Sleepy Area

5 2 2
                                    

"Kau tidak bosan, Cris?" bisik Tessie. Tampaknya ia takut menggangguku yang sedang membaca buku sejak ... mungkin dua jam lalu. Aku baru menyadari keberadaan buku itu di rak kecil dekat pintu samping gerbong saat aku kembali ke tempatku setelah mengantar kepergian Feline. Sebenarnya bukan buku yang terlalu menarik, hanya majalah biasa berisi artikel artikel normal yang biasanya disediakan di kereta.

Aku melirik Tessie sekilas sebelum berkata, "Kau bisa melakukan hal lain jika kau bosan, Tes, tidak perlu menemaniku terus menerus. Aku baik baik saja sendiri."

Aku dapat melihat Tessie memasang wajah cemberut dari sudut mataku. Apa dia tidak suka dengan jawabanku? Apa dia marah? pikirku. "Mmm mungkin aku bisa menemanimu jalan jalan sebentar, aku penasaran ada apa saja di kereta ini," timpalku. Sesuai dugaan, wajah Tessie langsung berubah secerah matahari.

"Kalau begitu aku akan menjadi pemandu tur mu hari ini. Mari ikut aku, akan kutunjukkan seberapa hebat kereta ini," seru Tessie antusias sembari menggandeng tanganku menuju pintu penghubung gerbong di belakang.

"Kita boleh pergi ke sana?" tanyaku ragu.

"Tenang saja, kita hanya tidak boleh pergi ke gerbong paling depan dan sisanya milik kita sepenuhnya. Kita bebas melakukan apa saja," sahut Tessie.

Aku mengangguk paham. Aku ingat, aku masuk ke gerbong kedua saat pertama kali datang kemari. Itu artinya gerbong paling depan yang dimaksud Tessie adalah 'Gerbong Keberangkatan' lalu di depan gerbong itu adalah tempat masinis. Pantas saja tak ada yang pernah bertemu masinisnya, pikirku.

Aku terlalu sibuk dengan pikiranku sendiri hingga tidak menyadari Tessie telah menyeretku masuk ke gerbong ketiga. Saat aku sadar aku sudah berada di lorong panjang yang sedikit gelap. Di kanan kiri lorong itu ada pintu pintu tertutup yang berjejer. Seperti lorong hotel.

Saat itu aku sadar gerbong ini tampak lebih besar. Lebar lorongnya saja hampir selebar gerbong sebelumnya dan jika perkiraanku benar pasti di balik pintu pintu itu ada kamar yang tidak mungkin hanya seluas setengah meter.

"Ini kamar?" tanya ku.

"Tebakan bagus," sahut Tessie. Ia masih terus menggandeng ku melewati lorong yang terasa sangat panjang itu. "Kami menyebutnya Sleepy Area, karena kami tidur di sini."

"Gerbong ini jauh lebih besar dari gerbong sebelumnya, kamu pasti menyadari hal itu dan mulai bertanya 'Bagaimana bisa?' tapi itulah hebatnya kereta ini," jelas Tessie. Kemudian ia berhenti di depan sebuah pintu yang cukup jauh dengan pintu masuk gerbong. "Ini kamarku."

Aku melihat deretan pintu pintu lainnya yang benar benar terlihat sama persis. "Bagaimana kau tau ini kamar mu? Semuanya terlihat sama."

"Pintunya akan mengeluarkan suara berdenting saat pemiliknya berada di dekatnya. Hanya pemilik kamar yang bisa mendengarnya, ajaib bukan?" Tessie menjelaskan dengan antusias, matanya sampai tampak berbinar-binar. "Apakah kau mau sekamar denganku?" tanyanya kemudian.

"Boleh saja, jika kamarnya cukup untuk berdua," sahutku. Aku tidak terlalu peduli tentang itu dan lagi kemungkinan aku tidak akan bisa tidur di tempat asing yang aneh ini. Bagaimana jika tiba tiba monster datang saat aku terlelap? Memikirkannya saja aku merinding.

"Nah akan aku tunjukkan satu keajaiban lagi," ucap Tessie sebelum membuka pintu kamar. Di dalam sana tampak kamar yang normal. Dengan kasur berukuran single, lemari pakaian, gantungan dan kamar mandi kurasa, aku melihat ada pintu lain di kamar itu. Ah ada meja belajar juga.

"Kurasa ini bukan kamar untuk berdua." Aku menatap ragu ke arah Tessie yang tampak tersenyum geli.

"Kita lihat saja," sahutnya sembari menutup pintu. "Nah, coba sekarang kamu yang buka pintunya sambil ucapkan dalam hati bahwa kamu ingin menempati kamar ini."

Dengan sedikit ragu aku melakukan apa yang Tessie katakan. Saat pintu terbuka lebar di depanku detik itu juga mataku terbelalak kagum. Kamar itu benar benar berubah, seolah olah aku masuk ke kamar yang berbeda. Di sana tidak lagi hanya ada satu single bed melainkan dua. Lemarinya pun lebih besar dan ada dua meja belajar.

"Hebat kan? Sekarang kamar ini cukup untuk berdua." Tessie tersenyum bangga. "Kamar ini bisa menyesuaikan diri tergantung berapa orang yang akan menempatinya. Jika seseorang menyentuh gagang pintu dan berkata ingin menempatinya mereka akan menjadi pemilik kamar juga dan semua perabotan akan disusun sesuai jumlah pemiliknya. Tapi jika mereka tidak ingin menempati maka kamar ini tidak akan bereaksi apa apa."

"Wow!" Aku berdecak kagum.

"Jangan puas dulu, masih banyak yang harus ku tunjukkan, ayo!" Tessie kembali menarik tanganku menuju gerbong selanjutnya. Kali ini aku tidak melamun lagi dan aku benar benar menantikan apa yang akan kulihat di balik gerbong selanjutnya.

***

To be continue

Train at 1:43 AM (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang