09

1.5K 101 0
                                    

Alina menggoyang lengan Zia dengan retina terkunci ke arah wanita yang berjalan ke arah mereka. "dia siapa?" tanya Alina berbisik di balik lengan Zia.

Wanita itu berhenti di depan Zia, fokus retinanya hanya tertuju kepada Zia. Jangan lupakan senyuman manis wanita itu yang belum memberi tanda akan luntur dari bibirnya. "ngga nyangka ya, ternyata kita ketemu lagi dalam kurun waktu sebentar," ucapnya menepuk bahu kanan Zia pelan.

"Kamu sendirian aja, Melody mana?" Alina menatap Zia dalam diam, guratan bahagia bertambah terpancar di wajah Zia setelah wanita yang baru saja menyapa berdiri di hadapannya.

"Aku titipin sama karyawan di kantor, takutnya kalau aku bawa ntar hilang lagi kayak kemaren."

Zia manggut-manggut mendengar penuturan wanita itu. "Mou kenalin. Mereka bertiga rekan kerja di perusahaan aku, ini namanya Tsabina." ia mengerlingkan mata ke arah sosok yang di tunjuk oleh Zia, sebelum mengulurkan tangan ke arah Tsabina.

"Halo. Aku Mouren Amerta."

"Aku Tsabina."

Zia mengerlingkan mata ke arah Meghan yang berdiri di sebelah Tsabina. "kalau ini Meghan."

Mouren melepas jabatan tangan dengan Tsabina lalu beralih mengulurkan tangan di depan Meghan.

"Mouren Amerta."

"Meghan."

Bimo yang tak sabar menunggu giliran, menyudahi jabatan tangan antara Meghan dan juga Mouren lalu mengenggam tangan Mouren yang baru saja ia rebut.

"Saya Bimo Khatulistiwa. Kamu bisa panggil saya mas Bimo aja," ucap Bimo memperkenalkan diri kepada Mouren dan di akhiri oleh pria itu dengan senyuman terbaiknya.

Mouren tersenyum canggung merespon ucapan Bimo barusan. "Mouren."

"akhhh!"


Bimo memegang pergelangan tangan Meghan yang kini sedang menjewer telinganya. Orang-orang yang berada di sekitar Bimo tertawa renyah melihat ekspresi meringis pria itu. Kecuali Alina, gadis itu menatap Mouren tanpa ekspresi seolah sedang menguliti Mouren secara tersirat. 

"Meghan udah, ntar telinga gue putus."

"Makanya jadi orang jangan seenaknya, rasain tuh akibatnya." 

Meghan menarik tangannya dari telinga Bimo lalu mendengus sebal sambil menatap tajam pria itu.

Bimo menangkup daun telinganya yang terasa nyut-nyutan, imbas di jewer oleh Meghan sambil merungut menatap Meghan tak terima. 

"Btw saya boleh minjam Zia ngga. Soalnya saya ada perlu dengan dia," ucap Mouren meminta persetujuan orang-orang yang berada disana.

"Cuma Zia aja nih Mouren, saya ngga di pinjam juga?" tanya Bimo menawarkan diri. 

Mouren menggeleng sambil menarik kedua sudut bibirnya ke atas, membuat mata gadis itu mengecil di lalap oleh kelopak matanya. "saya hanya menginginkan Zia aja Bimo, ngga lebih."

"Gue juga ikut," ucap Alina menggandeng lengan Zia.

Perlahan senyum di bibir Mouren memudar mendengar ucapan Alina barusan. "maaf saya hanya ingin pergi berduaan dengan Zia saja," balas Mouren menegaskan.

"Dia itu sekretaris saya. Jadi saya berhak ikut kalau Zia pergi."

Zia menatap mereka secara bergantian disatu sisi, ia tak ingin terlibat dalam perang dingin yang tengah terjadi. Namun di sisi lain ia juga tak ingin berpihak kepada salah satu di antara mereka.

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang