21. Mi Rebus dan Sebuah Rencana

22 8 0
                                    

Katya terheran-heran dengan situasi yang dihadapinya sekarang. Dapat ditangkap dari keremangan cahaya, Sabrang mengeras di tempat duduknya. Sebelah tangannya yang bebas, mengepal dengan kencang ketika mendengar suara dari panggilan yang masuk melalui ponsel Bening. Aneh, bukankah seharusnya Sabrang senang ketika mendapat telepon dari adiknya? Kenapa ekspresi yang ditampilkan justru berbanding terbalik dengan yang seharusnya ditampilkan?

Jika diperhatikan, urat nadi di pelipis Sabrang muncul dengan kasar, giginya bergemeletuk keras, mengatup menanti jawaban dari suara di seberang. Sebenarnya, siapa yang sedang menelepon Sabrang? Kenapa lelaki itu begitu tersinggung dan tampak berang ketika mengangkat panggilan dari Bening? Apakah hanya karena tidak memberi kabar bisa membuat Sabrang semarah ini?

“Kamu masih ingat siapa aku, kan?”

Detik berikutnya, Sabrang berdiri dengan tergesa, memandangi langit yang masih memuntahkan rintik hujan. “Kenapa ponsel Bening bisa ada sama kamu, Mas? Mana Bening?”

“Oh, kamu mau denger suara adik kecil kamu?”

“Kak Sabrang! Tolongin aku! Aku tadi—mmmft!”

“Berengsek! Mbok apakno1 Bening, Mas!”

“Aku gak apa-apain adik kamu, saiki Bening aman karo aku.2Jeda sejenak, suara di seberang kembali tertawa. Awakmu iseh pengen delok Bening urip, tho?3”

“Mas! Jangan macam-macam kamu!”

***

Sungguh di luar perkiraan.

Ternyata Bening disekap oleh kakak Sabrang yang sudah lama mengintai mereka di Jakarta. Entah sejak kapan dia berada di sini, tapi yang jelas, dengan orang-orang suruhannya yang berkeliaran, memberi tanda bahwa dia sudah lama mengincar dan tinggal di sini. Sabrang sama sekali tidak mengira jika kakaknya itu benar-benar akan berbuat senekat ini dan menculik Bening ketika dirinya lengah.

Pasti orang suruhan itu sudah mengetahui alamat tempat tinggal Sabrang dan mengikuti dari belakang ketika hendak mengantar Katya tadi pagi. Sebenarnya hal itu sudah lama Sabrang ketahui, pada awalnya dia sadar ketika sedang makan nasi Padang bersama Katya ketika tidak sengaja bertemu di busway, saat itu Sabrang secara tidak sengaja melihat sebuah Jeep hitam yang paling khas dan hanya dimiliki oleh beberapa petinggi keraton saja, termasuk Sabrang yang mendapat mobil tersebut dari ayahnya.

Mobil itu mondar-mandir di sekitar warung nasi Padang, seperti paham jika ada keberadaan Sabrang di dalamnya, sehingga dia berpamitan dengan segera agar tidak menarik perhatian mereka. Sepandai-pandainya Sabrang bersembunyi dan menghindari kejaran, mereka seperti lebih paham dan lebih pintar mengetahui setiap gerak-geriknya. Hingga yang paling parah adalah sekarang, Bening diculik setelah pulang kuliah.

Pasti karena mereka tidak berhasil menangkap Sabrang saat mengantar Katya, mereka mengubah strategi dan memilih untuk menggunakan Bening sebagai umpan agar Sabrang keluar dari persembunyian. Mereka benar-benar licik. Di dalam mobil, Katya hanya meremas jemari, berpikir tentang beberapa spekulasi yang sekiranya akan terjadi beberapa menit kemudian.

Ini benar-benar seperti di dalam film ketika sang tokoh utama menghadapi masalah besar dan salah satu anggota keluarganya diculik demi memanfaatkan keadaan yang lengah. Lalu, akhirnya si tokoh utama dengan kesadaran dirinya dan juga kemampuan di detik terakhir, mencoba menyelamatkan anggota keluarganya dari cengkeraman orang jahat.

“Gesang memang kurang ajar. Dia udah kelewatan.” Kepalan melayang ke kemudi mobil, Sabrang menghantam cukup keras. Membuat Katya berjengit dari tempat duduknya, agak terkejut.

Manuskrip Tanda Tanya | [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang