mereka.

Jaya menurunkan tangan Zia lalu melakukan eye contact dengan gadis itu. Cukup lama manik mata mereka saling bertubrukan, dimana Zia, berusaha mengobrak-abrik retina Jaya mencari kebohongn disana. "tapi gue ngga bisa lama-lama," ucap Zia memutus eye contact terlebih dulu.

"Don't worry," jawab Jaya mengulas senyum.

"Lo mau kemana?" 

Jaya urung melangkah, mendengar pertanyaan yang dilayangkan oleh Zia. "kita mainnya sambil keliling, ngga seru soalnya kalau cuman duduk doang."

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang