13

1.5K 85 2
                                    



Zia menatap Alina dengan wajah serius, rasa deg-deg an di hatinya mendadak sirna berganti dengan rasa penasaran tentang apa yang akan di ucapkan Alina selanjutnya.

"Kamu ingat ngga waktu pertama kali kamu ke perusahaan cabang?" tanya Alina memastikan. "waktu dimana kamu bantuin aku dari komplotan preman di taman bunga sakura itu. Inget ngga?"

Samar-samar Zia menggelengkan kepalanya, "gue ngga ingat pasti, tapi gue ngga bakalan lupa momen saat lo sayat jari kita  buat tanda bukti perjanjian yang lo bikin untuk kepentingan sebelah pihak."

Alina mengerucutkan bibirnya mendengar penuturan Zia barusan. "perjanjian itu ngga menguntungkan sebelah pihak baby, apa kamu ngga membacanya secara keseluruhan?"

Zia memalingkan muka dari Alina, "gue ngga ngerti apa yang lo tulis. Meskipun begitu, gue yakin perjanjian itu hanya menguntungkan sebelah pihak dan itu lo," ucap Zia mengerlingkan mata ke arah Alina.

Alina menghela nafas kasar mendengar ucapan bermakna tuduhan Zia padanya. "tampaknya aku harus membantu kamu dalam memahami perjanjian tersebut agar kekeliruan ngga terjadi diantara kita."

"Mending sobek aja biar semuanya clear."

"Urusan surt itu nanti aku pikirin lagi. Mending kita fokus dengan topik yang tadi kita bahas."

"Silahkan di lanjut," ucap Zia melipat tangan di atas pahanya. 

"Preman itu merupakan bagian dari bodyguard aku. Mereka aku tugasin menyamar buat bawa paksa aku pergi dari sana, soalnya aku pengen lihat respon kamu terhadap aku." 

Zia tergelak dengan retina terkunci ke arah Alina. "kenapa sih, lo pinter banget bikin gue bodoh di depan orang. Tahu dari awal mending gue ngga usah bantuin lo."

"Aku udah minta kamu buat pergi ninggalin aku, tapi kenyataannya kamu tetap bertahan bareng aku disana hingga akhir." 

"Gue ngelakuin itu karna rasa kemanusiaan gue yang kentara. Gue ngga tega soalnya lihat cewe di kasarin sama pria," balas Zia mengangkat sebelah sudut bibirnya, "tapi kenapa lo baru bilang sekarang, dan bukan hari itu juga?"

"Aku nunggu time yang tepat untuk mengungkapkannya dan sekarang menurut aku waktu yang tepat, buat jujur tentang semuanya sama kamu." tatapan Alina turun ke bawah, gadis itu menendang udara di balik kolong meja. "aku ngga mau kamu tahu semuanya setelah kita menjalin hubungan, apalagi kamu mendengarnya dari orang lain. Aku ngga sanggup melihat respon kamu." 

Keduanya melakukan eye contact seolah mengungkapkan isi hati mereka masing-masing.

"Sudah? Apa hanya itu yang mau lo sampaikan ke gue?"

Alina menggeleng pelan, senyum yang terukir di bibir gadis itu membuat Zia berdecak kagum memuji mahakarya tuhan yang baru saja ia sadari keberadaannya.

"Ada satu hal lagi. Tapi jujur, aku ngga yakin untuk mengatakannya kepada kamu."

"Katakan, gue bakal dengerin apapun itu."

"Ini menyangkut Dito, mantan atasan kamu dulu." Alina meremas  pahanya yang di balut oleh dress berwarna nude. "aku beneran ngga tahu dengan bukti yang kamu maksud waktu itu, aku juga baru tahu dari kamu. Bahwasanya Dito itu  korupsi."

"Tapi pak Dito bilang, semua bukti yang menjurus kepada korupsi yang sedang ia lakukan ada di tangan lo."

Alina mengangkat telunjuk kanannya ke udara. "aku udah klarifikasi dengan Dito setelah kamu mengatakan hal itu dan dia bilang, dia terpaksa ngibulin kamu karna itu adalah cara terakhir dia agar kamu mengatakan iya saat beliau berkeinginan mendeportasi kamu ke sini." 

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang