16

1K 39 3
                                    


Zia mengangguk mengiyakan. Nicko menumpukan kedua lutut tangannya dia atas paha, kepala pria itu tertunduk, namun jempol dan telunjuk kiri pria itu memegangi dahinya.

Nicko tertawa kecil sambil geleng kepala, ia kembali mengangkat kepala menatap Zia dengan senyum yang merekah di bibirnya. "jokes lo memang memang epic. Lo berhasil bikin gue ketawa."

Zia mengangkat satu alis menatap Nicko aneh. "gue serius. Alina memang pacar gue, kita jadian belum lama ini."

Nicko berdiri dari sofa yang ia tempati, pria itu berkacak pinggang lalu melangkah menghampiri Zia agar jarak mereka dekat. Zia mendongak agar bisa melihat wajah Nicko.

"Lo pasti maksa adik gue kan agar kalian pacaran, hayo ngaku lo?"

Zia berdiri dari sofa yang ia tempati, jarak yang minim di antara mereka tak membuat Zia merasakan canggung. "kami pacaran atas dasar cinta, ngga ada paksaan dalam hubungan kami."

Nicko mengedarkan pandangan menyusuri ruangan, retinanya tak melewatkan hal-hal yang berada di ruangan itu.

"Dimana Alina sekarang?"

"Dia lagi mandi di kamar," jawab Zia memberitahu.

Kaki Nicko secara otomatis berputar, pandangannya terpusat pada pintu yang hanya berdiri kokoh sendiri tak jauh dari sofa. Zia mencegat lengan Nicko membuat pria itu urung menapakan kaki. Tanpa babibu Nicko menepis tangan Zia lalu menatap tajam gadis itu.

"Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo, gue ingin bicara dengan Alina empat mata."

"Kalau hal yang ingin lo bahas menyangkut hubungan gue dan dia, gue ikut. Karna yang menjalani hubungan itu bukan hanya Alina, tapi juga ada gue didalamnya," cecar Zia panjang lebar.

Nicko mengangguk dengan seulas senyum yang memiliki makna terkandung di dalamnya. Pria itu kembali berbalik badan menghadap Zia. "gue penasaran. Apa mungkin lo akan tetap seberani ini menghadapi orang tua gue, saat mereka tahu lo macarin anak kesayangan mereka."

"Gue tau jalan cinta kita kedepannya, ngga akan mulus seperti kebanyakan pasangan beruntung di dunia ini." Zia menjeda ucapannya ia menarik nafas sejenak lalu menghembuskn secara perlahan. "gue tau ada harga yang harus gue bayar di baliknya. Tapi gue ngga akan menyerah, gue akan mengusahakan apapun agar cinta kami di restui."

"Sedikit informasi bokap gue suka tinju, dan gue ngga yakin lo akan aman. Gue ngga bisa bayangin wajah babak belur lo saat di pukulin sama beliau," jelas Nicko mengintimidasi Zia.

"Dulu waktu kecil gue juga atlet taekwondo, gue bukan cuma berlaga di tingkat nasional bahkan pernah pergi keluar negeri."

Tanpa mereka sadari pintu kamar di buka oleh Alina. "baby aku udah selesai mandi sekarang—" Alina menjeda ucapannya, melihat pemandangan di depan sofa.

Dua orang yang sedang cekcok disana, memusatkan atensinya ke arah Alina yang mematung di ambang pintu kamar. Pakaian formal yang dikenakan oleh Alina telah berganti menjadi satu stel piyama.

"Keluar juga tuh anak akhirnya."

Nicko dan juga Alina sama-sama beranjak dari posisi mereka berdiri, tak ingin menjadi penonton, Zia mengekori Nicko mengejar ketertinggalannya.

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang