02

2.5K 179 2
                                    


"Gimana, apa kamu menemukannya disana Alina?" tanya Bryton menoleh kebelakang sambil memegang kardus box yang baru saja ia turunkan.

Sudah 5 jam lamanya, pria itu bersama putri bungsunya, berada ditempat yang kini di penuhi oleh berkas yang sedari tadi mereka obrak-abrik untuk mencari buku besar miliknya.

"Belum pi, disini cuma ada berkas biodata karyawan perusahaan." Alina kembali memanjat tangga stainles yang sedang ia gunakan, untuk mempermudah dirinya sampai di puncak teratas rak berbahan stainles itu. "nah dapat!" seru Alina setelah berhasil memegang bibir kardus box.

Alina mengangkat benda tersebut dengan satu tangan, sedangkan tangannya yang mengambang diudara, memegang satu persatu anak tangga. Belum sempat telapak kaki Alina menyentuh lantai, tangga yang ia gunakan oleng karna kurang keseimbangan.

Brak

"Aww sakit," ringisnya merasakan nyeri menjalar di sekujur bokongnya.

Suara benda jatuh rupanya menarik atensi Bryton, ia membuang begitu saja kertas ditangannya lalu bergegas menghampiri sumber suara. "Alina, Are you okay?!" tanya Bryton setengah berteriak.

Bryton berhenti tepat di depan Alina, sontak pupilnya melebar melihat gadis itu berada di bawah tumpukan kertas.


Bryton berjongkok di sebelah Alina, membantu menyingkirkan kertas yang berada di atas tubuh putrinya. "ada yang lecet ngga?" tanya Bryton membolak-balikkan tubuh gadis itu dengan guratan khawatir. Bryton mendongak menatap satu tangan Alina yang sengaja ia angkat ke atas.

"Aku gapapa pi, cuman … bokong aku rasanya agak nyeri."

Bryton menghela nafas lega sambil menarik kedua sudut bibirnya ke atas, "syukurlah, kalau anak papi baik-baik aja." Bryton mengedarkan pandangan menatap kekacauan yang mereka berdua perbuat sejak tadi. "ntar malem kamu bakal pergi ke asrama kan? Kita sudahi sampai disini aja misinya, biar besok papi yang mencarinya sendiri." Bryton berdiri lalu membungkuk mengulurkan tangannya kepada Alina.

Alina menerima uluran tangan Bryton untuk membantunya  berdiri. "ngga di bersihin dulu pi, sebelum pergi?" tanya Alina mengedarkan pandangan pada kertas serta kardus box yang berserakan.

"Biar mba Dira aja yang urus, udah ayo," ucap Bryton menapakan kaki lebih dulu.

Alina mengekori Bryton dari belakang namun, baru dua langkah ia menapakan kaki. Kertas yang hampir saja ia injak menarik atensinya. Alina membungkuk lalu mengambil kertas itu  dan menatapnya lamat, Alina sempat mengucek matanya siapa tau penglihatannya salah.

"Ini bukannya cewe yang ngerjai gue di mall waktu itu kan?" pikir Alina melihat pas photo yang tertempel di pojok bagian atas kertas yang sedang ia pegang. " Zianacita Leonard. Ngga salah lagi," ucap Alina menunjuk kertas. "pi, papi!"

Seketika Bryton memutar badan menoleh ke arah Alina. "kenapa Alin?"

Alina berhenti di hadapan Bryton. "selesai S2 nanti, aku boleh minta sesuatu ngga dari papi?"

Tok tok 

Suara ketukan pintu berhenti setelah terdengar sebanyak dua kali, berganti dengan suara decitan pertanda pintu di buka dari luar. Seorang wanita menggunakan blazer abu abu, senada dengan rok sebatas lutut yang ia kenakan, masuk ke dalam ruangan, memangku beberapa berkas ditangannya.

"Permisi bu Alina. Kedatangan saya kemari untuk memberikan beberapa berkas yang perlu anda tanda tangani hari ini," jelas wanita itu menatap kursi yang tengah membelakanginya.

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang