#18

91 10 0
                                    

"Apa kau harap aku berbicara denganmu, Huh?"

Suara yang tidak asing bagi Akaashi, menyapa pendengarannya dari belakang. Rasanya ia ingin menangis dan memeluk sosok yang berada di belakangnya.

"Terushima tadi menjelaskannya. Begitu juga dengan Tenma, dan yang paling parah saat selesai pertandingan nee-san memarahiku karna aku tidak mendengar omonganmu"

Bokuto jalan kearah ujung kursi lalu berjalan mendekati Akaashi dan duduk di sebelahnya, mata Akaashi bahkan tidak sanggup untuk menahan air matanya.

Akaashi melihat Bokuti dengan mata yang berkaca kaca, lalu tersenyum tipis. "Akhirnya Bokuto-san kau mendengar penjelasannya"

Bokuto membuka tangannya agar bisa memeluk Akaashi, Akaashi mendekat kepada Bokuto lalu memeluknya. Haah andai Bokuto tau, seberapa rindunya Akaashi memeluk tubuh besar milik Bokuto.

"Jangan nangis lagi, Keiji-kun. Atau aku bisa di pukul nee-san.." ujarnya sambil mengelus ngelus punggung Akaashi.

Akaashi merasa tenang beberapa menit kemudian, Bokuto masih memeluknya, sedikit penyesalan menempel kepada dirinya karna ia yang keras kepala tidak mendengarkan omongan Akaashi.

"Keiji-kun mau pulang?"

"Iya, kepala ku pusing Bokuto-san."

"Mau ku antar saja? Aku bisa mengantarmu!!"

"Tidak perlu.. aku bisa sendiri kok, Bokuto-san."

"Keijii! Ayolah!"

"Tidak perlu repot Bokuto-san."

"Keiji!"

"Tidak."

"Keiji..!"

"Tidak, kumohon Bokuto-san. Aku bisa pulang sendiri"

"Huhh baiklahh"

Bokuto kembali ke tempat timnya berada, sementara Akaashi sudah berada di luar kamei area sendai.

[Kamei area sendai: the old sendai city gymnasium]

Akaashi seharusnya tau bahwa ia tidak memaksakan dirinya, sekarang kepalanya saja terasa ingin pecah.

Perlahan tubuh Akaashi berjalan kearah jalan untuk menyebrang jalan, ia hampir tidak bisa melihat akibat pandangannya yang buram.

"ANAK MUDA AWAS!" Ujar seseorang saat melihat Akaashi menyebrang saat lampu hijau menyala.

Mata akaashi terbelalak saat mendengar suara orang tua dan suara klakson mobil secara bersamaan.

'sial..'

Bahkan Akaashi tidak bisa menggerakan tubuhnya, mobil itu mendekat kearah Akaashi, tubuh Akaashi kehilangan keseimbangan alhasil saat ia ingin jatuh, tubuhnya sudah mengenai mobil di depannya.

Tubuh Akaashi mengenai pohon yang berada di sekitar jalan, sialnya lagi kepalanya terbentur sangat keras dan darah dari kepalanya keluar sangat deras.

"Segera telfon ambulan!"

"Bertahan lah sebentar nak!"

"AKA-CHANN!"

Suara suara yang sangat berisik memenuhi kepala Akaashi sebelum kehilangan kesadarannya.

'Akiara-san? Bagaimana-' batin Akaashi yang sudah kehilangan kesadarannya.

Bokuto's side.

"Aku punya firasat buruk" lirih Bokuto sambil menatap lantai dengan tatapan kosong.

"Hanya firasat, jangan dipikirkan." Tegas Sakusa sambil melihat kearah Bokuto.

"Omi-kun! Gak boleh kayak gitu.!" Kesal Atsumu menarik jaket yang Sakusa kenakan.

i'll spend my last breath for you.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang