Di Luar Universe

725 36 3
                                    

Masih berlagak ngambek, Tessa terus mendiamkan Eka hingga malam hari setibanya mereka di rumah.

Eka si beruang kutub juga tidak kelihatan akan meminta maaf atas sikapnya yang sudah keterlaluan. Jadi daripada khilaf dan benar-benar menyeretnya ke gubuk di tengah sawah itu, Tessa memilih duduk di sebelah sang kakek yang sedang menikmati santai sendiri sambil menonton televisi.

"Tessa pijitin, ya, Kek?" Diraihnya tangan kanan sang Kakek tanpa menunggu persetujuan darinya.

Tessa lantas mulai memijat sambil menyandarkan kepala manja di bahu sang kakek yang tetap memberikan kenyamanan di usianya yang sudah tidak muda.

Entah bagaimana konsep memijat yang Tessa pikirkan. Yang jelas, posisinya lebih mirip orang ingin bermanja ketimbang seseorang yang punya niat tulus untuk memijat.

"Kamu nggak capek tadi seharian keliling sama Eka dan timnya?" Pertanyaan lembut penuh perhatian itu menyapa telinganya.

Tessa memberengut. Bukannya apa-apa. Dia ke sini tadi karena tak ingin mengingat apa pun soal Eka. Eh, sang kakek malah menjadikannya sebagai pembuka topik obrolan.

"Capek banget, Kek. Besok kayaknya Tessa nggak bisa ikut lagi." Gadis itu menjawab dengan suara dibuat sangat kelelahan. Tanpa ingin menceritakan soal bagaimana dia bertindak bodoh melompat dari mobil hanya demi mendapatkan perhatian sepupunya.

Sang kakek hanya terkekeh. Seolah sudah menjadi ciri khasnya sebagai dokter yang dikenal sangat ramah, pria itu hampir selalu tertawa bahkan terhadap persoalan pelik yang sanggup membuat orang lain mengebulkan kepala.

"Yah, istirahat dulu sementara juga nggak pa-pa. Atau kamu ingin mencari kesibukan lain? Ambil kursus atau lanjut kuliah, misal?"

Tessa merotasi bola mata. Mengerjakan skripsi S1-nya saja dia bayar orang. Dua saran kakeknya jelas bukan ide yang cocok untuknya.

Belanja kosmetik dan baju-baju, lalu membuat konten review mekap dan tutorial memadupadankan gaya busana seperti kesibukannya selama ini adalah hal pertama yang terlintas di benak Tessa.

Tessa sangat suka berbelanja dan menjadi pusat perhatian. Namum sekarang, dia terpaksa harus membiasakan diri tanpa sosial media.

Rasanya seperti sudah m4ti dan pindah ke alam kubur saja. Manalah ketemu penjaga kubur yang menyebalkan serupa Eka segala.

Tessa menggeleng.

Tangan kiri sang kakek yang terbebas lantas tiba-tiba meraih tangannya yang sejak beberapa menit lalu memijitnya untuk kemudian digamit dan diusap secara lembut.

"Kalau kamu merasa butuh teman untuk berbagi kisah, kamu bisa membaginya dengan Kakek. Yah, dengan usia Kakek sekarang, mungkin Kakek nggak termasuk orang yang up to date. Tapi di rumah sakit, Kakek berteman dengan pasien beragam usia. Dan Kakek juga pasti bisa menjadi teman buat kamu."

Senyum Tessa terukir setengah getir. Bahkan kedua orang tuanya saja tidak pernah menawarkan diri untuk menjadi temannya.

Mereka terlampau sibuk mengumpulkan uang yang diklaim mampu memberikan kebahagiaan bagi Tessa.

Padahal kenyataannya, sesuatu yang paling Tessa butuhkan dari mereka justru tidak pernah didapatkan gadis itu sama sekali.

Perhatian dan kasih sayang orang tua.

Tessa hanya bisa mendapatkannya dalam bentuk uang dan kecukupan segala apa yang bisa dibelinya menggunakan u4ng, tak lebih dari itu.

Sementara hatinya yang kesepian tetap saja terasa kosong melompong serupa cangkang kerang yang terserak di tepi pantai. Itu sebabnya, Tessa mencari cinta dan kehangatan di r4njang para mantannya.

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang