11

1.4K 92 0
                                    

Zia meletakkan gelas di tangannya di atas nampan pelayan pria yang sempat berpapasan dengannya. Zia terus melangkah tanpa menoleh sedikit pun ke belakang, namun instingnya  selalu menyuruh Zia agar menoleh ke belakang, sekedar mengecek apakah Alina masih mengikutinya atau tidak.

Langkah Zia melambat sebelum gadis itu benar-benar menghentikan langkah, ia menoleh kebelakang mencari keberadaan Alina. "pak Joan?"

"Lepasin tangan saya pak Joan," geram Alina berusaha menarik tangannya yang di genggam oleh Joan.

"Saya akan lepas tangan kamu dengan syarat kamu harus dinner dengan saya malam ini."

"Saya ngga mau," tolak Alina mengetatkan rahangnya. "bapak mau saya teriak biar tamu disini menghakimi bapak?"

"Percuma kamu teriak Alina, karna ngga akan ada yang mau nolongin kamu," balas Joan tersenyum miring.

Menurut Alina apa yang dikatakan oleh Joan memang benar adanya, meskipun mereka berdiri di tengah keramaian namun tak ada satu pun yang menghampiri atau sekedar bertanya apakah dia baik-baik saja. Apa mungkin ia sedang berada di dalam dunia mimpi sekarang? Rasanya ini terlalu nyata untuk di anggap sekedar imajinasi.

"Permisi."

Zia berdiri di sebelah Alina sambil menatap tajam Joan. "maaf menganggu, bolehkah saya meminjam Alina sebentar?"

"Ngga bisa."

Zia manggut-manggut sambil mempoutkan bibir. "gitu ya?" Zia berdiri diantara mereka. "btw anda ada hubungan apa ya sama Alina, selain cuma PARTNER KERJA?" tanya Zia berusaha menarik lengan Alina dari genggaman Joan tanpa memalingkan pandangan dari pria itu.

"Aww" 

Zia tak menghirukan ringisan Alina, ia terus menarik sekuat tenaga tangan Alina agar terlepas dari cengkraman Joan. Setelah ia berhasil melakukannya Zia langsung berdiri di depan Joan melindungi gadis itu di balik punggungnya.

"Jadi kamu ngga tahu?" tanya Joan mendesak Zia.

Bukannya takut dan mundur kebelakang memberi jarak antara dirinya dan Joan, Zia justru juga ikut maju mempersempit jarak mereka.

Joan tersenyum miring, ia semakin tertantang akan keberanian Zia terhadapnya. "saya itu calon pacar Alina. Lagian sejak kapan sekretaris bertugas mengurusi kehidupan pribadi bosnya?"

"Saya bukan hanya sekedar sekretaris Alina pak Joan, namun saya juga wanitanya." Zia memegang bahu Joan sambil tersenyum simpul, "jadi jangan pernah bapak menggoda, bahkan memaksa wanita saya untuk memenuhi keinginan bapak. Atau bapak akan merasakan akibatnya."

Joan mengetatkan rahangnya lalu menyentak tangan Zia dari bahunya. "kamu mengancam saya, huh?" tanya Joan mendorong bahu Zia, beruntung Alina dengan sigap memeluk tubuh Zia dari belakang. Kalau tidak, bisa di pastikan Zia akan terjengkang ke belakang.

"Punya kuasa apa kamu sampai berani-beraninya mengancam saya?" Joan menarik dress tanpa lengan yang dikenakan Zia dengan mata memerah, membuat tamu undangan yang sedang berada di sekitar mereka terkejut akan perlakuan Joan tersebut.

Dari arah berlawanan Kevin CS berjalan tergesa-gesa membelah kerumunan, mereka tak menghiraukan umpatan para tamu yang sempat tertabrak oleh mereka.

"Saya memang ngga punya kuasa apapun, setidaknya saya ngga seperti anda yang memperakukan wanita seenaknya. Dasar bajingan!"

Zia memegangi tangan Alina yang melonggar di perutnya dengan mata tak berkedip menatap Joan yang sedang mengambil ancang-ancang hendak melayangkan sebuah pukulan ke arahnya.

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang