Eish!

776 30 2
                                    

Begitu paket yang ditunggu datang, Tessa hampir salto saking girangnya.

Sudah satu minggu ia nyaris dibikin gila karena Eka yang biasanya selalu di rumah setiap malam, mulai sering pamit keluar di atas pukul enam sore.

Memang, tak pernah sampai tidur di luar. Namun tetap saja, seorang crush pulang jam sepuluh dan kadang jam sebelas malam sejak menerima panggilan dari kontak My Love membuat Tessa tak berhenti over thinking setiap harinya.

Bagaimana kalau setiap malam itu Eka menghabiskan waktu bersama dengan si My Love-nya dan makin cinta karena jadi semakin sering ketemu?

Tessa menggeleng tak mau itu terjadi, dan memastikan tak akan pernah terjadi.

"Ka, nanti kita ke panti?" Tessa berlari kecil ke halaman belakang rumah tempat Eka sedang sibuk menjemur pakaian di hari Minggu paginya. 

"Bentar aja, sih. Aku ada urusan lain jam dua belas siang dan nggak tahu bakal pulang jam berapa." Eka menjawab tanpa menatap pada Tessa yang berdiri tak jauh di belakangnya. 

Terlepas dari urusan lain yang kembali membuat curiga Tessa, Eka itu benar-benar lelaki idaman karena tidak malu cuci dan jemur baju sendiri. Ners itu juga tak ada malas-malasnya. Ada saja yang dikerjakannya meski bukan pengusaha ataupun CEO.

Barangkali, kesibukan itu juga yang membuat bentuk tubuhnya menjadi sangat proporsional seolah rajin ke gym dan mengikuti diet ketat. Tak ayal, Tessa masih sempat mengaguminya di saat begini.

"Aku ikut ke panti, ya? Pengen sekalian jalan-jalan liatin sawah."

Eka hanya menoleh sekilas untuk mengangguk dan kembali diam dengan kesibukannya. Sampai akhirnya Tessa yang bosan dicuekin pamit masuk lagi untuk bersiap agar tidak kesiangan karena dandannya biasanya cukup lama.

Tessa sudah membulatkan tekat jika dirinya akan mengeksekusi niat jahatnya hari ini.

Ya, apa pun yang terjadi.

Meskipun dia tak berhenti gemeteran sebab ini akan menjadi pengalaman pertamanya melakukan hal serendah ini hanya demi mendapatkan laki-laki.

Kecanduan s*ks dampaknya memang tidak baik. Bahkan meski sadar betul apa yang dipikirkannya sangat amoral, Tessa kadung tak bisa menahan diri layaknya pecandu nark0ba yang akan menggila kalau tak bisa menghisap g4nja.

"Ini akan jadi yang terakhir. Siapa pun Eka. Apa pun dia. Aku akan menerimanya kalau dia mau bertanggung jawab dengan nikahin aku." Tessa meyakinkan dirinya sendiri sambil meremas obat yang telah dibelinya dan memasukkannya ke dalam tas. 

Layaknya seorang penjahat profesional yang memang telah merencanakan niat busuknya secara matang, Tessa juga membawa lakban dan bahkan borg0l yang dibelinya dari e-commerce bersama obat tidur plus-plusnya.

Tessa merias diri dengan penampilan dan busana terbaik yang dia miliki. Yang dia tahu, bahwa tak akan ada satu pun lelaki bisa menolak pesonanya saat sudah seperti ini.

Ya, sebelumnya, riasan Korean look dan rok mini dengan aksen renda yang memperlihatkan kaki ramping mulusnya itu selalu berhasil membuat para lelaki tak bekedip saat melihat atau bepapasan dengannya. Namun siapa sangka, si beruang kutub itu malah nyelonong begitu saja bahkan tanpa sekilas pun memberikan perhatian atas eksistensinya yang secara kebetulan keluar kamar secara bersamaan.

"Apa dia beneran nggak punya n*fsu sama sekali?" Tessa tak berhenti menggumam bingung sambil mengekori Eka yang jalan duluan untuk mengambil barang yang sudah disiapkan para mbak dan akan dibawa ke panti.

Meskipun ada lebih dari lima dus bawaan yang harus dipindahkan silih berganti ke dalam bak mobil, Eka juga tak berminat meminta bantuan siapa pun. Padahal Tessa pun sebenarnya siap membantu kalau saja diminta secara langsung.

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang