15

1.3K 55 2
                                    

Alina mengendap-endap berjalan ke arah Zia yang sibuk memasak sarapan pagi untuk mereka, ia berdiri di belakang Zia lalu melingkarkan lengannya di pinggang Zia.

"Udah bangun, hm?" tanya Zia tetap fokus mengaduk nasi goreng dengan spatula, di penggorengan di depannya.

Alina bergumam merespon pertanyaan yang dilayangkan oleh Zia padanya.

"Gimana tidurnya semalem, nyenyak?"

Alina menarik diri dari punggung Zia lalu berdiri bersebelahan dengannya. "kurang nyeyak baby, soalnya masih kepikiran." 

Setelah Alina pergi meninggalkan dapur, ia berbaring di sofa panjang yang berada di depan TV LED tak jauh dari pintu utama apartemen lalu memejamkan mata dan tersenyum, membayangkan adegan yang akan terjadi selanjutnya, namun Alina menautkan alis mendengar suara pintu di buka, ia bangun dari sofa dan memutar badan ke arah pintu kamar mereka yang mana sedikit lagi akan tertutup rapat.

"Kan gue udah bilang, kalau gue itu udah maafin lo. Ngga usah di jadiin beban pikiran kali."

"Aku bukan mikirin itu tapi yang lain. Harusnya semalem kamu cari aku baby bukan malah langsung tidur," kesal Alina memanyunkan bibirnya.

"Mana gue tahu, gue kira lo lagi di kamar mandi."

Alina mendengus sebal, tampaknya ia harus menyusun strategi agar rencananya terealisasikan malam ini.

"Btw kamu ngga takut gendut makan nasi terus baby?"

Zia mematikan kompor listrik di depannya lalu berjalan ke arah ujung kitchen set. Di sana ia menarik sebuah laci yang mana merupakan sebuah rak piring berbahan stainless.

"Nasi itu makanan pokok orang indonesia. Kalau gue ngga makan, ntar gue kelaperan lagi dan hal terburuknya, gue bisa terkena busung lapar." Zia menutup rak piring setelah mengeluarkan alat makan. seperti; sendok, piring, dan gelas dari sana. "lagian gue ngga butuh diet lihat, tubuh gue tetap kurus walaupun makan banyak."

Alina menumpukan telapak tangan kirinya ke pinggiran meja, memandangi Zia dari atas hingga bawah. "iya juga sih."

Zia berjalan ke arah Alina, membawa peralatan makan yang sedang ia tumpuk di tangannya. "lagian gue ngga bisa kalau misalkan ngga makan nasi tiga kali sehari."

"Tapi kamu tahu ngga. Semenjak sama kamu, aku sering makan nasi lho. Biasanya aku cuman makan nasi satu kali dalam seminggu."

"Berarti gue membawa perubahan bagus buat lo," balas Zia menatap Alina sekilas lalu meletakkan barang bawaannya di atas kitchen set.

"Tapi ngga bagus bagi berat badan aku baby," ucap Alina mempoutkan bibirnya.

"Siapa yang peduli dengan berat badan lo, gimana pun bentuk badan lo kedepannya. Gue bakalan tetap cinta kok sama lo." 

Alina mencubit pinggang Zia membuatnya menggeliat dan menoleh ke arah Alina. 

"Alah palingan cuma boongan. Di dunia ini mana ada orang yang mau sama cewe jelek kecuali karna terpaksa."

Zia berjalan ke arah wastafel meletakkan wajan kotor bekas menggoreng nasi disana. "lo pernah ngerasain hal itu ya dari mantan lo?"

"Aku ngga punya mantan ya. Kamu kali tuh yang mantannya segudang," jawab Alina memalingkan muka dari Zia.

Zia membuka celemek yang ia kenakan lalu melipat benda tersebut, dan memasukkan ke dalam lemari yang berhadapan dengan lemari pendingin.

"Lo pacar pertama gue."

Unexpected Love ( Tamat ✔ )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang