Harta Karun

768 37 10
                                    

Lupakan khayalan bisa merasa lega setelah menemukan the real kue klepon. Sebab kenyataan membawa Tessa melesat jauh keluar universe.

Setelah memborong jajanan tradisional itu pada penjaja makanan keliling yang kebetulan ditemui di jalan dan menyerahkan kepada Tessa, Eka yang diharap bakal menemaninya makan sambil berleha-leha sejenak menikmati pemandangan sawah, malah meninggalkannya lagi tanpa kata permisi.

Memang sih, bukan salah Eka sepenuhnya sebab kepergian mereka sejak awal bertujuan untuk bekerja di lapangan. Tapi tetap saja, tadi Tessa hampir berhasil mendapatkannya kalau tidak keburu diserobot Nuri si uget-uget g*njen, dokter sok kecakepan yang hari ini bertugas bersama Eka untuk turun ke dusun-dusun. 

Siapa yang tidak kesal.

Tidak seperti ekspektasi Tessa soal dokter yang umumnya selalu hati-hati dan tahu caranya menjaga attitude.

Beberapa kali, Tessa justru menangkap kalau wanita yang punya gaya bermekap lebih heboh darinya itu berusaha mendapatkan perhatian Eka dengan cara menjij!kkan.

Minta tolong pasangin pengait gelangnya yang copotlah. Minta dibantu menguncir rambut, dih. Pun masih pura-pura keseleo supaya bisa digendong Eka segala.

Padahal Tessa tahu betul, Nuri cuma pura-pura jatuh saja tadi. Dan dia tidak sesibuk itu sampai tak bisa menguncir rambutnya sendiri. 

Sesama penakluk pria, Tessa sudah pasti tahu dan bisa membedakan mana yang real dan fake.

Praktis, sepanjang perjalanan mereka mengunjungi kampung-kampung terpencil itu, Eka kerepotan sendiri lantaran si Nuri kena musibah, dan berujung pada Tessa yang merasakan dongkol seharian lantaran imbasnya dia jadi kian dicuekin Eka.

"Kamu pacaran sama Dokter Nuri?" todong Tessa--setelah menahan diri seharian--begitu akhirnya mereka kembali berduaan saja dalam perjalanan pulang di sore pukul empat.

"Kalau iya, mending putusin deh. Dia tuh tukang drama, asal kamu tau. Tadi aku liat sendiri dia sengaja jatuhin diri pas turun dari mobil biar bisa kamu gendongin. Dih, geli banget. Udah tau mau penyuluhan ke kampung pelosok, malah pakai heels setinggi egrang kayak mau manggung. Itu disengaja namanya biar dia nggak ikutan kerja." 

Sudah ngomel panjang lebar, Tessa kembali tak mendapatkan tanggapan dari sang rekan seperjalanan yang fokus mengemudi itu.

Sungguh menjengkelkan sebab tadi Tessa melihat sendiri bagaimana Eka menunjukkan sikap ramah dan murah senyumnya kepada semua orang yang ditemuinya. 

Kenapa juga sekarang dia kembali ke mode beruang kutub yang selalu bersikap dingin begini kepada dirinya, yang notabene adalah sepupu?

"Ka, kamu ada masalah apa, sih, sebenarnya sama aku?" Tak seperti biasanya yang selalu cuek dengan sikap digin Eka. Hari ini Tessa benar-benar kesal dan ingin marah padanya. 

"Kamu pernah dicuekin sama orang yang kamu ajak ngomong, nggak? Kalau kamu gitu ke semua orang sih, aku akan maklum dan nganggap sikap dingin kamu sebagai adat negatif bawaan. Masalahnya ... kamu cuma gini ke aku dan itu nyebelin banget, tahu?! Kamu pikir, aku ini apa sampai nggak kamu hargai kayak gini? Batu?"

Benar-benar suara kentutnya saja tak terdengar.

Eka masih membisu serupa tembok. Sehingga Tessa yang kehabisan sabar pun tak ayal mendengkus dan membuka pengait seatbelt tempatnya duduk dengan serampangan. Sebelum akhirnya mengulurkan tangan melalui bawah kemudi untuk membuka kunci otomatis ke semua pintu.

"Kamu mau ngapain, Tessa?" Eka akhirnya terpancing tapi sudah terlambat, mulai panik dan mengurangi kecepatan laju mobilnya. 

Tessa yang sudah telanjur kesal kini ganti tak menggubris dan nekat melompat turun dalam kondisi mobil masih berjalan. Sehingga ia pun praktis jatuh tersungkur dan memaksa Eka untuk mengerem kendaraan secara mendadak.

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang