01

2.9K 186 1
                                    

Satu tahun kemudian 

Sebuah mobil ferrari berwarna merah, berhenti dengan mulus di depan pagar besi berwarna coklat. Disana, sudah berdiri seorang wanita mengenakan pakaian rapi. Kemeja brown dengan celana bahan berwarna hitam, sebagai bawahannya. Ditangan wanita itu terdapat beberapa berkas yang akan ia bawa ke kantor pagi ini.

Kaca mobil di depannya turun secara otomatis, hingga memperlihatkan si pemilik mobil dari dalam, sedang mencondongkan tubuh sambil melempar senyum ke arahnya.

"Morning Iyan."

Gadis yang dipanggil Iyan itu tak menggubris, ia menghampiri pintu mobil lalu membukanya. 

"Sombong amat sih jadi orang," protes Jaya, pria itu mempoutkan bibirnya.

Setelah Zia masuk ke dalam mobil Jaya, ia  langsung membuka ponsel yang sedari tadi ia genggam.

Jaya kembali duduk seperti semula sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, melihat Zia lebih dominan diam pagi ini. "berangkat," ucap Jaya menekan klakson mobil-nya sebelum menginjak pedal gas, meninggalkan kediaman Zia.

Jaya mengetuk setir mobil sambil bersenandung ria, sesekali ia curi pandang ke arah Zia yang masih fokus dengan ponsel di tangannya. "Iyan, gue pengen bilang sesuatu sama lo."

Zia  berdehem merespon penuturan Jaya barusan, membuat pria itu sontak membelalakan mata tak percaya. " ehem doang ?" tanya Jaya memastikan, "lo lagi ngembangin hobby baru atau ikut perkumpulan freak Yan. Kok sikap lo aneh banget pagi ini?" tanya Jaya penasaran, menurut Jaya, gadis itu tak seperti Zia yang biasa ia kenal.

Zia menutup ponsel ditangannya lalu menoleh ke arah Jaya. " lo tau ngga, apa yang barusan gue alami?" 

Jaya berdecak sebelum bersuara, "bisa ngga Yan. Kalau gue nanya itu dikasih jawaban, bukan malah nyuruh gue nebak," protes Jaya.

Zia menyandarkan diri pada jok mobil di belakangnya lalu memejamkan mata sambil menghela nafas kasar. "nyokap nyuruh gue cari pacar."

Mendadak atmosfer diantara mereka berubah Hening, hingga beberapa detik berselang barulah Jaya bersuara. "b-agus dong. Tandanya nyokap lo ngga mau lihat anaknya kesepian," jawab Jaya tersenyum kikuk.

Perlahan kelopak mata Zia terbuka lebar lalu menoleh ke arah Jaya. "dimana bagusnya coba, lo kan tau kalau gue ngga punya kenalan cowo."

Di sebelah lo anggep apa IYAN! Batin Jaya meneriaki Zia. "teman kantor kan termasuk kenalan juga Iyan."

Zia menatap lurus ke depan sambil menyilangkan tangan di depan dada. " ogah, mending gue jadi perawan tua aja."

Jaya menginjak rem mendadak membuat gadis itu sontak terpental  kedepan 

Zia menarik diri sambil memegang jidatnya yang ke jedot, "aww." 

Sontak pupil Jaya melebar, ia  memutar setengah posisi tubuhnya ke arah Zia, menatap gadis itu khawatir. "sorry Yan, tadi gue ngga sengaja rem  mendadak," sesal Jaya, menyematkan anak rambut yang menutupi wajah Zia di balik daun telinga gadis itu. Jaya menangkup pipi Zia lalu mencondongkan tubuh menatap lekat jidat gadis itu. "sakit banget ya Yan?" tanya Jaya menekan pelan jidat Zia menggunakan telunjuknya.

Zia menepis telunjuk Jaya dari jidatnya lalu menyentak tangan Jaya yang menangkup pipinya. "kenapa, lo mau bawa gue ke IGD?" Zia menengadahkan tangannya ke arah Jaya "Mending lo kasih gue uang damai aja," pinta Zia menaik turunkan alisnya.

Jaya berdecak lalu menepuk telapak tangan Zia. "yee, orang serius  malah di becandain," Jaya membenahi posisi duduknya lalu melajukan mobil miliknya kembali.

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang