[12] Come Over

138 15 0
                                    

"Kakak bilang engga ya engga!"

Sentakan itu yang didapatkan Yeji setelah dia sampai di rumah. Yeji tidak mengerti kenapa kakaknya semarah ini. Dia hanya memberikan kertas yang diberikan Sunoo sebagai undangan.

Acara yang akan diadakan di Decelis itu mendapatkan banyak perhatian dari berbagai sekolahan dan tidak semua bisa masuk ke sana karena terbatas. Hanya siapa yang memiliki undangannya yang boleh datang.

"Kakak kenapa sih? Aku cuma mau liat sekolahan kakak,"ucap Yeji kembali meyakinkan Sunghoon.

"Yeji, kamu tau kan kakak ngga suka sama orang yang bantah ucapan kakak?"marah Sunghoon sembari menatap kedua mata Yeji.

Sunghoon sudah menahan amarahnya sejak tadi karena Yeji yang keasikan berada di luar tanpa menghubungi Sunghoon. Lama Sunghoon menunggu dan yang dia dapatkan, Yeji yang sedang bercanda dengan Sunoo tanpa tahu waktu.

"Aku cuma mau liat kak,"ungkap Yeji.

Dia hanya ingin masuk, mendengar segala hal yang diceritakan oleh Sunoo membuat Yeji sangat ingin masuk ke dalam sekolahan itu. Setidaknya jika dia melihatnya untuk pertama kalinya.

"Nggak!"bentak Sunghoon.

Seperti tidak ada cara lain bagi Sunghoon untuk mengurungkan niat adiknya itu, dia hanya bisa memberikan bentakan dan juga ucapan bernada tinggi agar adiknya mau menurutinya.

Tapi jauh di dalam hati Yeji, dia menjadi terluka karena Sunghoon yang memperlakukannya dengan begitu keras.

"Terserah."

Yeji berlari ke kamarnya dengan membawa kertas undangan itu dan menutup pintunya dengan keras. Sudah dapat dipastikan adiknya itu sedang marah.

"Yeji!"

Tidak ada jawaban. Yeji benar-benar mengurung diri di kamar.

Sunghoon tidak bisa membiarkan Yeji pergi ke sekolahannya, bukan karena lingkungannya tapi dia khawatir. Semakin banyak teror yang didapatkan oleh Yeji dan lagi Sunoo bukanlah orang yang Sunghoon kenal.

"Dasar egois, aku cuma mau liat aja,"kesal Yeji sembari menusuk-nusuk bonekanya dengan pensil.

"Memangnya kenapa kalau aku ke sana? Aku udah besar, aku nggak bakal hilang juga. Ihhh!"

Tidak puas beradu argumen dengan kakaknya, Yeji meluapkan amarahnya kepada boneka pinguin yang pernah diberikan Sunghoon kepadanya.

"Kalo diliat, Kak Sunoo itu baik. Dia murah senyum, pinter juga. Apa mereka ngga pernah ketemu ya? Tapi tadi kaya asing banget,"gumam Yeji.

Kejadian dimana Kakaknya bertemu dengan Sunoo membuat Yeji bertanya-tanya. Bagaimana bisa mereka tidak saling mengenal padahal Sunoo tahu siapa itu Sunghoon.

"Dasar sok artis,"gumamnya lagi.

"Yeji,"panggil Sunghoon dari luar kamar.

Yeji diam saja melihat ke arah pintu, dia tidak akan membukakan pintu untuk Sunghoon dia sedang marah sekarang.

"Buka Yeji, kakak mau bicara,"sambungnya.

Masih tidak ada respon, Yeji tidak bergerak dari tempatnya. Memang, ego seorang perempuan itu lebih keras dari sebuah batu.

"Iya kamu boleh ikut,"putus Sunghoon dengan nada yang menyerah.

Yeji tersenyum senang karena dia menang dari kakaknya. Dia berdiri, berlari menghampiri pintu dan membukanya. Wajah kakaknya yang nampak sedih itu terlihat.

Yeji mengernyitkan dahinya, apa ada yang salah dengan kakaknya?

"Kakak kenapa?"tanya Yeji.

"Jangan marah,"ucap Sunghoon.

Gelak tawa Yeji terdengar keras, dia tidak benar-benar marah dengan Sunghoon. Dipeluknya tubuh laki-laki yang lebih tua darinya itu. Dia sangat menyayangi Sunghoon, dia tidak akan marah dengannya.

"Aku ngga marah kakak, cuma kesel sedikit,"ucap Yeji sembari mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah tampan kakaknya itu.

"Tapi janji kamu jangan jauh-jauh dari kakak."

"Siap!"

.
.
.

"Apa acara buat besok udah selesai?"tanya Sunoo kepada yang lainnya.

"Udah, lo telat dateng,"jawab Jungwon dengan sedikit kesal.

"Ada urusan,"jawab Sunoo.

"Urusan apa?"tanya Ni-Ki yang baru saja bergabung di sofa bersama Jungwon dan Sunoo.

"Ada lah."

"Dih?"

Sunoo tidak mengatakan kemana dia pergi, Jungwon dan Ni-Ki juga tidak peduli kemana Sunoo pergi setidaknya dia tidak menyusahkan mereka berdua.

"Ada berapa sekolah yang dateng?"tanya Jongseong yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan.

"Ngga pasti, ada banyak. Tapi yang masuk ngga nakal lebih dari 500 orang,"jawab Ni-Ki.

"Kapasitasnya lebih cuma kalo lebih dari 500 kita susah koordinasi nanti,"lanjut Jungwon mendukung ucapan Ni-Ki.

"Kalian udah mastiin kan kalo sekolahan dia diundang juga?"tanya Jongseong lagi.

"Udah,"ucap Ni-Ki.

"Gimana?"tanya Heeseung yang baru saja masuk ke dalam ruangan.

"Udah. Undangan ke sekolahannya juga udah dikasih,"jawab Jongseong.

"Gue mau kalian semua perhatiin dia bener-bener, gue mau dia ada di tangan gue malem itu juga,"ucap Heeseung yang diangguki oleh orang-orang yang ada di sana, kecuali salah satu dari mereka.

"Persiapannya udah 85%, tinggal nunggu yang mau ngisi acara aja. Stan udah disiapin, mungkin buat 100% persiapannya H-2 nya,"sahut Jungwon.

"Jadi 2 hari sebelum acara dimulai semua udah di tata?"tanya Jongseong.

"Lo yakin makanan yang dijual ga bakal busuk?"tanya Ni-Ki.

"Eh?"

"Aneh lo,"ucap Sunoo ikut memojokkan Jungwon.

"Ya maaf lah, orang itu banyak salahnya,"ucap Jungwon.

"Udah lah, itu nanti aja mikirnya. Lagian tujuan kita bikin acara ngga harus sempurna. Kita cuma butuh mereka dateng ke sini,"sahut Heeseung dengan senyumannya yang mengerikan.

"Mulai,"bisik Jongseong kepada Ni-Ki.

Siapa yang tidak tahu Heeseung dengan sifatnya yang begitu keras? Dia akan mendapatkan apa saja yang dia inginkan dengan segala cara. Tidak ada cara yang baginya salah, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan termasuk keinginannya untuk menjadi manusia seutuhnya kembali.

Jongseong, Jungwon, Sunoo dan Ni-Ki sudah sangat hafal dengan sikap Heeseung yang seperti itu. Mereka hanya bisa diam jika tidak mereka akan mendapatkan semburan amarah dari Heeseung. Mereka takut? Tentu saja iya, siapa yang tidak takut dengan seseorang yang bisa membunuh vampir hanya dengan satu jentikan jari?

"Gue bakal dapetin dia, hidup-hidup,"ucap Heeseung.

Mereka yang ada di sana hanya diam mengikuti ucapan Heeseung sebagai yang tertua di antara mereka. Secara tidak langsung, mereka dikendalikan oleh Heeseung dan tidak bisa melawan.

Tapi tidak dengan satu orang, seseorang yang memutuskan untuk keluar dari jalur. Dia memiliki keinginannya sendiri dan tidak akan membiarkan siapapun mengetahuinya. Mereka semua sama-sama berambisi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

•••

Note :

Ini cerita jadi sangat ngaret karena secara pribadi di rl tuh tugas kek rucika yang mengalir sampai jauh :)

Maaf kalau ini cerita ga konsisten, kedepannya bakal lebih konsisten lagi. Thank you^^

7VampiresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang