Intro : Fate

897 45 33
                                    

We go and shout, shout shout
When we together~

"Kak, pelanin lagunya ya?"

"Tau nih, kak Hoon kalo dengerin musik pasti kenceng-kenceng."

"Apa kamu?" protes seorang pemuda dengan nametag yang terpasang di seragamnya, Park Sunghoon.

"Kakak suka berisiiik."

"Yeji, selesaikan makannya. Berangkat sekolah sama kakak ya?"

"Mama?"

"Mama mau bersih-bersih dulu. Papa udah berangkat."

"Okey."

Hanya ada dua orang dengan seragam rapi duduk di kursi menghadap makanan yang sudah disiapkan oleh ibu mereka. Sang gadis kecil bernama Park Yeji itu memperhatikan kakaknya yang sedang makan.

"Kak."

"Hm?"

"Kakak jarang keluar rumah ya? Putih banget sekarang."

Sunghoon menatap Yeji dengan tatapan datar. Apa-apaan pertanyaannya itu?

"Cepat habiskan makananmu cantik—awsh."

Yeji melihat kakaknya yang mulai recok itu.

"Eum? Kegigit lagi? Kakak bisa makan ngga sih? Yang kemarin aja belum sembuh, masa kegigit lagi?"

"Diem kamu."

Sunghoon mengusap darah di bibirnya. Dia juga tidak mengerti kenapa akhir-akhir ini dia sering melukai bibirnya saat makan.

"Kakak tunggu di luar ya?"ucap Sunghoon kemudian berjalan keluar.

"Udah selesai kak!"

Yeji menyusul kakaknya itu dengan membawa tasnya. Mereka berdua pergi sekolah dengan memakai motor Sunghoon. Sunghoon sudah memiliki lisensi menaiki motor jadi tidak perlu mengkhawatirkannya.

Sunghoon menghantarkan Yeji terlebih dahulu ke sekolahannya. Lebih tepatnya ke Sekolah Menengah Pertama.

Sunghoon memacu kembali motornya, saat dirasa jalanan mulai kosong dia menancap gas tanpa melihat sekeliling. Hingga akhirnya dia dikejutkan oleh mobil yang tiba-tiba memotong jalan. Akibatnya, Sunghoon tertabrak dari samping.

Tubuhnya terpental hampir 20 meter dari lokasi kecelakaan. Mobil yang menabrak itu tampak sangat parah. Banyak orang yang berdatangan untuk membantu Sunghoon.

Sunghoon bangun saat mendengar banyak orang menjerit melihatnya. Dahinya mengernyit, tidak ada yang salah darinya. Kenapa mereka menjerit.

"Kepalamu berdarah!"

Sunghoon meraih kepalanya, iya benar berdarah tapi dia tidak merasakan ada yang aneh dari kepalanya.

Sunghoon berlari ke arah motornya. Dia meminta maaf kepada sang pemilik mobil dan membawa motornya menjauh. Orang-orang kebingungan melihat Sunghoon yang bersimpah darah tapi masih bisa menjalankan motornya yang hampir rusak total.

Motor Sunghoon berhenti di pinggir jalan karena tiba-tiba mesinnya mati. Sunghoon bersyukur, setidaknya dia sudah jauh dari tempatnya jatuh tadi.

Sunghoon membuka tasnya, beruntungnya handphone nya masih bisa menyala walau sudah retak. Dia menelfon temannya untuk meminta bantuan.

"Di deket cafe Brix. Makasih."

Tidak lama sebuah mobil melaju menghampiri Sunghoon. Saking lajunya, motor Sunghoon menjadi lebih rusak setelah ditabrak.

Wajah Sunghoon menunjukkan segalanya. Dia sudah lelah malah ditambah lagi. Sunghoon masuk ke dalam mobil, sebelumnya dia sudah menelfon bengkel untuk membawa motornya.

"Heh!"

Sunghoon menatap ke arah Euijoo yang seakan kaget dengan keberadaannya.

"Kenapa?"

"Kepala lo bocor!"

"Engga, ini berdarah doang. Ini—" dia tidak bisa melanjutkan kalimatnya, karena darahnya tidak mau berhenti sejak tadi.

Wajah Sunghoon menjadi semakin pucat menit ke menit. Euijoo segera melanjutkan mobilnya ke rumah sakit, dia tidak ingin temannya ini mati.

"Apa gue bilang, gue baik-baik aja."

"Dokter bilang kepala lo retak, gimana bisa baik-baik aja?"

"Jangan beritahu Mama atau Papa cukup diem aja."

"Iya iya."

"Gue mau ke toilet dulu."

Sunghoon meninggalkan Euijoo yang masih khawatir. Dibasuhnya tangannya yang kotor itu, Sunghoon melihat pantulan wajahnya di cermin. Sangat berbeda. Ada hal lain yang ditangkap oleh Sunghoon, matanya mulai memerah.

.
.
.

Setelah kejadian 1 Minggu yang lalu, Sunghoon menjadi sedikit sensitif dengan sesuatu berbau darah. Saat dia makan dan tidak sengaja menggigit bibirnya bukan mengelapnya dia lebih suka menyedot darahnya.

Dan setiap malam dia merasakan haus yang tidak bisa diredakan. Dia seperti hanya membutuhkan darah dari jarinya agar hausnya hilang.

Semakin hari Sunghoon menunjukkan perubahan. Gigi taringnya semakin panjang, dia memiliki mata yang memerah setiap dia marah dan juga merasa terancam.

Gigi taring bisa tumbuh sendiri?|

"Ah bukan."

Kenapa mata merah seperti darah?|

"Bukan ini."

Kenapa suka menghisap darah?|

"Apa? Makhluk kaya gini masih ada emangnya?"

Sumghoon membaca sebuah artikel yang menjelaskan tentang keberadaan "Vampire" dia tidak mudah mempercayainya tapi saat dia melihat ciri-ciri dan juga banyak cerita yang dipaparkan, dia merasakan ada yang aneh.

Seperti dia merasakan sesuatu mengalir dalam darahnya. Sesuatu yang membuat taringnya semakin memanjang, matanya merah semerah darah. Kini pikirannya tidak terkendalikan, dia hanya memikirkan bagaimana menuntaskan rasa hausnya.

"Kak, punya plester luka?"

•••

7VampiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang