18

980 34 1
                                    

Jemari Alina berhenti berkutat pada keyboard komputer miliknya, ia menyandarkan diri pada sandaran kursi kebesarannya lalu mengangkat tangan dengan posisi menautkan jemarinya. Setelah berbunyi krek Alina merubah posisi dengan memutar badannya ke kanan lalu ke kiri.

Alina memegang lengan kursi, memperbaiki posisi duduknya agar tegap. Ia menatap Zia yang sedang menumpukan siku kanan di atas meja lalu mengigit kuku jarinya dengan fokus pada map yang sedang terbuka di atas meja-nya.

"Baby kamu ngapain? Kayaknya serius banget?" tanya Alina memutar kursi kebesarannya ke kanan lalu ke kiri.

"Lagi ngecek berkas laporan divisi marketing, cantik," ucap Zia tanpa menoleh ke arah Alina.

"Baby, aku ngga ada disana," protes Alina memanyunkan bibir cemberut melihat Zia lebih fokus pada berkas tersebut daripada dirinya. 

Sebelum berdiri dari kursi kebesarannya, Alina menyimpan file yang sedang ia kerjakan dan melihat time yang berada di bagian pojok kanan bawah sekilas. Disana menunjukkan pukul 22.30 p.m.

"Jam berapa sekarang baby?"

Tangan Zia yang berada di depan bibirnya berpindah memijit tengkuknya yang terasa pegal. "gatau. Tapi palingan masih senja cantik," tebak Zia asal.

Setibanya di sebelah kursi Zia, ia pun duduk di salah satu lengan kursi yang ditempati Zia.

"Serius masih senja? Kamu udah lihat keluar jendela belum, buat mastiinnya baby?"

Zia memutus contact mata dengan berkas di atas meja lalu melirik ke arah jendela besar yang terletak di belakang sofa yang berhadapan dengan meja kerjanya.

"Gimana baby?"

Zia membuka ponsel miliknya yang tergeletak di sebelah keyboard komputer-nya, setelah benda tersebut menyala, ia melihat time yang tertera di bagian sisi kiri atas yang menunjukkan pukul 22.32 p. m. Zia mendongak menatap Alina di sebelahnya. "maaf ya cantik, aku lupa waktu gara-gara kerjaan."

Zia memeluk pinggang Alina lalu menempelkan kepalanya di lengan Alina.

"Gapapa baby. Aku kayak gitu juga kok kalau lagi sibuk," jawab Alina mengelus sisi kanan kepala Zia.

"Pulang yuk cantik, aku pengen hug kamu lebih lama lagi."

Alina berdiri membuat pelukan mereka usai. "bentar. Aku mau beres-beres dulu." 

Melihat Alina pergi meninggalkan meja-nya, Zia pun mulai berkemas. Ia menutup map terbuka di atas meja-nya lalu meletakkan pulpen yang sempat ia pakai ke tempat asalnya, dan mematikan komputer di depannya.

Setelah dirasa semuanya beres, Zia berdiri dari kursi yang ia tempati dengan mengenggam ponsel pintar miliknya. Zia pun berjalan meninggalkan meja lalu berhenti di depan meja kerja milik Alina.

Alina mengitari meja kerja miliknya setelah dirasa semuanya beres, dan berdiri bersebelahan dengan Zia.

"Udah cantik?"

Alina mengangguk mengiyakan, ia menggandeng lengan Zia, dan menyenderkan kepalanya di sana. "ayo balik baby."

Zia memiringkan kepalanya ke sisi berlawanan dari posisi Alina berdiri, tangannya terulur memegang kepala Alina. Perlahan tapi pasti Zia menarik tangannya yang di gandeng Alina.

"Maaf." 

Alina menatap Zia dalam diam dengan bibir yang melengkung ke bawah. "aku bukannya ngga ngebolehin kamu gandeng tangan aku, tapi—" Zia urung melanjutkan ucapannya, melihat Alina pergi dari hadapannya tanpa pemberitahuan. "cantik tungguin!"

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang