Klepon?

1K 40 5
                                    

Mengutip dari website Alodokter; "Seseorang dapat dikatakan hipers*ks atau hipers*ksualitas ketika perilaku s*ksual menjadi fokus utama dalam hidup, sulit dikendalikan, dan mengganggu atau membahayakan diri sendiri dan orang lain.

"Pada wanita, kondisi ini disebut juga nimfomania, sedangkan pada pria disebut satiriasis. Jika dibiarkan, perilaku hipers*ks atau maniak s*ks akan melanggar batas norma yang berlaku di masyarakat, seperti berselingkuh, menggunakan jasa pekerja s*ks komersial, dan bahkan memicu tindakan kriminal seperti pem*rkosaan."

Tessa menjatuhkan tabletnya lemas ke tempat tidur, dan mengubur diri ke dalam selimut usai membaca artikel kesehatan dari laman daring tersebut. 

Semenjak keluar dari kamar Eka, poin terakhir dari artikel itu adalah gagasan yang sama persis muncul di otaknya, yang entah bagaimana begitu provokatif merayu fantasi liar dan sangat sulit untuk ditepiskan.

"Masa iya gue hipers*ks?" Tessa kembali duduk begitu kekhawatirannya ikutan merecoki.

Menatap diri lekat dari pantulan cermin besar di pintu lemari membuatnya mencebik sinis.

Oh, dirinya jelas kacau balau sekarang. 

Sejak kasus video syur yang menimpanya itu menjadi viral dan menghancurkan reputasi baik yang selama ini dia bangun, otak kotor Tessa seketika ikutan mati suri.

Alih-alih dipenuhi g*irah sebagaimana hari-hari normalnya yang indah dan kini tinggal kenangan, Tessa malah dibuat sibuk memikirkan penghakiman publik tentang dirinya dan merisaukan masa depan dengan beban mental sebagai bahan cemoohan. 

Akan tetapi secara luar biasa, malam ini hasrat itu tiba-tiba saja bergelora dan membuatnya kepikiran kembali soal banyaknya komentar yang dulu sering menyebut Tessa sebagai maniak s*ks. Hingga berujung tak bisa tidur karena ia juga mulai kesulitan untuk mengendalikan pikirannya yang terus tertuju kepada Eka.

"Masa iya gue mendadak kepengen m*rkosa Eka? Gue ini kan, cewek! Ya kali gue beneran maniak s*ks?" gerutu lirih itu tercetus begitu saja. Namun Tessa cepat-cepat menggeleng.

Tak mau ceroboh memberikan self diagnose serupa netizen l4knat yang menghakiminya seenak udel. 

Dalam kamus Tessa, melakukan hubungan s*ks adalah sebuah kebutuhan pokok selayaknya makan dan ia berhak melakukannya sebanyak apa pun dan dengan siapa saja asalkan suka sama suka.

Omong kosong dengan budaya ketimuran yang selalu digaungkan oleh orang-orang di luar sana.

Tidak peduli apa pun kepentingannya, mereka tak bisa memaksanya untuk memiliki pola pikir seragam hanya karena dia masih tinggal di negara yang sama.

Bagi Tessa, yang terpenting dia tidak nyerobot pacar atau suami wanita lain dan tetap menggunakan alat kontr4s3psi yang disarankan dokter sebagai antisipasi pencegahan penyakit yang mungkin dapat ditularkan melalui hubungan s*ks bebas. Serta, wajib rutin memeriksakan kesehatan diri ke rumah sakit setiap tiga bulan sekali.

Tessa mengagumi cara berpikirnya sendiri selama ini, tapi bagaimana dengan gagasan memperk*sa Eka yang mendadak lahir di kepalanya itu?

Itu bukan termasuk suka sama suka. Melainkan tindak pel3cehan level kriminal. 

Sejak pertama bertemu delapan hari lalu, Tessa sama sekali tidak pernah berpikir jika dirinya bisa tertarik pada beruang kutub itu secara s*ksual sekalipun dia memiliki tipikal ragawi di atas rata-rata pria yang telah banyak Tessa temui. 

Alasan utama jelas karena Eka adalah sepupunya meski cuma berstatus "angkat".

Alasan kedua, Eka kelewat pendiam bin jutek dan itu bukan tipe pria yang akan Tessa sukai.

Sexy Smoothie (Tanpa Restu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang