#13

87 10 0
                                    

Akaashi kembali berdiam dikamar, atasannya memberinya izin untuk beberapa hari karna melihat keadaan Akaashi seperti mayat hidup. Bahkan sekarang Akaashi terlihat lebih kurus dari biasanya.

Ia benar benar furstasi kehilangan semestanya. Tempat dimana ia melontarkan seluruh kasih sayang, dan semua hilang karna satu perempuan itu.

Akaashi saja tidak ingat kapan terakhir kali ia makan, mungkin 2 hari yang lalu? Ntahlah. Sekarang hanya ada Bokuto di kepalanya.

Kegiatannya terhenti saat ada seseorang yang memencet bell rumah itu, yang Akaashi pikirkan itu adalah kekasihnya, Bokuto.

Namun ia salah, seorang perempuan yang berdiri disana. Rambutnya persis seperti Bokuto.

Akiara Bokuto.

"Ah Aka-chan! Eh? Kenapa tampilanmu berantakan??!" Tanyanya dengan heran lalu mendorong Akaashi masuk.

"E-eh.. Akiara-san.. Bokuto-san sedang tidak dirumah" ujarnya. Akiara menggeleng.

"Huh, aku tidak mencarinya.. aku mencarimu. Dan apa apaan penampilan seperti ini? Kau lebih seperti mayat hidup dibandingkan Aka-chan yang ku kenal."

"Ah maaf Akiara-san.. ada perlu apa denganku?"

"Tidak itu nanti saja. Sekarang, siapa yang membuatmu seperti ini?" Tanya Akiara, Akaashi menundukan kepalanya, air matanya tak dapat ia tahan dan perlahan turun dari mata Akaashi tanpa izin.

"H-hei, Aka-chan? Shtt, jangan menangis.." padahal Akiara adalah perempuan yang sangat diam, tapi ia akan lebih banya berbicara ketika sedang bertemu Akaashi, Akiara Bokuto, kakak kedua dari Bokuto Koutaro.

Akiara terus mengelus punggung Akaashi, setelah merasa Akaashi sedikit tenang, ia membawa Akaashi duduk di sofa dan ia membuatkannya teh.

"Minumlah.." ujarnya sambil memberikan segelas teh untuk Akaashi.

"Seharusnya aku yang menyiapkannya, maaf Akiara-san"

"Hei bukankah kita sepakat untuk memanggilku Ara-chan??!"

"Tetapi kau lebih tua dariku"

"Tidak! Aku ingin kau memanggilku Ara-chan!"

"Baiklah, Ara-chan.."

.
.
.
.
.

"Maafkan Koutaro yang memperlakukanmu seperti itu Aka-chan. Seharusnya ia mendengar penjelasan darimu dulu sebelum menuduhmu selingkuh dengan wanita itu!" Permintaan maaf dari Akiara sekaligus rasa kesalnya kepada Bokuto tersampaikan secara tidak langsung.

"Tidak Ara-chan.. Bokuto-san tidak salah apa apa, mohon jangan katakan itu kepada Bokuto-san. Aku tak ingin membuatnya marah lagi.."

"Tetap saja anak itu menuduhmu selingkuh sebelum membiarkanmu menjelaskannya!"

"Dan juga, ugh! Wanita sialan itu, Kaori ya?" Tanyanya dengan nada yang sedikit kesal.

"Iya, Ara-chan.."

"Ah Aka-chan, maaf aku tidak bermaksud membuatmu ketakutan. Mau coba hubungi Koutaro?" Akiara meminta maaf sekaligus menawarkan Akaashi untuk menghubungi Bokuto lewat hpnya.

"Aku tidak ingin menganggu Bokuto-san untuk beberapa minggu kedepan.."

"Huh, bagaimana caranya untuk memperbaiki hubunganmu dengannya? Sedangkan kau tidak berani berbicara dengannya."

"Maaf, Ara-chan.."

"Tidak perlu minta maaf, ah iya. Aku membeli sesuatu untukmu.!" Ujarnya lalu memberikan tas berwarna coklat yang lumayan berat.

"Eh..? Apa ini?" Tanya Akaashi lalu menerima tas berwarna coklat dan mengintip isinya.

"Ara-chan.. kau tak perlu repot membelikan novel dan onigiri ini.." lirih Akaashi lalu menatap Akiara yang tersenyum.

"Kau bilang ingin membelinya kan? Mumpung novel yang satu ini sedang diskon aku membelinya, bukankah kau menginginkannya sejak dulu?" Akiara mengambil satu novel dari tas coklat itu.

"Novel ini-"

"Yap! Aku membelinya sebelum kembali ke Tokyo! Untukmu Aka-chan." Senang Akiara lalu menaruh bukunya di meja.

"Sekarang Aka-chan lebih baik siap siap. Aku ingin mengajakmu jalan keluar!" Kata Akiara.

"Dan untuk sekarang lupakan dulu Koutaro itu. Mungkin saat ia balik kerumahku aku tak akan memaafkannya."

"Ara-chan.. tidak perlu bersikap seperti itu.." kata Akaashi yang baru saja ingin berdiri.

"Huh baiklah, dan kumohon cepat Aka-chan!!" Serunya, Akaashi mengangguk lalu pergi ke kamar mandi.

Hehe, Akiara baik, kan?

568 words
Mikora3, 07/07/23

i'll spend my last breath for you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang