LDKS-04

71 7 23
                                    

- HAPPY READING -


"Anak baru tadi cakep bener buset, bening pisan euy— aduh!"

"Si anjir, gue aduin adek gue ya lu!" Ancam Lio sehabis menjitak sayang kepala Farhan

Farhan menyengir sambil mengangkat dua jarinya, peace.

"Blasteran kan ya? Pirang gitu rambutnya, gue denger-denger katanya pirang asli. Modelan yang kaya gini tuh sayang banget kalau ngga jadi jodoh gue," Rendi ikut menimbrung obrolan.

"Mending jadi jodoh gue sih!" canda Farhan yang langsung menjauh dari Lio, takut dijitak lagi😂.

"Awas lu berani-berani nangisin adek gue, gue patahin kaki lu!" ucap Lio membuat Farhan dan Rendi yang hanya mendengarnya bergidik ngeri.

Farhan mendekati Lio sambil menyatukan kedua tangannya, "Ampun ngga lagi, serius dah" mohonnya di sertai cengiran.

Farhan kembali duduk ditempatnya lalu menatap heran Langit yang tidak merespon obrolan apapun sambil— termenung? Padahal biasanya ia tertawa paling kencang ketika melihat Farhan tersiksa karena Lio.

Dengan perlahan Farhan menyenggol lengan Langit yang langsung mendapati tatapan bertanya dari sang empu.

"Lu kenapa?" Tanya Farhan to the point

Pertanyaan Farhan mengundang perhatian Rendi dan Lio yang tadinya lahap memakan Bakso, mereka berdua baru sadar Langit sedari tadi tak berbicara satu kata pun.

"Hah?" Beo Langit

Jawaban Langit membuat Farhan menepuk jidatnya pelan, kenapa lemotnya Langit harus datang sekarang sih?! Sedangkan Lio dan Rendi hanya tertawa kecil, menurut keduanya Langit kalau sedang lemot sangat lucu apalagi saat berhadapan dengan Farhan.

Farhan menghirup nafas sebelum kembali menatap Langit yang juga menatapnya, "Lu kenapa diem aja daritadi? Tumben banget."

Langit kembali menunduk lesu mendengar pertanyaan dari Farhan, lalu kembali lagi mendongak menatap ketiganya bergantian.

"Lu pada masih inget cewek yang gue ceritain, yang nabrak gue pas di bandara dua tahun lalu?" Ketiganya berpikir sejenak sebelum mengangguk.

Langit kembali menunduk lagi, "Anak baru itu cewek yang nabrak gue.."

"HAH?!"

"Beneran, Ngit?" Langit mengangguk lemas

"Terus kenapa lu lesu begitu? Harusnya lu seneng bisa deketin tuh cewek!" Heboh Farhan dengan menggebu-gebu membuat Lio melirik sinis.

"Apa?" Lio tak menanggapi, memilih memakan kembali baksonya yang tersisa setengah.

"Gue denger-denger dia udah ada pacar.." jawaban Langit membuat Lio tersedak, sedangkan Rendi dan Farhan hanya menganga tak percaya, serius Langit bilang gini? Seperti buka Langit yang biasanya mau si cewek udah punya cowok atau belum Langit mah terobos aja. Makanya ketiganya tak percaya kalau Langit tiba-tiba seperti itu.

"Lu serius Langit?" Tanya Farhan masih dengan tak percayanya.

"Lu langit yang pinter itu, kan?"

"Ngga pinter, beruntung doang." oke, laki-laki disebelah Farhan memang Langit.

"Nih ya, Ngit. Gue tanya kenapa lu pesimis karena tuh cewek udah punya pacar?" Tanya Farhan penasaran.

Langit menghela nafas, "Gue baru inget, dia pacarnya Abang gue.."

Brak!

Uhuk!

Lio yang berada di sebelah Rendi menepuk punggungnya, sedangkan Farhan kaget sendiri karena menggebrak meja kantin.

Setelah keadaan Rendi kembali netral, ia menatap tajam Farhan sebelum menatap Langit, "Jadi mau tetep lu perjuangin atau lu nyerah dari sekarang?"

"Gue gatau.." jawabnya sambil menelungkupkan kepala diatas lipatan tangannya.

Ketiganya menatap kasian Langit. Baru kali ini mereka lihat Langit galau sampai hilang semangat.

Farhan menepuk bahu Langit, "Gue dukung apapun keputusan lu, Ngit." Disetujui Lio dan Rendi.

Disisi lain, Senja kini sedang duduk sendirian di–

Yang dia tahu sih, ini taman belakang sekolah.

Tadinya ia mau ke perpustakaan, tapi karena ia siswi baru dan sekolah ini sangat luas, nyasar lah dia ke sini.

Akhirnya Senja hanya duduk diam melihat orang-orang berlalu lalang juga beberapa pasangan yang tengah kasmaran disitu.

Ia merasa sedikit kesal dengan dirinya karena lupa bertanya dimana kelas sahabatnya itu.

Puk

"Ngapain di sini, neng?"

Senja menoleh, sedetik kemudian memukul sayang lengan perempuan didepannya.

"Lu kemana aja sih?! Gue sendirian tau!" Adu senja dengan bibir yang cemberut merajuk.

Ale meraup bibir Senja dengan tangannya, "Gue juga nyariin lu tau! Hampir satu sekolah gue kelilingin takut lu nyasar, eh ternyata bener." Ale duduk disebelah kiri Senja, "Kelas gue di lantai 1, XI MIPA 3." Senja ber-oh ria sambil mengangguk-angguk.

"Gue dapet kelas XII MIPA 2." Gantian Ale yang ber-oh ria.

"Nanti pulang sekolah kerumah gue mau ngga, Le? Udah lama kita ngga main bareng," Ale berpikir sebentar kemudian menggeleng.

"Sorry Nja, gue ada janjian mau ngedate, gimana kalau besok atau lusa aja ya hehe" Ale menyengir kuda sedangkan Senja melotot kaget.

"GEEZ! YOU HAVE BF BUT DOESN'T TELL ME ANYTHING?!" Pekik Senja mengundang orang-orang menatap keduanya.

"Ssttt.. kecilin suara lu, tolol!" Maki Ale sambil menaruh jari telunjuknya ditengah bibir dan hidungnya.

"I promise, I'll tell you later okey? Sekarang udah mau bell, gue anter lu ke kelas dulu baru gue pergi ke kelas gue." Akhirnya mau tak mau Senja mengangguk, padahal dirinya sudah kepalang penasaran.

•••

TBC

13/06/2023
- faykapacarhaechan

Nahloh sulit ya, Ngit? Jadi udah tau kan kenapa Senja bukan orang yang mudah dideketin? Ya karena sudah  berpawang toh

Jangan lupa voment guys!
Biar aku semangat buat nulis kelanjutan cerita mereka

Hope you like it!
See you in the next part
Paipaiiii

Langit  Di Kala SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang