Miss Riweh

708 38 5
                                    

Mulanya, Tessa tak berhenti merasa bersalah. Sampai kembali gagal tidur hingga lewat tengah malam.

Setelah melihat cermin dan tak sengaja menemukan kantung matanya semakin menghitam serupa habis kena tonjok, barulah ia mencak-mencak naik kasur dan memaksa matanya untuk merem sambil ditutup masker.

Memang, dia berhasil tidur. Namun baru juga dua jam, mata itu kembali terbuka lebar tanpa permisi. Melemparkan Tessa ke dunia nyata yang tak pernah berhenti menyadarkan jika kini dirinya sedang terbuang di peradaban antah beranta.

Tanpa followers, tanpa endorse, tanpa puji-pujian terkait kekaguman atas paras sempurnanya.

Sangat menjengkelkan!

Persisnya jam empat pagi.

Tessa gagal mencoba tidur lagi saat kupingnya mendengar suara pintu kamar Eka yang selalu berkeriet saat dibuka atau tutup. Dan barusan, suara itu sukses menarik Tessa tanpa paksaan sedikit pun untuk meninggalkan kasur beserta selimut hangatnya.

Lalu secara lebay, dia melompat-lompat kecil ke arah pintu, mengintip sedikit, sebelum memutuskan benar-benar keluar usai netranya menangkap keberadaan sosok Eka yang sedang duduk di sebuah kursi dekat pintu dan tengah memasang sepatu.

Melihat keberadaan handuk kecil yang tersampir di lehernya, Tessa langsung bisa menebak hendak melakukan apa beruang kutub itu subuh-subuh begini.

"Mau jogging, ya? Aku ikuuut, okeee?!" Tessa berlari menghampiri Eka yang baru selesai memasang bagian kanan sepatunya dan langsung menyambar sepatu bagian sisi kiri yang belum sempat dipasang, secepat kilat, untuk kemudian dibawa kabur menuju kamar.

"Ini buat sandera biar aku nggak kamu tinggalin, wlee!" Tessa menyempatkan diri menjulurkan lidah jahil ketika Eka menatapnya dengan ekspresi kaku menahan kaget dan bingung atas kelakuannya.

Adat gadis itu memang sungguh di luar dugaan. Sehingga Eka hanya sanggup menelan ludah dan buang muka seperti sudah kehabisan tenaga sebelum memulai berolahraga.

Eka tak tahu berapa pastinya usia Tessa, tapi semakin ke sini, Eka semakin tak mengerti saja dengan tingkah absurd-nya.

Sebentar cerewet, sebentar ngambek, sebentar drama, dan sekarang tak ada angin ataupun hujan, dia mendadak berubah menjadi pencuri kecentilan.

Setelah menunggu hingga nyaris sepuluh menit lamanya, akhirnya Tessa keluar juga dalam balutan setelan baju olahraga warna neon pink sambil membawa kembali sepatu Eka yang tadi digondolnya. Lalu dengan tanpa bersalah, meletakkannya hati-hati di depan Eka yang masih duduk manis di tempat semula.

Tak lupa, Tessa juga memberikan full senyum dan kedipan mata g3nit palsu berulang yang membuat Eka mengernyit ngeri alih-alih terpesona.

"Lututku masih sakit, jadi nanti kamu larinya harus pelan-pelan biar bisa nyamain langkahku. Dan aku sengaja pakai baju warna pink neon karena sekarang masih gelap. Jadi nanti kalau ada orang lewat bisa ngeliat aku yang glowing in the dark kayak bintang-bintang cantik yang bersinar di langit tanpa kuatir nabrak. Aku s3ksi dan makin imut, kan?" Tessa menyombongkan diri sambil menepuk-nepuk pipinya dan pasang wajah terimut yang bisa dia lakukan.

Sementara yang dilakukan Eka cuma memasang sepatu kirinya dalam diam dan bangkit meninggalkannya. Tanpa menunjukkan kesan rasa tertarik untuk diajak ngobrol atau menyetujui deklarasi Tessa.

"Eh, betewe, Ka. Cuma ngingetin, aku kemarin kecelakaan jatuh dari mobil gara-gara kamu, lho. Sebagai perawat, harusnya kamu tanggung jawab sampai lukaku sembuh. Hari ini sebelum mulai jogging, gimana kalau kamu obatin lukaku dulu? Toh, ini masih gelap banget, kan. Apa nanti kita nggak disangka pulang ngepet kalau jogging jam segini?"

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang