Terhempas

4.7K 66 0
                                    

"Serius kita akan nunggu angkot? Kamu punya kaki jerapah dan badan segede gorila. Beneran nggak bisa nyetir mobil? Omaigat!" Tessa mulai panik.

Mengekori langkah manusia berkaki panjang tidaklah semudah bayangannya.

Dia harus berlari-lari kecil kalau tak ingin ketinggalan.

Mana lagi pakai heels lima senti.

"Okelah kalau nggak bisa bawa mobil, tapi minimal, kamu bisa bawa motor, kan? Enggak juga? What! Eh, tuh di rumah kakek ada tiga mobil nganggur. Ada tiga motor mbak-mbak juga. Demi apa panas-panas gini kita malah keluar nungguin angkot? Kamu nggak liat aku udah agak iteman sejak datang ke sini?" Tessa masih bercerocos tanpa ada rem.

Sesekali dia melotot ke arah sepupunya yang sejak keluar rumah tadi diam saja.

Bagaimana tidak panik dan sebal.

Tessa sudah berdandan dari pukul lima pagi demi memberikan kesan pertama yang sempurna bak Athena di depan para pengurus dan anak-anak saat tiba di panti asuhan nanti.

Tapi apa yang terjadi setelah perjuangan panjangnya sekarang?

Beruang kutub yang sikap dinginnya melebihi freezer itu malah menggiringnya ke pinggir jalan raya hanya untuk menunggu angkot alih-alih masuk ke garasi dan mengambil salah satu tunggangan nganggur di sana.

Sampai di sini, Eka masih betah mengabaikannya dan hanya bergerak untuk memasang topi di kepala.

Membuat darah di sekujur tubuh Tessa makin mendidih saja.

Kalau tahu akan berakhir begini, Tessa pasti akan membawa payung biar semua dempul dan segambreng kosmetik lain yang dia tempelkan ke wajah tidak melorot.

Satu-satunya hal yang membuat Tessa merasa lega di sini cuma bulu mata palsunya yang sudah ditanam permanen.

Kalau tidak, maka dipastikan itu juga akan menjadi drama tambahan saat lemnya terancam terkelopet tengah hari nanti.

"Aku ngomong sama kamu, lho, Ka. Buruan bujuk kakek supaya minjemin mobilnya. Aku punya SIM. Kamu cukup bantuin minjem aja, nanti aku yang akan ngemudiin mobilnya. Enak kan, kamu bisa disupirin sama cewek secantik aku secara gratis? Buruan, Ka. Kamu dari tadi denger aku ngomong nggak, sih?"

Beruang kutub pemilik nama lengkap nyleneh Eka One itu memilih untuk tidak mengalihkan pandangan tajamnya dari arah ujung jalan.

Sampai-sampai, Tessa yang tingginya tak mencapai bahu manusia jangkung itu harus berusaha melambaikan tangan di depan wajahnya sambil melompat beberapa kali demi bisa mendapatkan perhatian Eka.

Sayangnya lagi, pemuda akhir dua puluhan setinggi 187 sentimeter itu tetap membatu seakan Tessa adalah arwah penasaran yang kehadirannya tak bisa tertangkap oleh inderanya.

Jadi semua usaha Tessa untuk mendapatkan perhatianya seakan sia-sia.

Dasar, beruang kutub nyebelin!

Ganteng sih ganteng. Tapi menguras kesabarannya sudah kayak disuruh menguras sumur tapi pakai sendok makan bayi. Makan hati!

"Dasar bud3k!" umpat Tessa yang akhirnya menyerah.

Namun hal itu ternyata malah berhasil membuat tatapan Eka teralih sekilas padanya meskipun Tessa sadar, itu bukan jenis tatapan ramah atau penyesalan karena sudah mengabaikan dan membuatnya terpanggang di pukul sembilan pagi pada bulan Juni, melainkan tatapan mengancam.

Tessa bahkan hampir saja tersenyum sebagai pemenang karena berhasil membuat Eka terlihat kesal. Akan tetapi, ketika Tessa hendak mengoceh lagi, Eka tiba-tiba melambaikan tangan kanan ke arah jalan, dan sebuah angkot berwarna kuning dengan pelat yang juga berwarna kuning, berhenti tepat di depan mereka tak lama kemudian.

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang